eps 1

2.2K 91 0
                                    

Hari itu dimana kisah permulaan bagi seorang gadis yang telah kehilangan kedua orang tuanya.

Raina gadis penuh ke Ayuan, ia salah satu bunga desa dikampung nya terlihat sudah hampir beberapa kali bujang di kampungnya berniat melamarnya.

Raina memiliki wajah cantik alami, wajahnya terlihat baby face diusianya yang ke 24 ia terlihat seperti gadis berusia 18 tahun.

Badannya yang mungil membuat dia terlihat seperti baru keluar SMA, ia gadis berhijab yang memang tak pernah tersentuh, impiannya ia ingin mendapatkan pemuda yang paham agama seperti cinta ketiganya saat ia lahir ke bumi yaitu Alm. Ayahnya seorang Ustadz.

Hari ini tepat dimana ia hanya mampu menangis pilu dalam dekapan pamannya yang baru tiba sore tadi, kabar kematian orang tuanya begitu menyayat hati karena tidak ada satupun yang selamat saat dalam perjalanan kepulangan berhaji nya.

Raina tidak bisa menyalahkan takdir dimana takdir sudah atas ketetapan Alloh, ia hanya bisa berdoa dan mengikhlaskan kedua orang tuanya yang meninggal dengan tenang setelah terwujudnya impian mereka menginjak ke tanah suci Mekkah.

"Hiks...Ayah Ibu, Rain bersyukur kalian telah pergi dengan tenang, tercapai impian kalian menginjakkan kaki ke kota suci hiks...Rain berserah diri kepada sang maha kuasa atas takdir ini, Ayah Ibu jika kalian sudah tenang Rain hanya bisa berdoa dan menjaga kehormatan agar kalian tidak khawatir Rain berbuat salah, Rain akan selalu datang menjenguk kalian nanti." Ucap Raina, Ratna sang bibi mengelus pundak keponakannya.

"Haris, Faira izinkan aku membawa Raina ke negaraku semoga kalian diterima disisinya, maaf aku baru bisa mengunjungi setelah kalian telah tiada hiks..." Raina memeluk bibi nya, walau mereka jarang bertemu tapi setiap kunjungan Ratna bibinya selalu bersikap baik padanya.

"Haris maafkan aku, aku sungguh tidak becus sebagai adik, aku akan bertanggung jawab atas kehidupan putrimu aku janji." Ujar Anton adik dari Haris.

Setelah itu waktunya pemakaman dilangsungkan, semua nampak sedih kehilangan pasangan itu karena di kampungnya Haris dan juga Faira adalah pasangan yang terbilang sangat baik karena semasa mereka hidup menebarkan banyak kebaikan bagi warga disana.

Maka dari itu kini banyak yang mengantar jenazah sampai ke liang lahat ya sampai membacakan doa disana, Raina pun menaburkan bunga dan air hingga ia berdiri.

"Selamat beristirahat dengan tenang Ibu...Ayah..hiks..." Raina langsung mengusap air matanya dan pergi mengikuti langkah paman dan bibinya.

"Paman, Bibi..." Paman dan bibi Raina menengok setelah mendengar panggilan keponakannya.

"Ada apa sayang?" Tanya Ratna.

"Setelah Ayah dan Ibu meninggal, bisakah kita pergi setelah 40 hari-an beliau?" Tanya Raina sendu.

Ratna menatap suaminya,ia tau suaminya pasti sangat sibuk di negara mereka, setelah menikah Anton pindah kewarganegaraan dan mereka menetap disana yang terhitung sudah 25 tahunan, Anton mendirikan restoran disana dan ia hanya pulang ke rumah halamannya setiap lebaran saja.

"Maafkan paman Rain, di sana paman banyak sekali pekerjaan,bukan bermaksud menolak mu tapi..." Rain faham betul ia pun tak bisa memaksakannya.

"Paman dan bibi bisa pulang saja, setelah 40 hari bibi dan paman bisa menjemput Raina disini." Tak tega mendengarnya akhirnya Ratna menghela nafas. "Bibi akan tinggal disini selama 40 hari, mungkin pamanmu tidak bisa karena terhalang pekerjaan tapi Bibi bisa menemanimu." Ujar Ratna tulus.

"Terimakasih Bi." Raina langsung memeluk bibinya, ia sangat bersyukur mendapat keluarga yang hangat.

"Iya sayang." Ratna mengelus kepala Raina bagaimanapun sekarang Raina adalah tanggung jawabnya juga kini ia harus bisa menjaga keponakan tersayangnya.

Malam harinya Anton sudah kembali ke negaranya, tersisa Ratna dan Raina didalam rumah sederhana itu, Ratna sudah siap untuk sholat isya mendengar sepertinya Bibinya sedang video call ia pun penasaran.

"Maa...kapan pulang?" Tanya suara diserang sana dengan manja.

"Setelah 40 hari kepergian Om dan Tante mu sayang." Ucap Ratna.

"Huft yaudah Calista disini nunggu Mama pulang, Papa katanya pulang ya Ma?" Ratna mengangguk dan tersenyum.

"Oke deh dah Mama..." Suara pun terputus, Ratna menoleh ia pun mendekati keponakannya.

"Tadi Calista, masih ingat kan anak bibi?" Raina mengangguk, ia pernah dua kali berjumpa dengan Calista saat ia berusia 10 tahun dan saat 17 tahun namun kini ia belum bertemu kembali saat mendengar Calista sedang kuliah.

"Sekarang bagaimana kabarnya Bi?" Tanya Raina.

"Kabarnya baik, dia ingin cepat kita kesana Bibi harap kalian disana baik-baik saja, jangan kayak tom and Jerry ya.." Goda Ratna.

"Xixi...bibi bisa aja, insyaallah kita akan jadi saudara yang akur." Ucap Raina, sebenarnya pertama ia berkenalan dengan Calista gadis itu sedikit angkuh namun tidak bisa dipungkiri bahwa Calista tetaplah sepupunya.

Raina pun berpamitan untuk sholat ia takut terlewat walau waktu isya cukuplah panjang, tapi menunda sholat tidaklah baik.

Setelah selesai membaca Al-Qur'an Raina pun segera membaca doa-doa tak lupa ia berdoa semoga kedua orang tuanya dilapangkan kuburnya dan diberikan kenikmatan kubur ia berharap Alloh mengabulkan doa nya karena apapun yang ia doakan semoga semua adalah doa yang terbaik.

Raina segera menjumpai Bibi nya yang sedang menyalakan televisi.

"Bi, saat Raina disana nanti apakah Raina mudah mencari pekerjaan dilihat Raina tidak terlalu handal dalam bahasan negara bibi." Ratna tersenyum.

"Yasudah ayo kita sedikit belajar agar bahasanya lebih kamu pahami, 40 hari cukup menambah skill mu, bibi tau kamu anak yang cerdas tidak salah bibi mengajarimu, ouh ya masalah pekerjaan bibi dan pamanmu sudah sepakat untuk mempekerjakan mu di restoran kami saja secara tidak perlu membuang waktumu, apa kamu tidak keberatan sayang?" Tanya Ratna.

"Alhamdulillah jika memang Bibi berkenan, Raina harus mendapatkan pekerjaan demi kebutuhan Raina." Sebenarnya Ratna pernah berkata agar Raina tidak perlu sungkan tinggal dengannya tapi gadis itu ingin mandiri dan tidak mau merepotkan, di sana Ratna dan Anton sudah menyiapkan flat kecil dipinggir rumahnya jadi tidak khawatir keadaan keponakannya yang dekat.

"Tapi kamu yakin enggak tinggal sama Paman bibi aja?" Raina menggeleng.

"Tidak perlu Bi, Raina yakin jika Raina mampu untuk menghidupi kehidupan Raina sendiri, Raina hanya perlu punya sanak saudara saja jika Raina bimbang, dan Alhamdulillah ternyata ada tempat kosong di samping rumah Bibi dan paman." Ratna mengangguk setuju.

"Yasudah istirahatlah, Bibi akan ke kamar juga jadi jangan tidur terlalu malam, selamat malam sayang." Raina mengangguk dan ia akhirnya masuk ke dalam kamarnya, ia selalu berdoa semoga ditempat barunya ia tidak punya masalah apapun dan bisa hidup semandiri mungkin walau memang cukup berat baginya untuk menyesuaikan diri.

TBC.

BIND YOu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang