-Ana-
Hampir tengah malam, dan aku duduk sebagai pemegang kepala anak teknik. Beberapa teman-teman Bar beru saja bergabung dengan kami dan sedang mengoda Fuse dan aku. Anakku menjawab bahwa itu urusannya sendiri, dia berkata bahwa dia jelas menggodaku dan pasti akan pergi denganku. Dia mengatakan dia milikku dan dia hanya menungguku untuk setuju, bahwa dia mengijinkanku semuanya, sampai akhirnya teman-temannya menyerah menggodanya.
"Phi Ana.. aku mabuk," kata Fuse. Aku mengambil orang lain. Aku menatapnya dengan cemas, tapi dia terlihat baik saja. Kau tidak akan tahu dia mabuk kecuali kau melihat padanya di matanya. Aku mendengar bahwa dia pandai berpura-pura mabuk.
"Bisakah kau tahan?" aku memintanya kembali. Aku membelai pipinya lupa. Kenapa dia terlihat sangat sexy dalam keadaan ini?
"Aku tidak bisa menahannya lebih dari ini," katanya dan merendahkan matanya melihat ke tangannya sendiri.
Melihatnya seperti dia beneran mabuk, karena sejak seniornya tiba, dia sudah minum melipakan bahwa dia ringan. Kapanpun senior meminta nong untuk minum, mereka minum. Meskipun aku bisa lihat dia berekspresi mual, Fuse menahan nafasnya dan minum. Aku baru menyadari bahwa ada nong tidak pernah menolak apapun untuk senior mereka. Aku baru saja mengerti juga apa yang mereka katakan tentang senior yang menggoda semua nong.
"Fuse! Jangan menyerah!" Kata nong bernama Nuea. Dia Fuse gelas baru.
"Oh, Fuse. Aku tidak bisa menahannya lagi," Fuse mengerang.
"Sudah lama aku tidak bisa datang. Ayo, minum!" kata Nuea dan menunjuk untuk minum. Nong ini berkencan dengan nong Praram, jadi aku baru mendengar, yang sangat cantik sehingga kupikir mereka benar-benar dibuat untuk satu sama lain.
"Bukankah kau perlu pulang? Praram menunggu," kata Fuse
"Praram mengerjakan proyek dengan teman-temannya di perpustakaan aku akan menjemputnya pada satu," balas Nuea. Tangan rampingnya menunjukk ke gelas bir dan menatap Fuse.
Orang yang diminta minum hanya berkata "Phi..." dan mengangkat delasnya untuk menyesapnya.
"Bisakah kau meminum itu?" tanyaku sebelum dia bisa melakukannya.
"Ya, tapi aku pada batasku," kata Fuse itu saja dan dengan pelan mengosongkan gelasnya. Kelopak matanya menutup, membuatnya terlihat bahkan lebih imut dan aku tidak bisa menghindar mengasihaninya. Wajahnya masih berpaling kearahku, lalu dia berpaling ke seniornya dan meminum semuanya.
"Bisakah kau meminumnya?" tanya Mark.
"Phi Nuea! Tuangkan beberapa minuman!" Fuse berteriak ke seniornya. Fuse berdiri tapi dia terhuyung-huyung seolah akan jatuh, jadi aku berdiri juga dan menopangnya.
"Kau ok?"
"Apa yang kau bicarakan? Tenggorokanku terbakar, sial!" kata Fuse dan meletakkan lengannya disekitar leherku.
"Bisakah kita kembali?" bisikku.
"Yaaa.."
"Hey hey. Kau marah padaku tapi kau bertindak lembut padany," kata Nuea ke Fuse.
"Kau adalah kau, bukan? Kau baik hanya ke Praram."
"Oh, jangan membantah. Minum ini dan kemudian kau bisa pulang," kata orang lain yang duduk di samping Nuea dan segelas bir meluncur kearah kami.
"Aku akan mati. Kalian menggangu phi Ana." Kata Fuse dan menatapku.
"Oh.. kau tidak perlu pergi pulang. Orang yang mengganggu phi Ana adalah kau, bukan Praram-ku," kata Nuea.
"Kau..oh!"
"Hati-hati!" aku berlari untuk meraih Fuse di lengannya. Dia ingin meraih gelas tapi dia terhuyung-huyung di belakang tangannya sendiri. Di ameraih meja dengan satu tangan mencoba berdiri benar saat aku mencoba menstabilkan dia. Aku menariknya berdiri dan meletakkan lengan mengelilinginya.