Bab 4

118 16 1
                                    

Kini, setidaknya ada dua orang yang berada dalam pengawasanku: si pewawancara dan manajer yang sekarang menjadi atasanku. Seolah bergerak dalam tumpukan pecahan botol kaca, aku sedikit ketakutan, jika-jika gerakan yang kulakukan akan melukai seluruh tubuhku, tetapi aku cukup lihai untuk berjalan di atasnya.

Aku tidak tahu alasannya, aku tidak tahu metode apa yang mereka lakukan untuk menghilangkan tubuh seseorang, sampai-sampai hingga saat ini keberadaan si pegawai sebelumnya itu tak diketahui. Yang pasti, pada titik ini aku yakin bahwa pesan yang si pegawai sebelumnya itu tinggalkan bukanlah pesan main-main.

Kurasa, bagaimanapun juga, tidak mungkin ia kongkalikong dengan istrinya hanya untuk mempermainkanku—orang asing yang entah datang dari mana.

Aku rasa aku cukup piawai dalam berpura-pura. Tak pernah kuketahui keahlianku itu sampai sekarang, ketika terpaksa kugunakan. Tersenyum, beramah tamah, tetapi tetap menjaga jarak agar orang-orang tak mengendus bau busuk yang ada di dalam tubuhku. Seolah-olah aku menjalani dua kehidupan yang berbeda.

Semua orang mulai melupakan sosok si pegawai sebelumnya dan mulai menerima keberadaanku yang menggantikan posisinya.

Walaupun tak sampai bertindak ekstrem seperti menguntit hingga ke tempat tinggalnya, atau mencatat seluruh kebiasaannya selama dua puluh empat jam per tujuh hari, aku tetap mengawasi aktivitas yang manajerku dan si pewawancara itu lakukan. Percaya tak percaya, kedua lelaki tak berkumis maupun berjanggut itu memang tak layak untuk dijadikan seorang musuh. Maksudku, astaga, sudah berapa kali mereka mentraktir makan orang-orang yang ada di kantor?

Aku tahu, terkadang pembunuh bermulut manis, dan bukan tidak mungkin orang jahat akan mentraktir rekan-rekan kerja di kantornya. Namun, dengan mantel tebal seperti itu, tak akan kupungkiri jika aku hampir luluh dan lupa bahwa aku tetap harus mengawasinya.

Sampai berapa lama?

Pekerjaan sampinganku itu kuteruskan selama beberapa hari tanpa adanya perkembangan. Pekerjaan itu terhenti dalam kotak kosong. Tak ada jalan, tak ada arahan, tak mampu bergerak ke mana-mana. Tertutup, menghilang, terlupakan.

Aku mencari informasi proyek yang dimulai beberapa bulan sebelum menghilangnya si pegawai sebelumnya. Tak ada yang aneh. Semuanya berkaitan dengan pembangunan dan pemeliharaan resort serta hotel. Aku mencari tahu pada proyek apa si pegawai sebelumnya itu terlibat, tetapi ia tak pernah terlibat dalam proyek besar-besaran di atas lapangan. Semua pekerjaannya hanya dilakukan pada bagian aplikasi atau web, sama sepertiku. Ya, memang janggal jika secara tiba-tiba si pegawai sebelumnya itu harus mengurus urusan logistik yang keluar jauh dari pekerjaan utamanya.

Namun, itu artinya semua pekerjaan yang dilakukannya merupakan pekerjaan yang kulakukan sekarang. Lihat bagaimana aku kehilangan petunjuk investigasi, kan?

Mungkin si pegawai sebelumnya itu memang benar hanya main-main? Mungkin dia memang kabur, menuliskan pesan ini dalam pekerjaannya hanya untuk membuatku berpikir bahwa ia tak kabur, yang padahal sebenarnya ia memang kabur. Tentu, dengan alasan yang sama, ia bisa membutakan sang istri, membuatnya berpikir bahwa si pegawai sebelumnya terlibat permasalah dengan seseorang dan bukannya kabur dengan wanita lain.

Kemungkinan itu memang ada. Aku tak berpikir kemungkinan itu terjadi karena ... ya, mungkin hanya karena aku terkejut melihat berita dirinya yang hilang.

Masalah beres kalau semua itu hanya main-main. Aku bisa hidup dengan tenang, tak perlu memikirkan masalah itu.

Kalau hanya main-main.

Semuanya bukan main-main ketika berita penemuan mayat, diidentifikasi berinisial YCB, hadir di mana-mana. Mayat itu ditemukan di tengah laut oleh sekelompok nelayan, terombang-ambing dengan pakaian carut marut yang sudah tak berbentuk pakaian. Anggota tubuhnya masih lengkap, tetapi ditemukan dalam kondisi berantakan, walaupun mungkin bagi sebagian orang mayat itu masih cukup beruntung karena tak habis dimakan ikan atau burung.

Uh, tidak ada kata beruntung untuk seseorang yang menghilang secara tiba-tiba, kemudian ditemukan sebagai mayat di tengah laut.

Inisial YCB yang diberitakan itu sebenarnya bukan teka-teki besar untukku. Namun, sengaja kuhubungi istri dari si pegawai sebelumnya untuk mencari tahu. Pertanyaanku terjawab dengan jelas, bahwa mayat itu memang si pegawai sebelumnya yang menghilang. Dia meninggal seperti ketakutannya.

Masalah selanjutnya, kemungkinan besar si pelaku merupakan rekan kerjanya sendiri. Sekarang mereka merupakan rekan kerjaku. Walaupun begitu, aku merasa cukup tenang, karena tampaknya polisi akan mengambil alih kasus ini.

Setidaknya, sekarang pesan terenkripsi yang kupecahkan tidak akan terlihat seperti kelakar kosong tak bermakna. Kalau polisi menyatakan bahwa si pegawai sebelumnya itu meninggal karena dibunuh seseorang, aku tinggal memberikan pesan terenkripsi itu pada para polisi dan membiarkan mereka menginvestigasi semuanya. Mungkin mereka bisa dengan cepat menangkap pelakunya.

Kalau semuanya berjalan seperti itu.

Kasus ditutup tak lama setelahnya. Bahkan, tak sampai seminggu. Aku belum mengirimkan pesan terenkripsi itu pada mereka, karena kupikir tim investigasi akan datang ke kantor perusahaan ini dan melakukan penyelidikan di tempat si pegawai sebelumnya bekerja dulu. Aku tahu, aku bisa datang ke kantor polisi sendiri untuk memberikan semuanya. Namun, aku hanya ingin memberikannya pada orang yang tepat tanpa membuat jeda. Lebih cepat lebih baik, kan?

Mereka tak pernah datang ke sini.

Rasa gundahku membara ketika kasus itu ditutup sebagai kasus bunuh diri, dengan dugaan tertekan oleh pekerjaan hingga akhirnya menceburkan diri ke laut. Sebuah penutupan kasus yang amat melenceng dari dugaanku.

Aku mengontak istri dari si pegawai sebelumnya itu, ingin membicarakan kasus yang terjadi, tetapi ia menolak. Ya, aku tak memaksanya juga, sih. Aku yakin, penemuan suami yang kini telah menjadi mayat, apalagi dinyatakan sebagai kasus bunuh diri, bukanlah berita yang ingin ia dengar, meskipun hanya sekali seumur hidup.

Jadi, aku langsung berurusan dengan polisi setelah sebelumnya berkas yang kumiliki mangkrak begitu saja di dekatku, menyerahkan segala hal yang kuketahui, yang ternyata ... merupakan kesalahan besar.

Pesan KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang