Minggu terakhir sebelum besok -hari Senin sekolah kembali masuk.
Dari pagi tadi Azka udah berkutik di depan meja belajarnya, belajar buat persiapan ujian nasional yang tinggal beberapa bulan lagi.
Beberapa lembar kertas berserakan penuh dengan angka-angka dan rumus. Sampah tisu dengan noda darah juga udah berceceran.
Ya... Azka mimisan, hal yang selalu terjadi ketika ia belajar dengan keras.
Biasanya Azka belajar tengah malam, sekitar jam tiga pagi setelah shalat tahajud. Kemudian di lanjut setelah shalat subuh sampai mau berangkat sekolah.
Menurutnya, belajar di jam tersebut sangat efektif dan kondusif. Tentu saja, karena Audrey si biang keributan masih bergelut di dalam selimut sambil mimpiin Jae Day6.
Seharusnya sekarang ini Azka udah jadi mahasiswa, sayangnya dulu sempat jatuh dari kamar mandi dan kepalanya terbentur jadi sekolahnya pun ditunda satu tahun karena harus rawat inap dan tentu biayanya mahal.
Beruntung di kelas bukan cuma Azka yang tunda sekolah satu tahun, ada Jeffrey juga yang harusnya udah jadi mahasiswa.
Jeffrey dulu sempat tinggal di Amerika, dan selama satu tahun dia di Indonesia, orangtuanya memutuskan buat kasih private Bahasa Indonesia dulu supaya pas masuk sekolah nanti dia bisa menyesuaikan.
Handphone Azka yang bergetar membuatnya menghentikan kegiatan, apalagi setelah tau nama siapa yang ada dilayar.
"Tunggu sebentar aku kesana," ucapnya pada seseorang di seberang sana.
...
Masakan di restoran atau cafe emang enak, tapi masakan mamah Wendy gak kalah enak. Saat Wendy berkutik dengan berbagai macam bahan masakan di dapur, saat itu juga satu persatu makhluk di rumah mulai ke luar sarangnya.
"Mah, teteh laper," ucap Audrey yang tiba-tiba masuk ke dapur dengan daster bermotif princess sophia melekat di tubuhnya. Tangannya menggaruk pantatnya yang tepos.
Ya lagian buat apa punya pantat besar? Itu pantat atau beban hidup besar banget.
"Mamah masak apa?" tanyanya mengintip di balik tubuh Wendy.
"Sayur sop, ayam goreng sama tempe kesukaan kalian nih."
"Mamah boleh minta tolong bangunin Aufar? Nanti suruh mandi abis itu siap-siap shalat. Kita makan bareng, papah juga mau makan siang di rumah hari ini," titah Wendy.
Audrey yang masih waras karena baru bangun tidur mengangguk lalu berjalan menuju kamar Aufar yang berada di lantai dua -di samping kamarnya.
Di depan pintu berwarna putih dengan tag bertulisan "Cepu dilarang masuk", Audrey menggedor pintu itu.
Ingat menggedor bukan mengetuk, karena mengetuk hanya untuk human berakhlak, sementara Audrey sudah terverifikasi gak punya akhlak di mata Aufar.
Pintu terbuka dengan menampilkan wajah bareface Aufar yang ya-harus Audrey akui adiknya sedikit tampan.
Rambutnya yang berantakan, matanya makin sipit, benar-benar mirip mamah Wendy. Belum lagi kaos oblong putih dan celana pendek berwarna hitam yang digunakan, MasyaAllah. Coba aja kalau omongan dia gak pedes, mungkin udah jadi kandidat cowok terganteng di sekolah bareng si kembar Jeno Juno.
Tapi ya namanya manusia, gak ada yang sempurna. Aufar ganteng iya, pinter iya, soleh iya, ya-minusnya cuma satu omongannya pedes kayak mamahnya mie gaga.
"Buru mandi terus shalat, mama masak tempe. Kalau abis dzuhur belum selesai, gue abisin nih tempenya," ancam Audrey karena tempe adalah makanan favorite Aufar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
FanfictionHanya sebuah cerita keluarga sederhana, Bukan rumah makan ya. Judul awal "We Are Family"