06

794 95 46
                                    

Benda dengan bentuk persegi panjang itu berjejer rapi di atas meja. Midoriya masih ingin mengeluarkan yang ada didalam tas namun Todoroki bersuara, "Merah." Ucapnya pelan sehingga Midoriya harus bertanya apa yang ia katakan.

"Merah." Kata Todoroki lagi. Kali ini volumenya sedikit ditambah walau tidak ada yang berubah dari intonasinya. Masih tetap monoton seperti pertama kali Midoriya mengajak Todoroki berbicara.

Midoriya memisahkan benda yang berwarna merah, lalu mengumpulkan yang selain itu. Memasukkannya kembali kedalam tas sambil memberikan senyuman layaknya yang biasa ia lakukan.

"Kau suka warna merah ya, Todoroki-kun?" Tanya Midoriya sebelum ia beranjak pergi melanjutkan tugas yang telah Todoroki berikan.

"Tidak juga." Midoriya menatap Todoroki yang memutar pena di jari tangan. "Merah mengingatkanku pada Bakugou. Dia orang yang pemberani. Pada siapapun Bakugou tak kenal takut." Begitu jawaban Todoroki.

Midoriya masih terus tersenyum. "Begitu, ya." Kemudian ia pamit pergi.

Setelah pintu ruang kerja Todoroki ditutup, tubuh Midoriya merosot kebawah. Ia terduduk memeluk kedua lututnya. Mengapa Todoroki memilihnya untuk melakukan tugas ini? Mengapa tidak orang lain saja? Apa karena Todoroki sangat mempercayainya, maka dari itu dirinya yang dipilih?

Midoriya lelah terus bersikap biasa. Tapi ia pun tak dapat berbuat banyak agar keinginannya terwujud.

Todoroki mengetahui perasan Midoriya tetapi ia tetap bersikap selayaknya sahabat pada umumnya. Todoroki terus bersikap baik sementara Midoriya semakin terjatuh kedalam perasaannya sendiri.

Menyedihkan memang.

Todoroki tidak menjauhi Midoriya maupun mendekat ke si surai hijau gelap. Ia tetap menjaga posisi pada tempatnya. Midoriyalah yang semakin menaruh harapan. Walau ia tahu tidak akan pernah dan tidak akan mungkin untuk terwujud.

××××××××××

Tok. Tok. Tok.

Bakugou mengerang malas. Ini sudah pukul 1 dini hari. Dan orang gila mana yang datang mengetuk pintu rumahnya? Tidak tahukah orang itu kalau sekarang waktunya tidur manis di kasur? Mau apa pula orang itu mendatangi kediaman Bakugou tengah malam begini?

"Mengganggu saja." Gerutu Bakugou membukakan pintu untuk tamunya yang budiman. Tamu sopan yang mengharuskannya bangun pada pukul segini.

"Maaf menganggu waktu tidurmu Kacchan."

Ekspresi Bakugou semakin masam. Wajah bersalah Midoriya adalah hal yang paling Bakugou benci diatas dunia ini. Mengapa dari sekian banyak manusia ia harus berurusan dengan manusia semacam Midoriya di tengah malam yang tenang ini?

"APA MAUMU DATANG TENGAH MALAM BEGINI?!" Mungkin suara teriakan Bakugo sudah membangunkan tetangganya yang sedang tertidur pulas.

Midoriya terkekeh. Sudah terlalu biasa diteriaki oleh sang teman masa kecil. Ia tidak pernah marah ataupun membenci Bakugou. Karena Midoriya tahu, sifat kasar Bakugou turun dari ibundanya. Kadang Midoriya membayangkan kalau Bakugou bersifat seperti ayahnya yang lemah lembut. Mungkin akan lebih bagus.

"Aku hanya melakukan yang Todoroki perintahkan padaku." Jawab Midoriya tersenyum simpul.

Mendengar nama tunangannya disebut, air muka Bakugou menjadi lebih muram. Kedua lengannya menyilang sambil bersender pada kusen pintu.

"Mau apa lagi manusia satu itu?" Tanya Bakugou dengan nada tak sukanya. Ia bahkan tak mau repot-repot menyuruh sang tamu untuk masuk ke rumahnya terlebih dulu sebelum membicarakan tujuan Midoriya mendatanginya.

Because, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang