Di pagi hari yang cerah, Minji terkejut dengan kedatang seorang kurir. Ia membawa sebuket bunga mawar putih.
"Bunga untuk nona Park Minji," ucapnya
Minji terkejut. Ia pun bertanya, "siapa yang mengirimnya?"
"Tuan Mark," jawab si kurir.
"Tapi aku tidak mengenal dia, bisakah aku mengembalikannya?"
"Maaf Nona, tapi anda tidak bisa mengembalikannya. Lagipula ini hanyalah bunga, tolong tanda tangan disini. Aku masih banyak pekerjaan Nona," ucap kurir sedikit dengan sedikit kesal.
Minji pun menuruti si kurir.
Ia membawa buket itu ke dalam dengan bertanya-tanya. Dari arah dapur ibunya bertanya.
"Siapa yang memberikan bunga itu?"
"Tuan Mark, tapi aku tidak tahu siapa dia," jawab Minji jujur.
"Mungkin dia penggemarmu? Coba cari surat atau apapun yang mungkin diselipkan di dalam buket, siapa tahu ada sebuah petunjuk."
Minji mengangguk. Ia pergi ke kamarnya dan mulai mencari surat atau apapun di buket itu.
"Ah, ketemu!" serunya setelah berhasil menemukan kertas berwarna merah muda.
Hanya ada satu kalimat panjang yang ditulis di sana.
______________________________________________
Nona, maaf bunga ini datang tanpa izinmu, tapi saya harap kamu menyukainya dan mungkin bunga ini akan terus hadir setiap minggu untukmu.Mark.
_____________________________________________Tanpa sadar, Minji tersenyum. Dugaannya benar, Mark adalah penggemarnya yang diam-diam mengetahui alamat rumahnya. Minji hanya berharap hanya ada hadiah dari Mark saja kedepannya, kalau banyak orang mengetahui rumahnya kan bisa gawat.
Seminggu kemudian bunga yang sama kembali datang, dari pengirim yang sama, dengan kurir yang sama pula. Namun, kali ini isi suratnya berbeda.
_____________________________________________
Nona, terima kasih telah menerima bunga ini. Saya tidak bisa menulis banyak hal dalam sebuah surat, tapi saya berharap agar bunga ini bisa menjadi penyemangatmu dalam melalui hari-harimu.Mark.
_____________________________________________Bunga tersebut datang setiap minggu, benar-benar pada hari yang sama dan jam yang sama. Minji juga heran, mengapa bunga mawar ini pasti datang di pukul yang sama? Padahal pekerjaan seorang kurir kan tidak hanya mengantar ke satu tempat, tetapi berbagai tempat.
Akhirnya Minji menanyakan hal itu pada kurir saat bunganya kembali datang.
"Pak, mengapa bunga ini selalu datang di jam yang sama?" tanya Minji.
"Karena saya memang mempunyai jadwal sendiri Nona, pukul 08:35 itu jadwal untuk apartemen ini, jadi meski hanya ada satu paket, saya akan tetap datang ke sini pada pukul itu," jawab si kurir dengan sopan.
"Baiklah Pak, terima kasih," jawab Minji.
Minggu-minggu berikutnya, Minji selalu menantikan bunganya. Entah mengapa Minji sangat senang dengan bunga dari Mark atau mungkin lebih tepatnya surat dari Mark. Ia mengumpulkan surat-surat Mark dan ia akan membacanya satu persatu. Kalimat Mark seakan bisa menyihirnya dan menenangkannya.
Tiga bulan berlalu. Minji masih menerima bunga yang sama, tapi kini ia mulai bosan. Penantiannya hanya tetap pada surat, bukan lagi bunga mawar.
"Tuan Mark masih mengirimkan bunga?" tanya ibunya saat Minji baru saja menerima bunganya.
"Iya Bu. Hanya ada bunga dan bunga. Aku bosan melihatnya memenuhi rumah kita," jawab Minji dengan lesu.
"Tapi kamu menantikan surat darinya bukan?"
Minji mengangguk.
"Kenapa kamu tidak menulis surat padanya agar mengirimkan sesuatu yang berbeda setiap minggu?"
"Dia tidak menulis alamat rumahnya secara lengkap, bagaimana aku bisa memberitahunya?"
Ibunya pun mendekat dan mengusap pundak Minji.
"Mungkin bulan depan tuan Mark akan mengirimkan sesuatu yang baru, ia pasti juga bosan harus membeli bunga yang sama di satu toko bunga. Tenang saja," ucap ibunya menenangkan Minji.
Setelah itu Minji membuka surat dari Mark.
_____________________________________________
Nona, maaf saya hanya mengirimkan bunga selama tiga bulan ini. Saya kira kamu tidak akan menyukainya, tapi dugaan saya salah. Kamu menerimanya bahkan menyimpan suratnya. Minggu depan saya akan mengirimkan sesuatu untukmu, mohon ditunggu.Mark.
_____________________________________________Senyum Minji kembali terukir. Ia pun tak sabar menunggu minggu berganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karungrum
Nouvelles"Bagaimana ia selalu ada saat aku butuh ia?" Sebuah cerita untuk Park Minji.