-Ana-
Aku menatap karakter di depanku sebelum sekali lagi menatap keatas mendengarkan profesor. Aku menulis apa yang kupikir sesuai catatan sebelum menatap kembali ke konten. Kemarin kupikir aku sudah mengambil semua, jadi kenapa sekarang terlihat seperti aku tidak membaca semuanya?
Jam 6 sore mahasiswa dari fakultas yang lain pastinya pergi keluar mencari makan, tapi sebagai seorang mahasiwa tahun kelima di fakultas kedokteran gigi aku tidak bisa melakukan itu meskipun aku lapar. Sebagai gantinya aku perlu menaruh perhatian ke konten di pelajaranku karena itu mempengaruhi penempatan klinisku.
Dalam satu jam pelajaran hari ini akan selesai, tapi bukannya senang aku kesal. Aku membuka salah satu kasusku untuk meninjau mirip dengan contph yang dibicarakn profesor dan mengerutkan kening. Aku biasanya bahkan tidak perlu membukanya seperti ini karena sekali aku membacanya selalu ingat. Sekarang kupikir perlu tetap membacanya kembali dan sebagainya yang membuang-buang waktu karena alih-alih mengambil apa yang kubaca, aku tetap memikirkan tentang wajah seorang yang menatap kearahku.
Wajah tampan mahasiswa Teknik tahun kedua.
"Ana! Kau disini. Duduk dan ceritakan semuanya." Segera begitu aku meninggalkan ruang kelas, Paula menarik lenganku dan mendorongku ke meja di kafetaria. "Bagaimana kau bisa mendapatkan dia seperti itu?" Temanku bertanya menyilangkan lengannya.
Hal pertama yang dikatakan temanku setelah tidak saling bertemu untuk dua hari bukannya 'hello' tapi untuk bertanya tentang seorang pria. Tidak terkejut dengan Puala begitu dia satu-satunya gadis di grub kami, jadi dia mengikuti hampir semua pria di universitas kami. Aku tidak tahu berapa banyak waktu yang diambilnya mengikuti mereka, tapi hanya melihat bagian tubuh mereka dia langsung mengenali siapa mereka.
"Itu Nong Fuse dari Teknik, yang kuseret untuk kau lihat dan kukatakan padamu bahwa dia akan jadi ayah anakku. Kau menghianatiku!" katanya, dan semua yang bisa kulakukan adalah mendesah dan mengangguk sebelum duduk.
"Aku tidak berniat, aku hanya menggodanya." Itu sungguh tidak disengaja, aku sungguh mencoba bermain dengannya. Mengejutkan meskipun hanya dalam beberapa hari dia membuatku merasa seperti aku tidak ingin menggoda lagi tapi sebenarnya aku penasaran.
"Menggodanya? Kapan kau bahkan menemukan waktu?"
"Well dia datang ke klinik untuk memebersihkan giginya dan saat aku melakukannya dia bertanya jika aku menggoda dengan seseorang, dan jadi aku.."
"Jadi dia menawarkan menggodamu?"
"Well dia tidak menawarkan," kataku dengan pelan.
"Begitu banyak tipu daya, dan 'pasien'-mu senang dengan ini?"
"Kutuk semaumu, tapi itu selesai," kataku begitu aku mengambil ponselku yang mana bergetar.
"Jadi kalian saling menghubungi dan saling menginginkan?" Kata Guy menunjuk ponselku.
(TN : kata yang digunakan adalah 'ao' yang mana jika kau sudah membaca atau menonon LM Mark menggunkannya di awal bab (episode) tentang Bar yang mana artinya untuk 'ingin, hasrat, mengambil dll' pada dasarnya untuk mengatakan 'sex'. Jadi meskipun Guy mengatakan 'ingin' dia menggunakan kata yang menghina untuk mengatakannya dengan banyak arti.)
"Ingin (sex)! Apa-apaan? Bisakah kau menggunakan kata yang lebih baik dari itu?" kataku kembali.
"Well lalu itu lebih?"
"Kami hanya berbicara," Jawabku.
"Sialan! Bagaimana kau bisa hanya pergi dan berbicara dengannya?" Guy tetep menggumam.
"Jadi saat kau dengannya bagaimana itu? Apakah dia masih imut? Apakah dia banyak tersenyum atau apakah dia terlihat garang? Ceritakan semuanya," Tanya Paula menggoyangkan lenganku.