PAGE 6

42 8 1
                                    

Jangjun baru saja selesai membereskan rumahnya.

Sudah sejak siang ia bisa kembali pulang.

Tentu saja karena kepulangan tunangannya.

Namun Sungyoon tetaplah Sungyoon yang membuat Jangjun kesal.

Tunangannya itu tengah tertidur pulas di hadapan televisi dengan piring dan gelas kotor di sampingnya.

"Haah... Dia tidak pernah membiarkanku bersantai."

Jangjun menyingkirkan peralatan makan itu perlahan, membuat bunyi seminim mungkin.

Meski ia benci pada sikap Sungyoon, ia tidak bisa mengganggunya tidur.

Ia tahu betul seberapa padat pekerjaan tunangannya.

Bahkan sampai mengabaikan dirinya.

Jangjun mengingat masa indah mereka sebelumnya.

Masa dimana Sungyoon akan menjemputnya di ruang kelasnya dan membawanya untuk sekedar makan atau hanya berjalan berkeliling.

Kebahagiaan - kebahagiaan yang membuat ia jatuh padanya.

Sayangnya, semenjak kakek Sungyoon meninggal, semua berubah.

Sungyoon menjadi sibuk dan jarang pulang.

Padahal, mereka baru saja bertunangan beberapa hari sebelumnya.

Jangjun selalu mencoba mengalah, Sungyoon juga sangat perhatian padanya meski sibuk.

Tapi, sifatnya kian berubah menjadi dirinya sekarang ini.

"Aku merindukanmu hyung.."

Bohong kalau Jangjun tidak pernah berharap agar orang yang dulu dicintanya kembali.

Faktanya, tiada hari dimana ia mengharapkan perhatian Sungyoon, sekecil apapun itu.

Tapi belakangan ini, hatinya mengharapkan sesuatu yang lain.

Orang lain lebih tepatnya.

.

.

"Sunbaenim!"

"Jangjun sunbaenim!"

"Ya? Kenapa kau butuh sesuatu?", Jangjun terlonjak kaget.

Jaehyun menggeleng, "Direktur memanggilmu."

Ia menoleh dan mendapati atasannya sudah menanti.

Jangjun membisikkan 'terima kasih' sebelum berjalan menjauh.

Beruntung direktur tidak memanggil karena masalah penting, hanya mengenai teknis berita yang akan dibawakannya.

"Baik, saya akan menyiapkannya.", Jangjun membungkuk pada sang direktur.

Ia kembali ke tempat duduknya memijat pelipisnya pelan.

"Sunbaenim? Apa kau baik?", tanya Jaehyun.

"Hmm.. Hanya perlu menyiapkan beberapa formalitas teknis.", jawabnya.

"Anda ingin kopi?"

Jangjun mengangguk, "Latte saja."

Jaehyun beranjak menuju ke pantry meninggalkan Jangjun yang masih terlihat gusar.

"Ah aku harus benar memastikannya.", gumamnya.

Ia meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Sungyoon.

Tidak sabar menunggu jawaban darinya, Jangjun memutuskan untuk menelponnya langsung.

Ia berjalan keluar menuju ke sudut ruangan.

Sincerity PlatterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang