Jangjun berdiri termangu di sudut kamar Daeyeol.
"Kenapa berdiri disana, kau bisa beristirahat sekarang.", ujar Daeyeol yang baru saja selesai membereskan tempat tidurnya.
"Tidak perlu sungkan.", ia menarik Jangjun mendekat, "Beristirahatlah. Aku akan membuka restoran lagi."
Jangjun menatap Daeyeol, "Kupikir kau sudah tutup."
"Tutup? Tentu saja tidak.", Daeyeol tertawa, "Aku hanya berbelanja darurat. Dan karena ini sudah petang, aku harus segera bersiap."
"Selamat beristirahat. Oh dan kamar mandinya ada di ujung sana."
"Uh.. Baiklah.. Terimakasih..", ucap Jangjun lirih.
Ia tidak percaya ini, orang yang ia kenal beberapa minggu lalu bahkan lebih memperhatikannya daripada tunangannya sendiri.
"Daeyeol hyung.. Apa semua yang dilakukannya semudah ini?"
Kakinya berjalan menyusuri setiap sisi kamar bernuansa coklat tua itu.
Semua tertata rapi.
Buku - buku tersusun di rak, beberapa hiasan dinding terpasang, juga sebuah meja kerja yang rapi.
"Hmm.. Apa yang kira-kira dilakukannya jika tidak memiliki restoran?"
Langkah Jangjun berhenti di hadapan pintu menuju balkon.
Dibukanya pintu itu perlahan dan betapa terkejutnya dirinya melihat pemandangan di hadapannya.
"Woah.."
Jangjun melangkah keluar menatap langit sore kota Seoul.
Warna jingga yang dihiasi awan terasa begitu sempurna bahkan sulit untuk melepas pandangan darinya.
"Jadi ini yang dilihatnya setiap waktu.."
.
.
Daeyeol sedang menghadapi waktu sibuk restorannya.
Pembeli terus berdatangan dari waktu ke waktu, bahkan nyaris memenuhi seluruh meja yang tersedia.
"Bisa aku menambah pesanan?", ucap seorang pembeli.
"Permisi, bisa aku minta air?", yang lain memanggil.
"Baik, sebentar-", ia terkejut saat seseorang mendahuluinya.
"Ini minumanmu, nona."
Daeyeol menatap orang itu, "Jangjun~ah, apa yang kau lakukan? Seharusnya kau beristirahat saja."
"Ayolah hyung, aku tidak bisa tinggal diam apalagi setelah kau membantuku.", jawabnya santai.
"Tapi-"
"Tuan, aku ingin menambah pesanan."
Jangjun menyikut Daeyeol menyuruhnya segera menangani pembeli tersebut.
Yang lebih tua tidak memiliki pilihan lain.
Lagipula restorannya sedang ramai.
Ia akui bantuan Jangjun amat sangat membantunya.
Semua ditanganinya dengan baik.
"Hyung, kau memasak saja. Aku akan mencatat dan mengantar pesanannya.", Jangjun menyembul dari pintu dapur.
"Tidak usah, aku akan membantumu nanti."
"Jangan khawatir. Lagipula aku libur besok."
"Tapi- Yaa! Jangjun~ah!", seru Daeyeol saat Jangjun langsung melesat keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity Platter
FanfictionBerbisnis di dunia kuliner mungkin terkesan biasa saja. Tapi tidak bagi Lee Daeyeol. Seorang pemilik restoran populer di Seoul. Ia seringkali memperhatikan sekitarnya yang sangat beragam. Dan ya, Daeyeol menikmatinya. Komitmen dalam dirinya adalah m...