Lapsar

10 0 0
                                    

Hope you like this...

***


Masuk sekolah memang bukan sebuah keputusan yang paling baik. Tapi, setidaknya dengan bersekolah ia lupa akan segala hal-hal menggundahkan yang acap kali menghantui dirinya. Alih-alih kembali merenung, Yora, si pelari mungil itu memutuskan untuk mendatangi Lapsar. Sebuah stadion besar yang sering digunakan para atlet untuk berlatih.

Ia datang sendiri. Bersama sepeda biru tua yang beberapa bagiannya sudah berkarat. Menyandang tas selempang kecil berisi roti, air mineral, beserta handuk.

Langkahnya kecil-kecil menaiki anak tangga satu persatu. Hingga ia dihentikan oleh seseorang yang memang sudah menanti kedatangannya sejak awal.

"Hai, Ra. Berubah pikiran?"

Itu Miguel. Datang menghampiri Yora dengan senyum yang menawan. Kedua tangan berisi itu telanjang tanpa dibalut kain apapun. Seakan ia sengaja memamerkannya. Seakan seluruh dunia harus tahu bahwa ia memiliki lengan idaman para laki-laki.

"Panas." Kata Yora sebagai balasan.

"Iya."

"Nggak takut item? Pake singlet?"

El menggeleng, "Biar eksotis."

Yora hanya tersenyum tipis. Lantas berjalan untuk masuk ke dalam stadion tanpa permisi. Miguel masih tersenyum dengan ketidaksopanan Yora. Namun, memang hal itu yang membuatnya tak pernah melunturkan senyum; Yora.

Yora melakukan pemanasan, untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya cidera meskipun ia hanya lari-lari kecil. Tak disangka, bahwa di dalam stadion akan seramai ini. Mereka, para atlet dari cabang olahraga lain, pun yang hanya iseng atau sekedar ingin panjat sosial, berkumpul menjadi satu. Stadion terlihat seperti pasar malam saja. Ia tidak suka suasana semacam ini. Lebih baik lari di lapangan dekat rumahnya, pikirnya.

"Gabung?" ajak Miguel yang tiba-tiba sudah berada di samping Yora, ikut melakukan pemanasan.

"Kemana?" Jawab Yora tanpa melihat El.

"Sama anak-anak."

"Enggak. Pasti ada Amel."

El terkekeh, "Kalian berdua ini kenapa, sih?"

"Urusan wanita. Cowok mana ngerti."

"Oke, oke."

"Ya udah, sana."

"Kemana?"

"Sama anak-anak, lah!"

"Boleh disini? Kasian kamu sendirian. "

"Gue udah 18 tahun."

"Mau jaga anak 18 tahun."

"Terserah."

Karena pada akhirnya, Yora tahu. Berdebat tidak akan membuat segala sesuatu menjadi baik.

Dari jauh selusin manusia tengah berlari beriringan di bawah teriknya surya. Beberapa ada yang serius berlari sembari mengatur nafas, beberapa lagi berlari sembari terbahak, seperti nafasnya tak pernah habis. Sisanya hanya menanggapi guyonan yang lain dengan tersenyum tipis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIS NAME IS DIGTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang