PROLOG

120 49 30
                                    

Hyunsuk Treasure a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyunsuk Treasure a.s Dante

Ryujin ITZY a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ryujin ITZY a.s Rara


Warning!!!
Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, dan tempat karna ini murni dari imajinasi saya!

Btw, saya disini hanya meminjam visualisasinya, tidak dengan karakter asli.
Jadi, di cerita ini karakternya murni hasil imajinasi saya.
Hanya cerita fiksi!!

Terimakasih.

Enjoy!!!


Dante Gaharu Rahardjo adalah anak sulung dari Bapak Hardian Rahardjo dan Ibu Sulistyo yang dibesarkan oleh Heriani—neneknya.

Karena sejak kecil ia di asuh oleh Heriani, Dante menjadi cuek dan kaku ketika dihadapkan lagi oleh kedua orangtuanya.

Seperti saat ini, sejak 12 menit yang lalu, yang ia lakukan hanya terdiam dengan wajah tanpa ekspresi menatap sosok laki-laki tua yang sudah lama menghilang dari penglihatannya.

Hardian—Ayahnya, yang sedari tadi berbicara kepadanya tidak di gubris sama sekali. Sedangkan Sulis, perempuan yang sudah memasuki kepala tiga itu hanya menatap sosok anak laki-lakinya dengan perasaan sedih sekaligus rindu.

"Malam ini kamu ikut ayah sama bunda, ya?" tanya Hardian,

Sementara yang ditanya, hanya diam.

Sampai ketika Heriani sang nenek berkata, "Ikut orangtua kamu, Dan. Memangnya kamu ngga kangen suasana rumah disana?"

Disaat itulah Dante mengeluarkan suaranya, "Emangnya Dante pernah ngerasain rumah disana? 'Kan dari bayi juga udah disini, di rawat sama nenek," jawab Dante sembari memandangi wajah Neneknya, yang sudah mulai banyak kerutan di sekitar dahi dan pipinya, namun tidak mengurangi paras cantiknya.

Hardian dan Sulis yang mendengar perkataan anak semata wayangnya itu tersenyum tipis. Dimana dibagian mata keduanya, memancarkan kesedihan yang mendalam. Lagi-lagi, perasaan bersalah menghinggapi rongga dada keduanya.

Suasana hening kembali terasa. Keempat manusia yang berkumpul diruangan itu, kembali kedalam pikirannya masing-masing.

"Kamu yakin ngga mau ikut Ayah sama Bunda?" tanya Hardian sekali lagi, berusaha memastikan apakah sang anak akan berubah pikiran atau, tidak.

Tapi sayangnya, hanya gelengan kepala saja yang mampu Dante lakukan.

••

Di lain tempat, terlihat seorang perempuan dengan penampilan sangat berantakan. Wajah serta lengannya, penuh memar berwarna ungu kehitaman.

Perempuan itu berjalan dengan sempoyongan. Ia lelah. Tidak hanya fisik, batinnya pun juga tak kalah lelah.

Hidupnya penuh warna hitam. Sebab, semua orang disekitarnya, bahkan kedua orangtua perempuan itu, memiliki karakteristik yang beracun. Tidak ada tempat mengadu selain tempat beribadahnya—Gereja, dan gundukan tanah yang di dalamnya, terdapat kerangka jenazah Ibu kandungnya.

Ketika jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, kondisi jalanan sudah jarang dilalui pengemudi sedangkan perempuan itu masih bingung dimana dirinya akan bermalam untuk mengistirahatkan tubuh serta pikirannya.

Kerumah Karin?

Tidak, itu bukan pilihan yang bagus.

Ditambah lagi sekarang, kondisinya sedang seperti ini. Bisa-bisa ia akan menjadi topik hangat dikelasnya, jika mendatangi kediaman Karin, si ratu gosip.

Perempuan itu pun kembali memutar pikirannya tentang dimana ia akan bermalam dan rumah siapa yang masih berada disekitaran jalan ini. Seketika, pikiran tentang dirinya sewaktu kecil pun terlintas, kecepatan berjalannya pun langsung dipercepat kala ia tahu kemana dirinya akan beristirahat.

Tidak memakan waktu lama, perempuan itu sampai di tempat yang ia maksud tadi.

Sebuah papan besar, berdiri dengan kokoh di depan rumah yang lumayan besar itu.

Panti Asuhan Melati.

Tempat ia dibesarkan, sampai Ayah kandungnya, menjemput perempuan itu kembali disaat usianya sudah menginjak 12 tahun. Sejak saat itu pula hidupnya menjadi hancur dan berantakan.

Ditekannya bel rumah tersebut, sampai penghuni rumah itu, membuka pintu. Mengucapkan satu nama yang akhir-akhir ini wanita itu rindukan kehadirannya di panti.

"Rara!"

Tbc.
jangan lupa tekan tombol bintang untuk memberikan vote.
komennya juga jangan lupa.

𝐒𝐎𝐍𝐃𝐄𝐑 || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang