07

1K 102 74
                                    

Bakugou berjalan malas. Sedari awal ia mengekori dua orang didepan sana yang hanya sibuk berbincang berdua. Salah satunya tak ada mengajak Bakugou untuk ikut nimbrung. Oh, jadi apa gunanya ia berada di sini?

"Cukup!" Keduanya menoleh. "Aku sudah seperti nyamuk di sini!"

"Ah maaf Bakugou." Itu Todoroki. Ia tak sadar jika dirinya mengajak Bakugou kemari untuk melihat dekorasi pernikahan mereka nanti. Begitu memuakkan.

"Sebaiknya aku pergi daripada menjadi penganggu acara kencan kalian." Bakugou menekan nada suaranya pada dua kata terkahir.

Dengan hiasan tatapan sinisnya Bakugou memandang dua orang tersebut. Lebih diperuntukkan kepada Midoriya. Midoriya sedikit bersemu karena menganggap itu memanglah sebuah kencan. Hanya dirinya saja, tentu tidak untuk Todoroki.

Disisi lain Midoriya juga merasa takut dengan tatapan Bakugou. Ingin meminta maaf tetapi itu hanya akan memperburuk suasana hati Bakugou.

Tak pernah Bakugou mau mendengarkan kata-kata Midoriya. Sekedar maaf pun ia tak mau dengar. Keburu muak sebab pria berambut hijau gelap tersebut dari mereka kecil suka sekali mengoceh.

"Tunggu!" Namun tidak dengan Todoroki. Menyadari kesalahannya ia pun menahan pergelangan tangan kanan Bakugou agar pria tersebut tak pergi. Bakugou menepisnya.

"APAAN?" Bentak si surai pirang.

"Mari kita-"

"Tak perlu!" Midoriya yang tersentak saat Bakugou memotong perkataan Todoroki. Sedangkan Todoroki tetap dengan raut wajah datarnya memandang Bakugou penuh arti. Walau sulit dicari maksudnya. Lagipula apa peduli Bakugou?

"Dari tadi kalian hanya berbicara berdua. Aku heran. Sebenarnya yang mau kau nikahi itu siapa, ha? Dia atau aku?" Manik Todoroki membola. Tak diberi kesempatan untuk berkata. Karena Bakugou langsung menyela sebelum ia mengeluarkan suara.

"Semua persiapan, dia yang mengurus. Kau tidak memberitahuku apapun tentang itu. Lalu tiba-tiba kau mengajakku datang ke tempat ini. Padahal tunanganmu itu aku. Tapi kau sibuk mengoceh dengannya didepan sana. Sedangkan aku yang menjadi nyamuk dibelakang sini. Kalau kau maunya menikah dengan dia, menikahlah sana sekarang juga!"

Baik Todoroki maupun Midoriya terdiam mendengar penuturan Bakugou. Pria itu langsung saja meninggalkan mereka. Ia muak harus berada di sini lebih lama lagi. Bakugou sudah berbaik hati meluangkan waktunya. Tapi malah begini. Yang ada membuang-buang waktu saja.

"Maaf. Aku pergi dulu ya, Midoriya." Todoroki pun pamit kepada sahabatnya tersebut.

"Baik." Midoriya membalas lirih. Hampir tak terdengar oleh dirinya sendiri apalagi Todoroki yang sudah menyusul Bakugou.

Jalannya begitu tergesa-gesa. Bakugou tak iri ataupun cemburu jika mereka sibuk berdua. Tapi Bakugou dari kecil tak suka diabaikan.

Bakugou selalu mencari keributan agar menjadi pusat perhatian. Berlagak seperti orang yang paling kuat. Dan ia senang sekali mendengar pengakuan orang. Kalau dirinya itu sunguhan kuat, dalam kekuatan fisik.

Namun kadang kala dalam gelap malam diterangi cahaya bulan, Bakugou merenung. Itu jika ia punya masalah yang menyangkut batin. Kebanyakan saat dirinya sedang sedih. Dan teman-teman Bakugou tak tahu. Bahkan Midoriya sekalipun yang telah lama mengenalnya.

××××××××××

Todoroki menarik pundak Bakugou. Lalu dengan cepat memeluknya. Diawal Bakugou tentu saja memberontak. "Apa-apaan kau ini?" Ia risih. Karena Bakugou membenci Todoroki dari lubuk hati yang terdalam.

"Aku minta maaf. Aku tak mau kau kerepotan jika kita yang mengurus segala persiapan pernikahan itu. Aku hanya ingin kau tahu beres."

Todoroki sadar diri. Tentunya ia tahu Bakugou tak pernah suka dengannya. Bakugou selalu tak nyaman saat bersamanya. Bakugou sering kelihatan tidak ingin bersosialisasi padanya. Maka dari itu Todoroki menyuruh Midoriya.

"Kalian memuakkan!" Bakugou menolak dada Todoroki dengan keras. Memaksakan pelukan mereka terlepas. Todoroki terjatuh karenanya.

Midoriya mendengarkan cerita Todoroki sebelum ia membiarkan Bakugou pergi. Itu agar marahnya pria tersebut tak berkelanjutan.

"Seharusnya aku meminta maaf pada Kacchan juga." Midoriya masih merasa bersalah. Walau rasa nyaman saat bisa berduaan dengan Todoroki yang lebih mendominasi. Ia tidak mau munafik untuk tidak mengakuinya.

"Tidak apa Midoriya." Todoroki memainkan beberapa pernak pernik untuk pernikahannya dengan Bakugou nanti.

"Bakugou kan memang seperti itu. Terlihat bagaikan seorang wanita. Apapun yang kita lakukan dan bicarakan selalu saja ada salahnya dimata Bakugou."

Midoriya menunduk. "Karena itulah Todoroki-kun mencintainya, bukan?" Ia menyembunyikan senyum kecut. Todoroki mengalihkan atensi pada pria berambut hijau gelap tersebut.

"Kurasa." Midoriya pun memandang manik dua warna Todoroki. "Kalau dilihat, Bakugou terlalu banyak buruknya." Itu benar, selain rupa Bakugou yang mendukung. Sikap Bakugou layak diberi nilai E, jika ada.

Banyak orang yang membenci sikap Bakugou. Pada awalnya Todoroki juga seperti itu. Sikap kasar Bakugou menggambarkan bagaimana sikap ayahnya. Galak mereka juga hampir sama.

"Tapi Midoriya." Kedua pasang manik mata dari kedua anak Adam itu saling memandang. "Kata orang-orang cinta itu buta. Apa kau setuju dengan itu?"

××××××××××

Wah, udah lama juga gak update di sini. Sepi banget seperti isi hati saya wkwk.

MirayukiNana

Jum'at, 7 Januari 2022.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang