Bab 3

102 19 4
                                    

Pewawancaraku itu adalah tersangka utama untuk saat ini. Tak muluk-muluk, tak begitu sulit, dan aku cukup yakin dengan analisisku. Ia bilang bahwa si pegawai sebelumnya kabur dan lari dari tanggung jawab ketika bahkan rekan-rekan kerjanya sendiri, yang jelas lebih sering berinteraksi dengan si pegawai sebelumnya daripada bagian HRD, terkejut bahwa ia dinyatakan kabur. Di lain pihak, si pegawai sebelumnya memang dinyatakan hilang. Gambarnya beredar di internet.

Selain itu, juga menunjukkan bahwa si pewawancara tak tahu menahu bahwa si pegawai lama membuat pesan terenkripsi. Kalau tidak, dan tentu dengan menganggap semua ini bukanlah gurauan, jelas ia akan menghapus baris demi baris pekerjaan si pegawai sebelumnya dan mengubur seluruh pesan dalam-dalam. Aku tak akan tahu, kemudian bekerja dari awal, dan semua orang akan bahagia.

Aku berusaha bertindak sebaik mungkin. Tujuanku hanyalah agar orang-orang tak tahu bahwa aku menyembunyikan sebuah rahasia, juga berhati-hati agar secara tak sengaja membocorkan rahasia yang kumaksud. Semuanya berjalan lancar hingga saat ini. Namun, untuk mencari tahu siapa saja ORANGORANG yang si pegawai sebelumnya itu maksudkan, aku tak mendapatkan hasil.

Si pewawancara itu terlihat humble, humoris, mampu berteman dengan siapa saja, yang membuatku sengaja menjauhkan diri darinya agar tak berinteraksi terlalu banyak dengannya. Dia ahli psikologi, dan jelas itu bukan bidangku. Bisa saja aku mencari tahu cara-cara untuk membohongi psikologi dan memain-mainkan situasi, mencegahnya tahu bahwa aku menyembunyikan sesuatu. Namun, aku tidak memiliki keyakinan seratus persen jika aku akan berhasil.

Aku hanya berharap dia memang menganggapku sebagai seseorang yang tak senang berinteraksi. Apakah sikapku sekarang ini didukung baik oleh sikapku saat sedang diwawancarai? Entahlah, tetapi seseorang senang bermulut manis dan bersikap seramah mungkin untuk mendapatkan pekerjaan, kan?

Sebagai akibatnya, penyelidikanku sempat terhenti untuk beberapa waktu. Aku tak memikirkannya, hampir sampai ke titik tak akan memedulikannya lagi, sampai kuingat kembali bahwa ini adalah tempat kerjaku sekarang.

Terlihat bertindak seperti seorang pahlawan yang melawan kejahatan? Ya, mungkin memang terlihat seperti itu. Namun, apakah hal itu salah?

Di minggu ini terdapat tanggal merah yang menjepit hari masuk kantor. Untungnya, karena kinerjaku yang dianggap baik, aku diizinkan untuk mengambil cuti dan meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan pribadi. Apapun itu. Rencanaku? Jadi, untuk menghabiskan jatah libur, aku akan pergi mengunjungi keluarga si pegawai sebelumnya.

Tak ada orang-orang yang curiga. Mungkin juga tak akan ada yang menyangka bahwa aku akan ke sana. Mengambil cuti di hari terjepit adalah hal yang lumrah. Mereka mungkin berpikir aku ingin rehat sejenak menenangkan diri.

Hari yang dinanti tiba. Pagi hari kuhabiskan dengan aktivitas seperti biasa. Bangun tidur, olahraga, sarapan, mandi, dan berselancar di internet selama beberapa menit untuk mendinginkan pikiranku. Aktivitas-aktivitas itu wajib kulakukan atau aku akan mati. Selanjutnya, barulah aku pergi menuju lokasi rumah si pegawai sebelumnya dan bukannya kantor.

Alamat itu tak sulit ditemukan. Nomor kontak kerabat si pegawai sebelumnya ada di dalam poster elektronik dan bisa kuhubungi dengan mudah. Kemudian aku meminta alamatnya, dan alamat lengkap langsung dikirimkan ke ponselku.

Aku tak mengatakan bahwa aku tahu dia ada di mana maupun memberikan informasi mengenai hal-hal yang telah kudapatkan selama ini. Namun, wanita di ujung sana dengan senang hati menyanggupi keinginanku, mencari tahu banyak maupun sedikit tentang si pegawai sebelumnya karena aku ingin membantu kasusnya. Padahal, aku tak bilang jika aku seorang polisi.

Wanita itu adalah istrinya, juga merupakan wanita yang menyambutku masuk ke dalam rumahnya. Ketiga anaknya ada di dalam. Masih kecil, mungkin anak sulungnya baru berumur sepuluh tahun. Mereka diminta untuk masuk ke dalam kamar, dan aku tahu jelas jika wanita itu tak ingin anak-anaknya mendengarkan informasi yang berkaitan dengan ayahnya.

Pesan KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang