08. Akhir cinta tragis

101 7 7
                                    

Naruto dan Hinata sampai pada tengah kota. Naruto melihat dari jauh asap api mengepul di udara, dan oleh karena itu, ia tahu letak Sasuke akan di bakar dihadapan orang-orang.

Dan ia kini menatap para penduduk yang sibuk melempari Sasuke dengan batu, tidak menyadari kehadiran nya. Naruto melihat juga, api yang terlihat melingkar dengan tubuh Sasuke yang berada di tengahnya, terlihat pula kondisi nya yang memprihatinkan dengan tubuh yang terikat dibantu penyangga tiang bambu yang terdapat dibelakang tubuhnya.

Tepat dibelakang nya Sasuke, terdapat seseorang yang berpangkat tinggi sedang memperhatikan dengan disertai wajah bengis nya yang tertawa puas, ia tertawa bersama beberapa prajurit yang mengawal nya.

Naruto menatap itu kesal. Bagaimana mungkin mereka menjadikan rakyat sebagai perantara untuk dapat memancing emosinya, terlebih lagi Teman sejatinya diikat sebegitu sadisnya dengan lingkaran api yang terasa amat panas.

Emosi nya benar-benar memuncak, bahkan ia tidak bisa membedakan mana yang lemah dan kuat, semua di matanya terlihat seperti kecoa yang ingin menyerang nya. Rasa kesal semakin menyerbu hatinya, tanpa disengaja tungkainya hampir ingin berjalan menuju para penduduk yang masih terus melempari batu. Jika tidak di cekal oleh Hinata, dia benar-benar akan membunuh penduduk itu.

Naruto menoleh, saat langkah nya dihentikan dan itu sungguh mengganggu nya. "Naruto-kun, jika kau membantai mereka semua maka dosamu tak akan pernah sirna, aku mohon.. jangan lalukan itu, ada hal yang lebih baik dari ini~" ujar Hinata tampak khawatir sekaligus ingin mencegah Naruto.

Namun lelaki itu dengan kasar menghempas cekalan Hinata. Ia dengan pelan berjalan menuju sebuah pedang berkarat yang terlantar di tanah dan tak berjarak jauh darinya lalu meraihnya, padahal ia sendiri membawa pedang nya.

Seakan ucapan Hinata tak memengaruhi otaknya, ia tak menoleh lagi, ia tak mau menunjukkan wajah haus membunuh nya. "Entahlah, ada saatnya aku membunuh mereka, jika mereka melukai keluarga ku." ujar Naruto begitu tegas.

Hinata tercengang. "Lalu? Kau akan kembali menyakiti hati mereka? Ingat! Apa yang telah kau lakukan kepadaku, semua itu akan berlaku pada yang lainnya, jika kau terus membunuh untuk menyelesaikan suatu masalah, maka dosa akan menumpuk dihati mu dan penyesalan seumur hidup akan menghantui!! Semua kebaikan yang kau lakukan akan sia-sia." ujar Hinata dengan bijak dan emosional, ia ingin mencegah lelaki itu untuk membunuh orang-orang.

Naruto menjadi ragu namun hatinya merasa masih begitu kesal, ia menggenggam erat katana berkarat yang sudah berlumur darah kering itu, lalu menoleh menatap Hinata seakan tak goyah dengan ucapannya. Ia sudah tidak bisa dihentikan.

"Ada kalanya nyawa di balas dengan nyawa. Ada kalanya kita menyerang duluan sebelum kita dihancurkan. Sekarang, lawan kuatlah yang akan memegang kemenangan dan yang lemah akan kalah. Itulah samurai, mereka ada untuk melindungi sesama, lalu berjuang sekuat tenaga. Aku pasti akan menyelamatkan sobatku." ujar Naruto yang segera berlari lalu menebas para penduduk di sana yang masih sibuk melempari batu ke arah Sasuke.

Aksinya membuat kericuhan terjadi, semua penduduk Edo berteriak ketakutan dengan histeris. Saat Naruto melayangkan tebasannya, beberapa dari pihak keluarga pun menangis meraung lalu menyumpahi Naruto agar mati dan menjuluki nya sebagai pembantai monster kuning.

Hinata yang melihat pemandangan tragis itu hanya menggelengkan kepalanya tak mempercayai apa yang telah ia saksikan, lututnya terasa lemas lalu tak tahan dengan apa yang ada dihadapannya ia menutup matanya serta telinganya kencang. Benar-benar mengerikan untuk jadi bahan tontonan, apalagi aksi Naruto membangkitkan trauma nya yang baru saja ia lupakan.

Setelah Naruto dapat membelah jalanan yang penuh orang-orang, lalu berjalan sambil melepas jubah hitam nya dan menghampiri air sumur yang terletak tak jauh darinya berjalan, dengan segera ia membasahi jubah nya lalu berjalan menuju api yang melingkar membentuk bundaran lalu memandamkan api yang panas itu dengan jubah hitamnya, namun jubahnya malah terlalap api akhirnya ia membasahi tubuhnya dengan air lalu berjalan di dalam api berusaha memadamkan dengan tubuhnya dan ia berhasil memadamkan nya.

Dua PembantaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang