Semua hal yang terjadi di dalam kehidupan Kasia adalah hal yang sangat aneh. Ketika ia berpikir tentang bagaimana kehidupan yang akan ia jalani berlangsung seharusnya menjadi hal yang menyenangkan, ternyata hal itu malah terjadi. Maksudnya benar-benar terjadi. Semua isi pikirannya selama ini terjadi dalam kehidupan nyatanya.
Ia seperti memikirkan sesuatu yang ternyata adalah alur hidupnya. Ia memikirkan jalan ceritanya sendiri.
"Saya Kasia, dan sejujurnya saya bingung mengapa anda tiba-tiba mengajak saya untuk pergi ketempat ini," ucap Kasia kepada lelaki yang ia temui pagi tadi.
Lelaki itu tampak diam tak mengatakan sepatah kata apapun. Kasia menatapi sekitarnya, dulu sekali ayahnya tiba-tiba mengajaknya untuk pergi ke tempat itu, untuk alasan tertentu Kasia tidak tahu tepatnya mengapa. Namun setiap tahun lelaki aneh yang meninggali tempat itu akan terus mengunjungi Kasia.
Tempat itu sebenarnya biasa saja, kalau kalian memasukinya dari teras depan hanya tampak sebuah pintu kayu tua dengan kenop pintu berwarna merah, sebuah karpet dengan ucapan selamat datang yang Kasia yakini lebih mirip dengan 'selamat tinggal aku tidak mau menerima kunjungan mu lagi'. Di samping karpet dengan anyaman rotan berwarna coklat tadi ada sebuah tanaman berwarna-warni yang di simpan dalam satu pot yang sama, entah apa itu namanya. Terakhir seekor kucing hitam dengan lelapnya tertidur di teras dengan warna lantai krem.
"Ah, iya, baik Nona Fibonacci, anda tentu tahu mengapa setiap tahun anda mengunjungi tempat ini bukan?" lelaki di hadapan Kasia ini ternyata sudah kembali dari kebisuannya.
Seingatku mereka membiarkan lelaki aneh ini untuk mendatangi ku setiap tahun karena ulah ayahku.
"Oh, iya ayahku, kalau kau menanyakan kabarnya akupun sampai saat ini masih belum tahu," ucap Kasia sebal. Bisa-bisanya seorang pria berusia 40 tahun itu meninggalkan anaknya sendirian untuk setiap hukuman yang dia perbuat.
"Minggu kemarin, aku melihatnya mencari teropong untuk penelitiannya?"
"Yang benar saja! ku kira ia selalu pergi entah ke mana lalu kau mendapatkan informasi itu dari mana?" tanya Kasia penasaran.
"Ayahmu memang selalu berpindah-pindah lokasi, tapi kemarin ia sempat mengunjungi kota ini kok."
Dasar, merepotkan saja.
"Mengenai itu, maka kutukanku kepada mu tidak akan ku cabut sampai ayah mu benar-benar akan kembali," sahut pria sialan itu.
"Hei, kau dengar ya selama sesisa hidupku aku harus terkena kutukan ini dan kau berharap ayahku yang tidak tanggung jawab itu akan kembali? Mustahil! sampai kapa aku harus menderita?!" Kasia menggebrak ungu meja yang ada di hadapan mereka berdua.
Keheningan terjadi selama, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,17, 18, 19, 20,
"Yah, kutukan ini tidak sebanding dengan apa yang ayahmu lakukan sih. Cukup sederhana, kau diperbolehkan untuk menentukan jalan hidupmu sendiri kan? Setiap kau berpikir tentang kehidupan mu maka hal yang kau pikirkan menjadi nyata dan menjadi jalan hidupmu, kau bebas mau berpikir. Menjadi miloner pun akan langsung terjadi. Yah, tapi tidak mempertimbangkan dari negatif positifnya pemikiran kau sih, intinya kau harus berpikir positif sepanjang hidupmu! Gampangkan?" ucap lelaki itu panjang lebar.
Ah, iya dia memang benar, tapi kalau terus berpikir positif sepanjang kehidupan agak melelahkan, bagaimana jika pemikiran negatif tiba-tiba lewat? Wah, sekejab hidupmu langsung hancur.
"Anda melupakan satu hal, ketika saya harus kehilangan banyak teman karena setiap kali saya mengobrol dengan mereka kata-kata saya menjadi kenyataan dan itu membawa keburukan, saya ini di cap aneh dan pembawa sial setiap kali datang ke sekolah, dan saya juga harus menjaga setiap kata-kata saya, ayolah bagaimana pun saya sudah tidak tahan lagi," keluh Kasia.
"Anda, di beri dua kesempatan, mencari teman yang mengerti anda, atau mencari keberadaan ayahanda anda," tanggap orang di depan ku kurang ajar.
"Oh iya, benar! Dan sampai kapan pun kedua hal itu tidak akan terjadi, jadi sekarang saya lebih baik pergi," ucap Kasia membawa payung hitam yang bersender di kursi sofa dan keluar dari rumah yang di penuhi oleh manik-manik berwarna-warni itu.
Sampai kapan aku harus menanggung keputusan ayah ku itu. Dasar peneliti gila.
Aku Kasia dan aku mengerti sebagian dari kalian tahu kalau ayahku memang peneliti yang agak gila. Ayah selalu membuat ibu kerepotan setiap kali pulang ke rumah, dan di sinilah klimaksnya. Ia menghilang. Selama 5 tahun terakhir ia melakukan sebuah penelitian yang entah untuk apa dan apa.
RUMAH INI DISITA PEMERINTAH
"Demi tuhan." Kasia berhenti melangkah saat meliihat garis polisi mengelilingi rumahnya. ia tersenyum dengan masam. Meskipun ia bisa saja memikirkan hal yang baik karena kutukannya untuk mencegah hal buruk terjadi, tetap sajaa hal buruk menerpanya.
Dari ujung matanya ia melihat segerombolan orang memakai tompi ijo neon tampak berbincang dengan ibunya yang masih memakai handuk di kepalanya. Ibu Kasia melihat Kasia dan melambai dengan senyuman di wajahnya.
"Ada apa ya anda semua menyita rumah kami?" Kasia mendatangi para polisi itu dengan langkah gontai.
Salah satu dari mereka mengalihkan pandangannya dan berkata, "Thom Fibonaci telah berbuat banyak hal yang merugikan banyak pihak dengan proyek nya selama 5 tahun terakhir. Ia memiliki banyak hutang, tak tahukah kalian soal itu? ataukah kalian berpura-pura bodoh? Tentu saja kami melakukan sebuah hal bukan karena tidak ada alasan, tetapi karena alasan yang jelas."
Thom, ya orang itu adalah ayahnya. Kasia mengusap wajahnya dengan tangan secara kasar.
"Maaf, tapi saya dan ibu saya tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengannya, coba anda bayangkan pria itu menghilang tanp tanggung jawab 5 tahun!" Kasia menjelaskan segala hal yang ia ketahui berharap jika rumahnya tidak jadi disita.
Semua polisi tidak jadi menyita rumah dan mereka melakukan pencarian lebih lanjut tentang ke mana ayahku pergi. Kasia mulai memikirkan sebuah skenario.
10 menit kemudian setelah para polisi mengecek seisi ruamh, benar saja mereka tidak jadi menyita rumah Kasia. Dan ia dan ibunya yang malang tidak harus menjadi gembel di jalanan karena ayahnya.
*****
"Hei kau tidak apa?" seseorang tampak dari balik rambut Kasia yang tergerai, hampir sepenuhnya memenuhi muka.
"Kau tidak boleh berbicara kepadanya, kau ingat apa yang terjadi kepada teman kita dari kelas sebelah? Orangtuanya meninggal setelah berbincang dengannya," sahut yang lain.
Kasia menghembuskaan napasnya dengan kasar. Ia kembali menjalankan rutinitasnya yang menyebalkan. Ibunya mengatakan bahwa kita tidak boleh merengek, maka inilah yang dilakukan oleh Kasia, berusaha untuk tersenyum dan memikirkan hal baik.
Aku berharap sehabis ini aku akan bertemu dengan ayahku dan semua ini selesai, setelaah itu tidak lupa aku akan menampar wajahnya yang menyebalkan. Aku berharap sehabis ini ada seseorang yang memberiku coklat untuk hidupku yang sangat menyenangkan ini.
Tiba-tiba tubuhnya menabrak sesuatu yang keras. Seseorang. Ia langsung melangkah kesamping dan pura-pura tidak terjadi apapun.
"Demi tuhan jika sekali lagi aku berpikir hal baik namun aku tetap mendapat hal buruk aku salto kebelakang." Entah mungkin Kasia yang terlalu ceroboh atau memang nasib tidak pernah berpihak kepadanya.
"Aku pikir setiap hari orang-orang selalu membicarakanmu, aku penasaran mengapa, oh iya apa kau tidak ingin mengatakan maaf kepada orang yang telah kau tabrak?" seseorang berkata dari belakang punggung Kasia. Kasia menoleh dan mendapati seorang anak laki-laki yang tengah tersenyum kepadanya.
"Maaf," jawab kasia singkat.
"Aku Stripes, kau Kasia kan? Salam kenal, aku harap aku bisa ebih mengenal mu lebih jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unfisnished
FantasyKasia Fibonaci, seorang gadis yang berusaha mencari keberadaan ayahnya harus menghadapi kutukan konyol hanya karena ayahnya menanggung banyak kesalahan, disela itu semua tidak ada orang yang berani berurusan dengannya, karena ia di cap membawa sial...