52 - Akhir yang Bahagia

652 78 21
                                    

Sorry for typo(s)!

---

Pada hari tahun baru, Myungsoo bangun lebih awal. Dia mengingat kata-kata Nyonya Bae dan tidur lebih awal tadi malam. Ciuman pagi yang lembut jatuh di wajah Sooji yang masih tertidur, lalu Myungsoo bangkit dan berganti pakaian.

"Tuan Kim, selamat tahun baru." Seorang pelayan melihat Myungsoo berjalan-jalan di halaman dan menyambutnya dengan senyuman.

"Selamat Tahun Baru." Dalam suasana hati yang baik, Myungsoo menjawab dengan anggukan kecil.

Meskipun Nyonya Bae menyuruh Myungsoo untuk bangun pagi, dia sendiri hanya berhasil bangun setengah jam sebelum sarapan. Saat Myungsoo selesai berjalan dan memasuki rumah, dia melihat Nyonya Bae dan Tuan Bae duduk di ruang tamu. Sambil tertawa kecil, Nyonya Bae berkata,"Ibu dengar kau bangun pagi-pagi sekali hari ini."

"Bangun pagi-pagi di hari pertama tahun baru adalah keberuntungan." Myungsoo balas tersenyum.

Nyonya Bae merasa nyaman setelah mendengar kata-kata Myungsoo. Senang dan sedikit khawatir, dia bertanya,"Kau baru saja keluar dari rumah sakit dan kau begadang tadi malam. Bangun pagi-pagi sekali, apa kau tidak lelah?"

"Aku tidak lelah. Dan udara pagi ini sangat menyegarkan," Myungsoo menjawab.

"Bagus." Nyonya Bae mengucapkan kata itu beberapa kali dengan gembira. Dia kemudian mengeluarkan amplop merah besar dari sakunya dan menyerahkannya pada Myungsoo. "Ini, amplop tahun barumu."

Myungsoo mengerjap, tidak yakin harus bereaksi.

"Ambillah." Melihat kurangnya gerakan Myungsoo, Nyonya Bae tidak bisa menahan diri untuk tidak menekannya ke arahnya.

"Eh... Terima kasih, Ibu." Myungsoo menerima amplop itu dengan linglung.

Nyonya Bae mengangguk, tangan kanannya diam-diam menyenggol Tuan Bae di sampingnya. Tuan Bae terbatuk, lalu dengan canggung menyerahkan amplop merah lagi pada Myungsoo. "Ini dari ayah."

"Terima kasih, Ayah." Myungsoo sekali lagi terkejut. Tapi, karena dia sudah mengalami kejutan ini beberapa saat sebelumnya, dia berhasil pulih lebih cepat. Myungsoo menerima amplop itu, mengucapkan terima kasih sekali lagi. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Apa ada etiket untuk ini? Haruskah dia mengucapkan beberapa kata keberuntungan? Atau bahkan mungkin memberikan amplop merah miliknya sendiri? Presdir Kim, yang belum pernah menerima amplop merah sebelumnya, merasa sangat terjerat.

"Apa yang kau lakukan?" Pada saat ini, Sooji menuruni tangga. Dia mengenakan sweater merah cerah, membuat Myungsoo berpikir bahwa dia sendiri terlihat seperti amplop merah.

Sooji melihat dua amplop tebal yang dipegang Myungsoo dan bertanya,"Dari orang tuaku?"

"Ya." Myungsoo dengan bodohnya mengangguk.

"Dan milikku?" Melihat anggukan Myungsoo, Sooji segera meminta amplop merah dari orang tuanya.

"Berapa umurmu? Kau masih meminta amplop merah." Nyonya Bae tertawa dan menampar tangan Sooji yang terulur.

"Kenapa dia bisa memilikinya?" Sooji menggerutu, berpura-pura cemburu.

"Ini pertama kalinya Myungsoo merayakan tahun baru di rumah kita. Tentu saja kita harus memberinya beberapa amplop merah. Ini disebut hadiah untuknya karena masuk ke dalam keluarga kita," Nyonya Bae menjelaskan.

Setelah Myungsoo melihat bahwa Sooji menginginkan sebuah amplop merah, dia berniat untuk langsung menyerahkan kedua amplopnya pada Sooji. Namun, setelah penjelasan Nyonya Bae, Myungsoo dengan tenang menarik kembali tangannya yang terulur setengah dan diam-diam memasukkan amplop merahnya ke dalam sakunya. Tapi, ya, dia masih harus membujuk istrinya, jadi dia berkata,"Mulai sekarang, aku akan memberimu amplop merah setiap tahun sampai kita menjadi tua."

Love Me, Please? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang