duapuluh

1.4K 160 28
                                    

out of sosmed
kali ini serius dulu ~

__________________________________________

Membenahi dasinya yang miring, pemuda bersurai hitam legam itu tampak menawan dengan balutan tuxedo navy beserta kemeja hitam yang melekat pada tubuhnya. Meski tak ada ekspresi khusus di wajahnya, rahang tegas serta tatapan netra kelabunya tetap mampu membuat beberapa gadis di pesta terpikat.

Ia menjadi terbiasa menghadiri pesta seperti ini. Apalagi ia adalah salah satu kemenakan seorang CEO yang sebentar lagi akan segera membuat Levi mengambil alih perusahaan nya.

Alih alih menemani para gadis yang sejak tadi menginterupsi kegiatan bernapasnya, ia malah berdiam diri di dekat pintu masuk dengan segelas red wine di tangan nya. Sesekali ia menilik
kembali arloji yang terpasang rapi ditangan nya.

"Levi, siapa yang kau tunggu?" tanya seorang pemuda bersurai pirang yang di potong undercut.

Levi terperangah, tetapi tetap memasang ekspresi datarnya. "Masih ada beberapa orang yang belum datang."

"Hanya Mike dan [Name] yang belum datang. Apa kau menunggu mereka?"

"Ya."

"Kau menunggu [Name]. Apa aku benar?"

"Jangan bertanya jika kau mengetahui jawaban nya."

Erwin terkekeh. Ia menepuk pelan bahu kanan teman nya itu. "Aku hanya memastikan, Levi. Lagi pula, [Name] sempat menghubungiku sebelum aku datang."

"Lalu?"

"Dia tidak yakin akan datang karena demam nya."

"Ya ya ya baiklah, kau bergabunglah bersama Hange. Dia memanggilmu sejak tadi."

Erwin hanya menanggapi dengan mengedikkan bahunya acuh. Lalu memutuskan untuk melenggang pergi menghampiri Hange. Meninggalkan Levi yang memilih diam dengan ekspresi tak bisa di tebak.

Tangan nya bergerak meraih sebuah benda pipih dari saku, jemari bergerak mengetik sebuah pesan singkat yang tentunya di tujukan untuk salah satu orang penting yang ia tunggu sejak tadi.

"Levi?"

Obsidian abu abu Levi melirik, mendapati mantan kekasihnya tengah tersenyum kikuk ke arah nya. Balutan dress berwarna putih serta rajutan berebntuk bunga di tiap sisi nya yang berwarna emas, menambah kesan manis dan elegan pada Petra.

Pemuda itu sedikit menggeser tubuhnya menjauh, tak tahu apa maksudnya. "Ada apa?" tanya Levi to the point.

"Apa kau mau bergabung?"

"Tidak. Aku sedang menunggu seseorang."

"Siapa?"

"[Name]."

"B-begitu ... baiklah. Aku akan menunggumu disana kalau begitu." ujar Petra diakhiri ringisan seraya menunjuk bar tempat Erwin dan Hange berada.

Helaan napas panjang akhirnya lolos dari mulut Levi. Ia mengerutkan kening saat menatap kembali layar ponselnya. Buru buru ia masukkan kembali benda canggih itu ke dalam saku lalu melangkah cepat kearah pintu masuk.

Netranya menyapu seluruh area parkir dan juga teras, berusaha mencari seseorang. Beberapa kali ia tak sengaja menabrak para tamu yang berlalu lalang disekitar pintu masuk.

"Kau mencari ku?"

Tepukan di bahu serta suara lembut seorang gadis membuat Levi langsung berbalik sebelum ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam.

Ia menatap datar kearah [Name] seraya meraih tangan nya yang masih bertengger di bahu. "Jika kau membiarkan ku menjemputmu, aku tidak akan menunggu terlalu lama."

[Name] terkekeh kecil. Ia mengalungkan tangan nya di lengan Levi. "Aku ingin memberi mu kejutan, Levi."

"Aku tidak terkejut."

"Kalau begitu, berpura pura lah terkejut!"

"Aku tidak bisa." saut Levi sekenanya, membuat gadis bersurai blonde itu berdecak, mengerucutkan bibir membuat Levi menjadi gemas. "Kau, menggunakan heels yang terlalu tinggi." sambung Levi saat [Name] terdiam.

Ucapan itu terdengar seperti keluhan di telinga [Name]. Kekehan kecil akhirnya keluar dari mulutnya. Meski tawa nya juga tertahan karena sedang ada di pesta yang ramai.

"Kalau begitu, aku akan melepasnya."

"Lepas saja. Aku akan menggendong mu kalau begitu."

"Aku lebih tinggi darimu. Jangan mencoba menggendong ku."

"Kau meremehkan ku?"

"Ya te- Levi?! apa yang kau lakukan?!"

Tanpa ba bi bu lagi, Levi malah menggendong tubuh jangkung [Name] bak pengantin. Alhasil seluruh pandangan tertuju pada mereka berdua. Termasuk teman teman sekolahnya yang tengah mengerjap di dekat bar.

Sementara [Name]. Gadis berkulit putih pucat itu menyembunyikan wajahnya di balik ceruk leher Levi. Tak ingin melihat tatapan orang orang di sekitarnya yang pastinya tengah membicarakan mereka berdua.

"Levi, turunkan aku.." bisik [Name] dengan wajah yang sudah memerah seperti udang rebus.

Ujung bibir Levi tertarik membentuk sebuah senyum miring. "Kau yang membuatku melakukan ini. Maka terimalah sekarang."

Demi Tuhan, perlakuan Levi yang tiba tiba seperti ini membuatnya berdebar. Padahal awalnya, mereka bukanlah sepasang kekasih yang terlihat mesra. Bahkan sebelum ini pun mereka jarang terlihat akur. Dan tiba tiba saja, Levi memperlakukan nya seperti ini. Entah apa maksud dan tujuan nya, [Name] juga tak tahu alasan nya.

"Turunkan aku!"

Levi menghentikan langkahnya. Ia menurunkan [Name] di bawah tangga. Tempat yang lumayan gelap dan tak terjangkau oleh siapapun. Hal itu tentu saja membuat [Name] merasa was was.

"Pergilah sekarang." ucap Levi datar.

[Name] mengerjap, mengambil langkah untuk segera pergi. Belum sempat melanjutkan langkah, Levi sudah lebih dulu menariknya, memojokkan nya di dinding lalu mengunci pergerakan nya.

"L-Levi .. kau baru saja menyuruhku pergi."

"Kau akan pergi bersama ku." Levi menarik pinggang [Name], menyusupkan wajah dibalik ceruk lehernya. "Jadilah pasangan ku untuk pesta malam ini." tambahnya seraya mengecup singkat leher jenjang [Name]

SNK ABSURDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang