Di ruangan lembap yang hampa udara, terduduklah seorang remaja bersurai kelam. Tidak mengangkat suara ataupun merubah air muka. Dingin dan beku.
"... dan tidak boleh berkeliaran diluar pagar berkawat. Banyak binatang buas. Mengerti, Choi Beomgyu?" Ibu Byun menegaskan. Mendorong naik kacamata bacanya ke pangkal sembari melirik turun.
Ia berdeham dan menggesturkan perintah terhadap pria jangkung di sebelah mejanya. "Choi Soobin, kau bertanggung jawab untuknya. Biarkan dia membisu. Ia perlu waktu."
Soobin sumringah dalam anggukan. Menepuk pelan bahu Beomgyu yang terbalut kasa. "Bukan masalah besar, Ibu."
Kemudian mereka berdua beranjak berdiri. "Oh dan satu lagi, Choi Beomgyu." Ia menunggu.
"Jangan hiraukan Shin Ryujin. Ia suka bermain dengan hewan."
Beomgyu tidak mengerti. Namun terlanjur ia dibawa pergi.
Sekejap ia sudah dipimpin Soobin kepada taman lapang yang digradungi anak-anak panti. "Beomgyu, jangan khawatir. Disini kau adalah keluarga, oke?"
Ragu-ragu, Beomgyu mengangkat bibirnya. Tercekat dan halus. "Ryujin..."
"Kenapa?"
"Itu darah Ryujin."
Soobin terdiam lama. Matanya kosong dan kusam. Nafasnya seketika cepat. Ia menatap tajam Beomgyu. Choi Soobin melangkah mendekat dan menekan bahu berbalut kasanya kencang. Menekan dengan kuku hingga belikat tersayat layaknya.
"Diam!!"
"S-Soobin?"
"Itu darahmu, Bodoh. Itu darahmu. Semua orang tahu itu darahmu. Dasar penipu!"
