Berdebat dengan diri sendiri.

2 1 0
                                    

Awal semester 2 dikelas 12 aku dituntut untuk memilih kemana aku akan melangkah untuk kedepannya setelah selesai dari Sekolah menengah atas.berdebat dengan pikiranku sudah aku lakukan dari satu tahun yang lalu.
1 tahun yang lalu aku bertanya kepada ibu dan ayahku.
"Mak,yah aku kemana melanjutkan kuliah?."tanyaku kala itu.
"Terserah kamu mau kemana,ingin ke medan silahkan kalau kamu mendapatkan Bidikmisi kamu tahu kan ekonomi kita tidak akan mampu untuk menyekolahkanmu kalau jalur mandiri."ucap mereka kala itu.

Aku sudah tahu tentang ekonomi kami lemah dari jauh jauh hari sebelum aku bertanya tentang kuliah.

Itu ucapan mereka 1 tahun yang lalu dan sekarang berubah setelah mereka mulai mengetahui gimana menyekolahkan diluar kota ini,mama mulai sharing kepada kerebat yang lain yang sudah berpengalaman duluan menyekolahkan diluar kota.kesimpulan yang dapat mama simpulkan menyekolahkan diluar kota itu cukup berat.lalu dia mengatakan kepadaku.
"Menyekolahkanmu diluar kota itu cukup berat walaupun kamu mendapat Bidikmisi."
"Dari mana mama tahu?"
"Mama sudah sharing banyak dengan para tante-tantemu yang sudah berpengalaman dan kata tantemu yang anaknya Bidikmisi di UNIMED dia tetap mengirim kurang lebih 800 ribu setiap bulannya,mama rasanya gk sanggup nak."ucap mama.
"Biarkan aku berpikir dulu."ucapku akhirnya.

Baik sekolah disini atau diluar kota memang tidak ada masalah bagiku.tapi aku hanya ingin mencoba SNMPTN itu kalau aku tidak masuk setelah itu baru aku akan sekolah dikota ini.seperti yang mama bilang 1 tahun yang lalu.
Mulai bertanya dengan Kakak sepupu yang sudah mengenyam bangku perguruan tinggi.
"Kak apa aku sekolah disini saja?"
"Kalo menurut Kakak dek lebih baik sekolah disini,jangan membebani orangtuamu lagi,disini kamu bisa mangajukan beasiswa diperguruan tinggi yang paman bekerja disitu." Ucapnya.
Memang salah satu abang dari mama bekerja disalah satu perguruan tinggi dikota ini bukan perguruan tinggi negeri sih tapi di kampus tersebut mahasiswanya dimerdekaan belajarnya.

Berdebat dengan diri sendiri sebelum tidur sudah menjadi rutinitasku.
Libur semester 1 yang lalu tante dari Batam datang mengunjungi nenek mereka sudah 8 tahun tidak datang mengunjungi nenek.salah satu anaknya seumuran denganku.dan lagi aku akan ditanya tentang kemana aku melanjut.
"Kemana kamu mau melanjut?"tanya tante.
"Disini aja tan."jawabku.
"Kenapa tidak mencoba keluar kota dengan jalur SNMPTN?"
"Mama bilang biayanya terlalu mahal tan."
"Kalau enggak kamu bisa ikut tante ke batam kamu bisa kuliah dan bekerja disana."
"Saya pikirkan dulu tan."
Usulan dari tante sudah disampaikannya kepada mama.

"Gimana kamu tertarik dengan itu?"tanya mama kepadaku.
"Tertarik sih mak tapi saya tidak yakin dengan fisik saya."jawabku.
"Mama juga berpikir seperti itu sedangkan disini kamu gk ngapa ngapain maagmu sudah kambuh."
Memang awal libur itu maag ku sempat kambuh.
Kembali berdebat dengan diriku sendiri.
"Gimana kalau aku bekerja saja."
"Tapi bagaimana dengan kuliahku,menjadi perempuan yang berpendidikan tinggi sudah menjadi impianku sejak dulu."
"Tapi gaji yang dibilang tante dibatam juga cukup menggiurkan."
"Bagaimana kalau aku bekerja sambil kuliah seperti saran tante,tapii apa aku bakalan sanggup."
Mama mengatakan usulan tante itu kepada ayah dan ayah menolak keras kalau aku kesana.ayah bilang aku terlalu muda untuk kesana batam itu kota yang keras katanya,lagian nanti ayah meninggal kamu gk liat lanjutnya.yaa aku mengerti tentang kekhawatiran seorang ayah kepada putrinya yang masih berumur 18 tahun untuk pergi dari dekapannya.

"Mak,yah aku pergi aja yah kebatam itu."keukehku.
"Kamu keras kepala kan ayah sudah bilang kamu terlalu muda untuk kesana batam itu kota yang bebas."ucap ayah.
"Kayak mana lah disini juga entah apa jurusanku sampai detik ini aja aku masih belum terima mau jurusan PGSD."ucapku sambil menangis,akhirnya keluar juga memang dari kemaren mereka menyarankan aku sekolah disini dan menyarankan untuk mangambil jurusan PGSD rasanya hati ini belum bisa ikhlas kesana dari aku kecil gk ada cita-citaku ingin jadi guru itu bukan fashionku.
"Kamu bisa pilih jurusan yang lain gk harus itu"ucap mama.
"Ke medan juga gk dibolehkan kalian."ucapku.
"Kan mama sudah bilang menyekolahkanmu kesana berat mama gk akan sanggup nanti kalau kamu berhenti ditengah jalan bagaimana?kita juga yang malu."
"Dilihat nya bagaiman keadaan orangtuamu."tambah ayah.
Aku terdiam mencerna kalimat mereka sambil terus menangis baru kali ini aku memperlihatkan air mata kepada mereka selama ini aku selalu menangis dalam diam dikamar memikirkan bagaimana kedepannya.
"Ayo makan jangan terlalu dipikirkan,jangan terpengaruh dengan gaji yang tantemu bilang,teguhkan saja hatimu disini saja kuliahnya."ucap mama.

Memikirkan tentang perdebatan kami malam itu aku akui aku egois disana.ingin berkehendak sesuai keinginanku tanpa memikirkan orangtuaku baiklah aku teguhkan hatiku yaallah lebih baik aku disini kuliah daripada gk melanjut sama sekali.

Dihari pertama semester 2 guru yang mengurus tentang perangkingan siswa yang berhak mengikuti SNMPTN masuk kedalam kelas kami.
"Siapa yang ingin melanjut?angkat tangannya!"
Aku dan teman-teman yg lain mulai mengangkat tangan.
"Ini masih hasil sementara yang bapak rangking yang berhak masuk SNMPTN."ucapnya.
Pikiranku entah kemana kala itu tanganku dingin linglung,sampe sampe bapak itu sering menegurku.
Rupanya kami tidak dikasih nafas setelah masuk semester 2 ini.
Dihari kedua bapak itu menyuruh kami untuk membawa fotocopy rapot dari semester 1 sampai 5.dan aku sudah menyerahkannya.
Malamnya dirumah aku melihat notif bahwa aku dimasukkan kedalam grup yaitu:INSPIRATION 2.
Yaa aku tahu grup apa itu grup SNMPTN rupanya aku masuk di 40 persen siswa yang berhak masuk SNMPTN.aku bingung apa aku bilang aja kebapak itu bahwa aku tidak ingin mengikuti ini.pikirku.
Besoknya aku ingin mengumpulkan fotocopy rapot temanku yang belum mengumpulkan semalam sambil kubilang sama bapak itu aku tidak mengikuti SNMPTN itu.
"Pak,ini fotocopy rapotnya."
"Yaa makasih."ucap bapak itu hendak pergi.
"Pak boleh minta waktunya sebentar."ucapku sebelum bapak itu pergi.
"Emang siapa guru kalian?"
"Ibu bindo pak ibu itu lagi gk masuk."ucapku.
"Apa yang mau kamu katakan?"tanya bapak itu.
"Pak,kan saya tidak ingin mengambil SNMPTN itu."
"Jadi??"
"Terussss.."aku bingung ingin menjawab apa.
"Sekarang ikuti aja dulu alurnya bagaimana nanti hasilnya kita pikirkan disana."ucap bapak itu akhirnya.
"Emm oke pak makasih atas waktunya."ucapku berlalu dari hadapannya.
Jam pelajaran terakhir bapak itu datang kekelas kami lalu menyebutkan namaku dengan 5 temanku yang lainnya untuk menemui bapak kepala sekolah.
Apalagi sekarang tuhan.batinku.
Kami pergi keruang Bapak kepala sekolah dengan beberapa murid dari kelas lain.
Setelah sampai diruangan itu Bapak kepala sekolah menyuruh kami untuk duduk.
"Kalian tahu kenapa bapak panggil kalian kesini?ada yang bisa jawab."tanya Bapak itu memulai obrolan.
"Tentang jadwal SNMPTN pak."ucap salah satu temanku.
"Siapa yang bilang katanya?"
Temanku langsung diam.kami hanya diam menunggu bapak itu berbicara lagi.
Lalu dia mengabsen nama-nama kami sambil bertanya dimana alamat dan apa cita-citanya.
"Ya Bapak memanggil kalian karena setalah dilakukannya perangkingan nama kalian ada di 63 siswa yang terpilih disekolah ini untuk mengikuti SNMPTN.tujuan bapak hanya ingin memotivasi kalian supaya bisa melanjutkan pendidikan kalian diperguruan tinggi."
Bapak kepala sekolah muali bercerita tentang anak-anaknya yang sudak selesai Kuliahnya dan masih banyak hal yg bapak itu sampaikan.yang akhirnya membuat kami pulang agak lama dari biasanya.

LAST HUNDRED SIXTEEN DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang