3. 📷

63 12 2
                                    

HAPPY READY
-
-
-
-

"Assalamu'alaikum.... "

Mail membuka pintu utama, dan menutupnya kembali. Tidak ada jawaban, sepertinya orang rumah belum pulang. Pikirnya.

Mail berjalan menuju kamarnya, hari ini dia sangat lelah. Baru saja dia melangkahkan kakinya, seseorang menarik belakang kerah bajunya.

Buaakh

"Dasar anak yang tidak tau diri!! "

Buagkh

Dia meninju rahang Mail dengan sekuat mungkin, sampai membuat Mail tersungkur ke lantai.

"APA KAMU NGGAK CUKUP BUAT SAYA MALU?! MAU SAMPAI KAPAN KAMU MAU MEMPERMALUKAN SAYA?! "

Dia mengambil ikat pinggang, mencambuk punggung Mail begitu keras.

Jderrr

"Ini hukuman kamu karena sudah membuat saya malu!! "

Jderrr

"Ini hukuman kamu karena sudah berjualan di sekolah!! "

Saat Dia ingin mencambuk kaki dan punggung Mail, seseorang datang menghentikannya.

"OM HENTIKAN! MAIL BISA MATI OM!! "

"Jangan ikut campur susan! Biarkan om kasih pelajaran ke anak yang tidak tau diri ini!! "

"Kalau om tidak hentikan, saya bisa laporkan om ke polisi sekarang juga!! "

Om sukiman menatap tajam kearah Susan dan langsung pergi meninggalkan ruang tamu, jika saja Susan bukan anak sahabatnya. Mungkin nasibnya bakal sama seperti Mail.

Susan mengangkat Mail agar duduk di kursi ruang tamu. Susan mengambil kotak P3K.

Susan meringis melihat punggung Mail yang memerah akibat cambukan. Mail itu anak yang kuat, dia tidak suka terlihat lemah di hadapan orang lain.

 *****

Sore ini suasananya sangat cerah dan sejuk, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di taman.

Aku berjalan kearah pintu dengan girang sambil bernyanyi kecil. Tapi nyanyian ku berhenti saat bunda menyuruh ku ke toko depan untuk membeli kue lapis.

"Mei-mei yang cantik nan imut, tolongin bunda beliin kue lapis di toko depan yaa. " ucap bunda Liying.

Lenyap sudah ekspektasiku untuk berjalan-jalan di taman. Aku tersenyum paksa mengiyakan permintaan bunda.

"Nih uangnya. Kembaliannya buat kamu aja, itung-itung buat gaji kamu"

Aku tidak tau, apakah aku harus bahagia atau sedih?

Laa.... Laa.... Laa... Aku suka sekali....... ternistakan.

Aku berjalan sambil bernyanyi, melanjutkan nyanyianku tadi. Di tengah jalan aku kepikiran sesuatu.

"Tadi bunda suruh beli kue lapisnya berapa ya? "

Aku berusaha mengingat-ingatnya, tapi sial. Aku malah salah jalan, tokonya sudah lewat dari tadi.

"MIMPI APA AKU TADI MALAM!! " Aku berteriak seperti orang gila di pinggir jalan.

Aku mendengar bisikan orang-orang di sekitarku.

'Cantik-cantik gila. '

'Jangan dekat-dekat sama dia, nanti kamu ketularan gila. '

Lebih kurang begitulah bisikannya.

Rasanya aku ingin mengubur diriku hidup-hidup.

Aku berjalan balik menuju toko kue lapis, sebelum aku benar-benar mengubur diriku hidup-hidup.

"TOKO MPOK SUKINEM"

"Permisi... Beli..... "

Seorang ibu yang sudah paruh baya datang menghampiriku.

"Mau beli apa nak?" Tanya ibu itu ramah.

"Saya mau beli kue lapis dua puluh ribu tante. "

"Tunggu sebentar ya... "

Aku mengangguk sambil tersenyum kepada tante penjual kue lapis.

"Mail! Ambilin kue lapis dua puluh ribu. "

Hah. Mail?

Pikiranku langsung tertuju pada satu orang. Teman sebangku ku.

Aku terkejut melihat Seseorang keluar dari ruangan yang tidak aku tau itu ruangan apa.

"Kamu ngapain disini? " Aku refleks bertanya.

Dia terlihat bingung. "Maaf. Lo siapa ya? "

What the fu__

Jadi selama ini dia tidak mengenal Mei-mei yang cantik?

"Kamu sungguh tidak mengenalku? " Aku mencoba bertanya lagi. Siapa tau dia cuman bercanda.

Tapi dia menggelengkan kepalanya, pertanda tidak tau.

Aku berusaha tidak mengumpat nya. "Aku Mei-mei, teman sebangku kamu. "

Dia ber-oh ria sambil menganggukan kepala. Reaksi yang sangat alami.

"Ini pesanannya. " Dia memberikan pesanan yang aku pesan tadi.

Aku mengambilnya dan langsung pergi begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah pun.

*****

Aku baru saja sampai di depan rumah, disaat aku ingin membuka gerbang, langkah kakiku terhenti. Melihat sebuah motor yang terparkir di halaman.

Aku tidak tau itu motor siapa, dengan langkah cepat aku memasuki rumah.

" Kemana aja kamu? Bunda suruh kamu beli kue lapis di toko depan. "

Aku kaget melihat bunda muncul tiba-tiba.

"Bunda, itu motor siapa yang terparkir di halaman depan? " Aku bertanya kepada bunda, siapa yang punya motor di depan.

"Itu ada temanmu yang datang. "

Teman. Siapa? Seingatku, aku tidak pernah membawa teman ke rumah.

Aku menyerahkan bungkusan plastik yang berisi kue lapis pada bunda, dan berjalan masuk kedalam rumah.

"Ehsan... "

Aku terkejut melihat Ehsan yang duduk di ruang tamu. Ternyata teman yang ibu maksud itu Ehsan dan motor yang terparkir di halaman depan itu motornya Ehsan?

"Malam Mei-mei. " Dia menyapa sambil tersenyum.

"Malam.... " Aku membalasnya sambil ikutan tersenyum.

"Umhhh... " Dia menggaruk belakang kepalanya.

"Kenapa? " Aku bertanya, mencoba untuk peka.

Dia mengeluarkan sebuah bingkisan dari bawah meja.

"Ini ada bingkisan buat kamu, semoga kamu suka. " Ucapnya sambil menyerahkan bingkisan itu.

Aku mengambilnya dan mengucapkan terimakasih.

"Kamu mau minum apa?" Aku coba menawarkan minuman

"Eh, makasih. Aku cuman mau kasih bingkisan aja. " Dia menolaknya secara halus.

Kemudian dia berpamitan kepadaku dan bunda.

Di dalam kamar aku memikirkan perkataan Susan tadi siang. Apakah dia mengangap diriku sebagai saingan?

Sebaiknya aku harus menjaga jarak dengan Mail.

To be continued

BEFORE M.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang