Cerita Sampingan 8

754 80 7
                                    

Sorry for typo(s)!

---

Setelah mimpi, hidup berlanjut.

Pada suatu pagi yang sejuk di penghujung bulan Oktober, seorang pria dan seorang wanita saling berpelukan saat mereka berbaring tertidur di tempat tidur biru tua berukuran besar. Beberapa helai rambut hitam wanita itu ada di wajah pria itu.

Segera, wanita itu bergerak sedikit, seolah-olah dia akan bangun dan rambutnya menyentuh hidung pria itu, tiba-tiba membangunkannya.

Saat pria itu membuka matanya, jejak kehilangan melintas di matanya dan senyum pahit menghiasi bibirnya. Dia sudah tahu bahwa itu adalah mimpi sejak awal, tapi dia masih perlu meluangkan waktu sejenak untuk menghibur dirinya sendiri.

Seperti biasa, Myungsoo pertama-tama dengan lembut melepaskan pegangannya di pinggang Sooji. Dia ingin menertawakan dirinya sendiri. Dia akan selalu memeluknya begitu erat saat dia tidur, seolah-olah takut kehilangannya, tapi kemudian dia akan selalu melepaskannya diam-diam sebelum dia bangun.

"Kau sudah mengumpulkan semua keberanianmu untuk memilih perceraian, tapi kenapa kau tidak bisa menggunakan semua keberanian itu untuk mengambil langkah maju?"

"Kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kau menyukaiku?"

"Apa kau takut aku akan menolakmu atau kau takut aku tidak akan bisa mengatakan tidak?"

Setiap pertanyaan yang diajukan Sooji dalam mimpinya mengguncang hatinya. Ya, dia benar-benar berencana menceraikannya. Setelah memikirkannya selama setengah tahun, dia baru saja mengumpulkan keberaniannya dan meminta Chanyeol untuk menulis surat cerai minggu lalu. Kertas-kertas itu sekarang ada di ruang kerjanya. Dia sudah merencanakan untuk memberikannya pada Sooji hari ini setelah sarapan.

Tapi, itu sebelum dia mendapat mimpi indah itu. Sekarang, dia bertanya-tanya apa dia bisa mencoba sekali lagi. Bagaimanapun, dia sudah siap untuk membiarkan Sooji pergi. Dia sudah kehilangan segalanya. Apa lagi yang dia takutkan?

Myungsoo ragu-ragu sejenak, lalu menoleh pada Sooji. Tapi, dia menyadari bahwa wanita yang seharusnya masih tidur sudah bangun dan menatapnya.

"Apa yang seharusnya kukatakan?"

"Katakan padaku bahwa kau menyukaiku."

Sooji dari mimpinya meminta ini darinya.

"Aku..." Myungsoo mengumpulkan keberanian apa pun yang tersisa, berusaha melawan pikiran gelap dan pesimistis yang memenuhi pikirannya.

Sooji mengerutkan alisnya dengan ragu.

"Sooji, aku menyukaimu." Myungsoo akhirnya mengucapkan kata-kata itu dalam satu napas. Setelah mengucapkan kalimat ini, Myungsoo merasa sangat takut, seolah-olah dia menghadapi hukuman mati dan hanya menunggu hakim untuk menghukumnya. Dia sangat ketakutan, tapi dia tidak berani berpaling dan menutup matanya.

Sooji menatapnya dengan sangat tidak percaya. Setelah sekian lama, dia kembali ke dirinya sendiri dan bergerak, ingin duduk. Saat dia melakukannya, selimutnya bergeser, memperlihatkan beberapa warna biru dan ungu yang tampak menakutkan di tubuhnya. Setelah dia duduk dengan benar, Sooji mengangkat selimut dan membungkus dirinya.

"Maaf..." Myungsoo tahu bahwa tanda-tanda mengerikan itu karena tindakan kasarnya tadi malam. Hatinya tercabik-cabik.

"Maksudmu?" Secercah kegembiraan di mata wanita itu langsung dingin. Benar saja, dia seharusnya tidak terlalu berharap.

"Maaf, tapi aku menyukaimu," Myungsoo menjawab, suaranya penuh rasa bersalah.

Sooji, yang wajahnya baru saja gelap, bersinar sekali lagi.

Love Me, Please? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang