03

775 107 110
                                    

Ini sudah seminggu dan Bakugou masih belum pulang ke rumah. Keluarga Todoroki sudah menunggunya dari satu jam yang lalu.

Terlihat Enji yang sibuk berkutat dengan koran yang ia minta pada Mitsuki. Ia bahkan tampak tidak peduli dengan Mitsuki yang mondar-mandir menunggu kepulangan anaknya dan Masaru yang menenangkan istrinya. Lalu Rei yang memperhatikan kegelisahan sang putra bungsu.

Sementara Todoroki tidak dapat tenang saat ia tahu Bakugou tidak menginjakkan kaki di rumahnya sejak seminggu lalu. 'Sudah pasti Bakugou pergi karena dia menolak perjodohan ini.' Lirih batin Todoroki. Ia tahu tidak semudah itu untuk membuat Bakugou menerima hal yang dirinya saja tidak bisa terima.

'Mungkin memang mustahil untuk aku mendapatkan Bakugou.' Batin Todoroki lagi.

Ceklek.

Pintu dibuka. Nampaklah Bakugo dengan air muka yang kusut memasuki rumah. Mitsuki berlari memeluk Bakugou. "Darimana saja kau anak sialan? Kenapa baru pulang?!" Sebulir air mata terjatuh. Tentulah sebagai seorang ibu, Mitsuki khawatir dengan anaknya yang selalu membangkang padanya ini.

"Menenangkan diri." Jawab Bakugou singkat sambil memandang Todoroki yang dari tadi memperhatikannya.

Todoroki meneguk ludah saat menerima pandangan tidak suka dari orang yang sudah lama ia sukai itu. Dengan hanya melihat manik merah Bakugou saja Todoroki merasa sangat yakin, kalau ini tidak akan berjalan mulus seperti yang dirinya harap-harapkan dalam angan.

Bakugou memberikan senyuman miring. Ia kira perjodohan sialan itu tidak akan pernah terjadi, namun kenyataannya ia melihat keluarga si bajingan setengah-setengah datang ke rumahnya. Yang sekarang mereka sedang duduk anteng di sofa ruang tamu.

"Baiklah. Sekarang bersihkan tubuhmu dulu setelah itu kita akan membicarakan perjodohan kalian." Ucap Mitsuki menyeka air matanya. Bakugou menuruti perkataan Mitsuki tanpa ada umpatan seperti yang biasa ia lontarkan.

Hari ini saja Bakugou akan bersikap seolah ia adalah anak yang baik.

××××××××××

"Ha? Kacchan menerimanya tanpa ada pemberontakan?" Todoroki mengangguki pertanyaan Midoriya.

Saat ini mereka sedang ada di kedai kopi. Todoroki yang mengajak Midoriya kemari. Ia menceritakan pada Midoriya bagaimana lancarnya pembicaraan perjodohan Todoroki dengan Bakugou kemarin malam.

Midoriya mengelus-elus dagu. Merasa ada yang aneh sekaligus tidak beres. "Apa Kacchan sama sekali memang tidak memberontak?" Todoroki menganguk lagi.

'Sungguh ini sedikit mengherankan.' Pikir Midoriya. Karena ia mengira jika teman masa kecilnya itu akan memberikan segala macam umpatan kepada keluarganya juga pada keluarga Todoroki. Tapi Todoroki mengatakan kalau Bakugou tersenyum saat menerima perjodohan mereka dengan mengatakan jika ia melakukannya demi keluarganya.

Tidakkah itu memang aneh? Midoriya tahu Bakugou bukanlah manusia yang akan dengan mudah menuruti permintaan orang lain. Apalagi jika ia tidak menyukai permintaan yang diucapkan padanya.

Menerima perjodohan demi keluarganya? Bakugou lebih baik mati kelaparan daripada menerima tawaran itu. Karena Midoriya pun tahu, Bakugou sangat membenci Todoroki. Aneh jika Bakugou menerimanya dengan lapang dada.

'Apa ada sesuatu dibalik sikap penurut Kacchan yang tiba-tiba itu?' Midoriya mempertanyakannya dalam benak.

"Lalu, bagaimana hubungan Kacchan dengan Kirishima-kun?"

"Bakugou bilang mereka mengakhirinya." Kemudian Todoroki menyesap kopi hangat yang beberapa menit lalu ia pesan.

"Apa semudah itu mengakhirinya? Kita semua tahu kalau Kacchan sangat mencintai Kirishima-kun. Begitupun sebaliknya. Seharusnya Kirishima-kun tidak semudah itu juga untuk melepaskan Kacchan."

Because, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang