sakit

0 1 0
                                    

Bumi masih terngiang ngiang akan hebatnya penampilan sosok mentari itu saat PenSi tadi. dirinya juga masih terbayang kedipan mata itu dan juga flying kiss itu. walau ia tau itu bukan ditujukan untuknya, tapi tetap saja dadanya berdetak tidak karuan. dirinya masih saja senyum senyum seperti orang gila hingga malam tiba.

dirinya pun memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada mentari

Mentari

mentari, aku menuntut
pertanggung jawaban darimu

loh emang aku salah
apa sampe kamu minta
tanggung jawab

pake gamau ngaku kamu
kamu kan yang tadi wink
dan flying kiss ke aku??!!

idih, orang aku
kasih buat semua orang

intinya tanggung jawab
jantung aku deg deg an
kuat banget

justru kalau kamuga deg
deg an malah bahaya
mati dong kamu kalau
jantung kamu ga deg degan

lah iya juga ya
tapi ini tuh beda
ah kamu ga peka banget
udahlah, kamu tidur aja
besok ketemu di sekolah ya
good night

iya Bumi, good night juga

____

Bumi pun meletakkan ponselnya di nakas sebelah tempat tidurnya, otaknya kembali memutar wajah sang mentari yang tanpa sadan menerbitkan senyum di wajah Bumi. namun senyum bumi seketika memudar ketika mendengar suara pertengkaran kedua orang tuanya di lantai bawah.

"mas kenapa sih kamu ungkit ungkit itu lagi. berapa kali aku jelasin kalau aku ga ngelakuin itu mas"

"halah, pembohong kamu. aku sudah muak sama kamu. dasar kamu itu sampah tidak berguna. lebih baik enyah kau dari sini

Bumi muak mendengar pertengkaran kedua orang tuanya setiap hari. pertengkaran ini bukan baru baru ini saja terjadi, bahkan sejak Bumi masih kecil pun Bumi sudah terbiasa dengan suara teriakan ayahnya dan tangis ibunya. Kini dia pun bangkit dan menghampiri ayahnya karena muak dengan suara pertengkaran itu. samar samar telinganya mendengar suara
mamanya berkata sambil terisak

"mas, aku berani bersumpah aku ga ngelakuin itu mas. aku udah coba buktiin ke kamu tapi kamu gak pernah mau dengerin aku"

saat tiba di depan orang tuanya Bumi pun mencoba menenangkan ibunya

"mau apa kamu hah, kamu itu cuma numpang di rumah ini. mau jadi pahlawan kesiangan kamu?"

"yah, kenapasih ayah selalu kasar ke aku sama mama. apa ayah ga sayang ke aku dan mama?"

"kamu itu bocah ingusan. masih kecil. tau apa kamu sama kesalahan mamamu ini" amarah Anton, ayahnya makin meluap luap melihat kehadiran Bumi.

"aku emang gatau salah mama apa, tapi tidak sepantasnya papa begini"

"dasar anak haram tidak tau diri, kamu itu cuma parasit di rumah ini. mending kamu itu mati aja" ucap ayahnya sambil memukul dada Bumi yang membuat Bumi terduduk kesakitan. Bumi yakin pasti ada luka lebam di dadanya itu besok. Karena tidak ingin ada pertengkaran lagi, bumi membawa mamanya masuk ke kamar untuk menenangkan mamanya.

setelah mamanya tidur dengan tenang di kamar tamu, Bumi beranjak menuju kamarnya. dia merenung, kenapa ayahnya bisa sebegitu kasarnya sejak dulu. dia bahkan tidak tau apa kesalahnnya hingga ayahnya berlaku seperti itu kepadanya. dirinya bahkan tidak bertingkah nakal, tidak seperti remaja umumnya. bahkan dirinya cenderung berprestasi.

"daripada ngelamun, mending aku chat aja si mentari" monolognya

Mentari

mentari
main yuuk
ih aku gabut tau
kamu kemana sih
kamu itu gimana sih
gak Bertanggung Jawab
banget
kamu udah ketuk pintu hatiku
tapi udah aku bukain
eh kamunya ga mau masuk
kan nakal banget
MENTARI
allohu akbar
dighosting dong aku

___

Bumi pun terus menatap ponselnya, berharap Mentari memberikan sebuah balasan pesan. namun 2 jam sudah berlalu, masih belum ada balasan dari sang pujaan hati.

jam berdentang menunjukkan pukul 12 malam. Bumi pun memutuskan memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi.

sang surya telah menunjukkan sinarnya, ayam milik tetangga berkokok bersahutan menandakan pagi telaj tiba. Bumi pun bersiap siap berangkat ke sekolah. saat di bawah, dirinya tak melihat ayahnya di meja makan. hanya mamanya yang duduk di sana menunggunya untuk sarapan bersama.

"mama kok sendirian, mana ayah"

"ayah ada ditelfon atasannya, ada tugas dadakan. jadi ayah berangkat duluan"
"yaudah sini kamu cepetan sarapan"

"iya ma" Bumi pun menghabiskan sarapannya dan segera berangkat menuju sekolah.

saat sampai di sekolah, Bumi menghampiri kelas Mentari. Namun, bumi tidak melihat adanya mentari. akhirnya bumi memanggil salah satu teman mentari, yaitu Vanya.

"eh, nya, Mentari mana"

"gamasuk dia, sakit. keknya kecapean abis event kemarin"

"ohh gitu, yaudaj thanks". Bumi melangkah kembali ke kelasnya.

bel pulang telah berbunyi. semua siswa berondong bondong ke parkiran untuk segera pulang ke rumah masing masing. tak terkecuali geng ABCDEF. namun Bumi memilih untuk pergi ke rumah mentari utuk melihat keadaan gadis itu.

Bumi telah sampai di rumah Mentari setelah tadi sempat mampir ke warung penjual bubur ayam.
"assalamualaikum"
"tarii"
"mentari"

"waalaikumsalam" mentari membukakan pintu untuk Bumi dengan wajah yang pucat.

"eh kamu sakit apa"

"gatau nih, badan aku dingin banget. kayaknya sih aku demam"

"pasti gara gara kecapean kan. ayo makan dulu, aku bawain kamu bubur ayam" bumi pun menarik mentari agar duduk di kursi ruang tamu sambil mulai menyuapi mentari

"kok sepi, ini orang orangnya kemana?"

"papa mama aku lagi dinas di luar kota, aku ga ada saudara. jadi di rumah cuma ada aku sama bibi. bibi ada di kamarnya." hingga tak terasa buburnya telah habis tak bersisa. melihat mentari yang lemas dengan bersandar pada kursi membuat Bumi berinisiatif untuk menyandarkan kepala mentari di dadanya kemudian mendekap mentari agar merasa hangat.

mentari pun merasa nyaman dengan pelukan itu dan membuatnya tertidur. setelah itu Bumi memanggilkan bibi dan meminta tolong agar pintu kamar mentari dibukakan agar bumi bisa memindahkan Mentari ke ranjangnya. setelaj dirasa mentari nyaman dengan tidurnya, bumi pun bergegas kembali ke rumahnya setelah berpamitan kepada bibi.


Pelukan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang