namanya shim jaeyun.
yaa, kalau nama lainnya itu jake shim.dia lahir di australia, lalu pindah ke sini saat umurnya 1 tahun. dari pertama kali dia dan keluarganya pindah ke desa kami, mamaku adalah orang yang selalu membantu mereka. ya entah itu mengenalkan lingkungan sekitar, atau membuat masakan untuk keluarga mereka. hingga saat umur 4 tahun, aku dan jake ditempatkan di TK yang sama, katanya biar jadi dekat.
nyatanya? tidak.
saat itu aku berpikir, kenapa mama mau bantu keluarga shim? sampai sering buat masakan untuk mereka? bukannya itu ngerepotin ya? dasar merepotkan. pemikiran itu muncul karena aku hanya tinggal dengan mama, sedangkan ayah meninggal saat aku berusia 8 bulan.
baiklah, itu pemikiran yang cukup kejam. tapi mohon dimaklumi, aku masih 4 tahun waktu itu. dengan pemikiran seperti itu, membuatku tidak mau dekat-dekat dengan jake. takut dia merepotkan juga. meski sejujurnya, aku agak kasihan. dia masih susah berkomunikasi dengan bahasa yang kami gunakan, jadi dia selalu pakai bahasa inggris. membuatnya jadi tidak punya teman di TK, karena tidak ada yang paham dengan apa yang jake katakan.
termasuk aku.
"dek,"
aku yang sedang membantu ibu mencuci piring menoleh, "ya, kenapa ma?"
"katanya, kamu di TK gak mau ya dekat-dekat sama jake? kenapa?"
aku hanya menatap mama, lalu kembali fokus mencuci piring. mama nampaknya masih menatapku, menunggu jawaban. pada akhirnya aku perlahan menghela napas.
"aku gak suka jake dan keluarganya."
"loh?"
"mereka ngerepotin mama. mama selalu bantu-bantu mereka dalam hal yang padahal bisa mereka kerjakan sendiri, mama juga selalu buatkan mereka makanan padahal tante shim pasti bisa masak. aku gak suka itu. mama kan cuma ada aku, mama udah ngurus aku juga. kenapa ngurus orang lain lagi? nanti mama capek, mama sakit. kalau sampai itu terjadi, aku benar-benar bakal benci sama mereka."
saat itu, mama terdengar terkejut. jelas saja, hal seperti itu keluar dari mulut seorang anak berusia 4 tahun yang sedang bantu mamanya cuci piring.
"kamu—kenapa bisa kepikiran kayak gitu dek?"
"gak tau. muncul gitu aja di kepala adek."
mama yang sedang siapkan makan malam meletakkan pisaunya, dan duduk di samping aku yang masih cuci piring. mama duduk dan mengelus kepalaku perlahan, terdengar sedikit helaan napas yang keluar dari mulut mama.
"kamu gak boleh berpikir kayak gitu lagi, ya dek?"
aku hanya diam. menunggu mama melanjutkan perkataannya.
"gimana ya? mama sama sekali gak merasa direpotkan. mama bantu keluarga shim itu dengan sepenuh hati, sekedar bantu antar sesama tetangga dan manusia. memang, beberapa hal bisa dikerjakan sendiri sama mereka, tapi kan mereka orang baru di sini. mama sebagai tetangga terdekat jelas mau bantu, apalagi tetangga yang lain nampaknya gak mau akrab dengan keluarga shim karena susah komunikasinya. mama yang cukup bisa berbahasa inggris ya harus bantu jelaskan, biar mereka paham soal sekitar sini. kalau gak, siapa lagi? lagian, tante shim juga sama-sama bantu mama juga kok. tante shim kasih tau mama banyak resep makanan baru dari australia yang nanti bisa mama bikin untuk kamu. kita sesama manusia harus saling bantu toh dek, kelak, kebaikan kita bakal dibalas sama Tuhan dengan cara lain. paham?"
aku mengangguk, meski sebenarnya masih belum paham dengan penjelasan panjang lebar dari mama waktu itu.
"ingat ya perkataan mama waktu itu, adek harus baik-baik sama orang lain. ya?"
aku cuma diam, menyalami tangan mama dan pergi berjalan ke TK. mama dari pintu hanya menatap, lalu masuk ke dalam.
jalan yang aku lewati tiap hari itu pasti melewati sawah, udara pagi yang sejuk bikin aku jadi merasa tenang. aku selalu suka kalau jalan-jalan seperti ini di pagi hari, sambil melihat para petani yang bekerja.
tapi, nampaknya pagi ini akan berbeda.
aku melihat jake sedang duduk di tepian sawah, sambil main-main dengan rumput di sekitar situ. aku mau-mau saja jalan dan melewati dia lalu langsung ke TK. namun, entah mengapa kaki ku rasanya bergerak sendiri dan berjalan ke arah dirinya.
"oi,"
jake yang masih sibuk main dengan rumput mendongak ke atas, sedikit terkejut.
"w-who are— sorry. k-kamu siapa?"
aku hanya diam lalu duduk di samping dirinya. jake juga ikut diam, lalu perlahan duduk mendekat di samping ku.
"stupid." kata ku sambil ikut mencabuti rumput-rumput kecil di sekitar situ.
"eh?"
"padahal mamaku dan mama kamu itu dekat, but you don't know who am i?"
jake menggeleng. "m-maaf."
"janary joo."
"hah?"
"jangan hah hoh hah hoh, kenalan."
jake dengan cepat membalas uluran tanganku. "a-aku—"
"ya, ya. jake shim, jaeyun."
jake hanya menggaruk tengkuknya dengan canggung. setelah itu, diam. iya, diam. atmosfer nya jadi canggung, padahal kami harusnya ke TK tapi malah asik duduk di sini sambil liatin pemandangan di pagi hari.
"kamu—jago ya, bahasa inggrisnya?"
suara jake yang tiba-tiba terdengar itu memecahkan suasana canggung di antara kami.
"ah, aku ada keturunan. ayahku dari queensland. dan nama asliku sebenarnya joo minhee.
"woah! i'm from brisbane!" jawab jake dengan penuh antusias, mungkin senang karena tau rupanya ada yang paham dengan dirinya dan bisa dibilang senasib.
"oh."
ingin rasanya kembali ke saat itu dan merutuki diriku sendiri, kenapa suka sekali memutuskan sebuah percakapan dan menciptakan suasana canggung lagi. padahal sudah bagus karena jake terlihat jadi bahagia dan antusias.
"mau jadi temanku, gak?"
"ya?"
"jadi temanku, jaeyun. akan aku ajarin, semuanya. yang kamu mau tau."
yang ditanya terdiam sebentar, terlihat terkejut juga karena akhirnya ada yang mau jadi temannya. angin tiba-tiba berhembus, dan langit jadi mendung pertanda akan hujan.
"jaeyun, cepat. kalau gak mau aku tinggal dan kamu jelajahi dan pelajari semuanya sendiri. kalau mau, i'll stay here with you."
"m-mau. aku mau jadi teman kamu, minhee."
![](https://img.wattpad.com/cover/297230714-288-k373103.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
wholeheartedly | jake
Fanficditulis dengan sepenuh hati. untukmu, cinta pertamaku. •slow update •semi-baku •harsh words