21

3.7K 220 5
                                    

"Terima kasih atas waktunya."

"Sama-sama." Aya tersenyum menanggapi ucapan Ketua UKM Seni yang sepertinya tidak bersahabat melihat Aya.

Sejak tahu jika Pak Anta ada urusan beberapa minggu ini dan alasan Aya menggantikannya membawakan materi, maka sejak itu pulalah raut wajah Ketua UKM Seni tak bersahabat. Namun Aya tak ambil pusing, tugas ia hanya menggantikan si dosen jahannamnya itu, sisanya biar dia urus sendiri saja. Pikirnya.

Aya langsung meninggalkan ruang pengaderan usai memberi materi, berjalan tergesa-gesa karena selesai dari sana ia harus masuk ke kelas memberi materi. Tak lupa pula ie mengirim dokumentasi saat ia memberi materi di pengaderan UKM Seni sebagai bukti bahwa ia menjalani tugasnya sebagai asisten dengan sungguh-sungguh.

***

"Saya salut dengan presentasi Anda, Pak. Lagi-lagi berhasil membuat peserta rapat yakin untuk bekerja sama dengan kita."

"Ah, Bapak bisa aja. Sudah jadi tugas saya membantu Ayah saya jika beliau butuh."

"Benar sekali. Tapi kenapa masih belum berniat mengganti posisi beliau? Saya rasa, Anda sudah pantas menduduki jabatan itu."

Bukannya menjawab, Anta hanya tersenyum menanggapinya. Seakan mengerti suasana, bapak-bapak yang baru saja mengajak Anta berbicara pamit undur diri meninggalkan ruang rapat menyusul yang lain.

Anta langsung mengambil tempat duduk usai memesan makanan, rapat yang baru saja ia hadiri berhasil menguras tenaganya dan membuatnya lapar.

Saat menunggu pesanannya, ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Langsung saja ia membuka pesan tersebut yang ternyata dari Aya.

Ayara:

Halo, Pak SetAn!

Aya syantik sudah memberi materi di UKM Seni, sekarang menuju ke kelas buat ngajar. Kalo Pak Setan gak percaya, Aya udah lampirin fotonya.

Anta mengunduh foto tersebut dan dilihatlah foto Aya sedang menerangkan isi dari materi yang tertera pada slide. Tak sadar ia tersenyum, kalau dipikir-pikir Aya memang punya bakat menjadi seorang pengajar.

"Ciee, ada angin apa nih senyam-senyum gak jelas." Seseorang menghampiri Anta dan duduk di depannya.

Sontak Anta mengembalikan ekspresi wajahnya ke bentuk semua. Datar. "Lo yang kenapa? Datang-datangnya bukannya ngucap salam kek, malah ganggu kesenangan aja."

Orang tersebut terbahak mendengar gerutu Anta. "Selow, Bang. Selow." Ia mengangkat kedua tangannya tanda damai. Anta tak menanggapi sebab pesanannya telah tiba, ia pun memilih untuk menikmati makanannya.

"Btw, kata Mami belakangan ini lo lagi sibuk. Emang lo sibuk apaan?" tanya Anta disela-sela makannya.

"Oh itu, jadi gini, Bang. Gua lagi ada tawan buat main drama gitu."

"Drama? Bukannya lo idol bukan aktor?"

"Emang, tapi dapat tawaran main peran. Ya udah gua iyain aja, lumaya nambah pengalaman."

Anta mengangguk mendengar penjelasan adiknya. "Drama apaan kalo boleh tahu? Terus tayangnya kapan?"

"Serius nih Abang gak tahu? Itu loh yang lagi viral."

Anta mengangkat alisnya tak mengerti, membuat san adik mengusap wajahnya kasar. "Dibalik topeng. Abang tahu kan?"

"Ya, kalau itu gua tahu. Terus?"

"Tayangnya masih belum tahu sih, tapi jadwal syutingnya dimulai pekan depan."

Anta mengangguk seraya menghabiskan makannya yang sisa sesendok.

"Oh ya, Bang. Abang tahu gak, lokasi syutingnya itu di dua negara loh. Korea sama Indonesia."

Mendengar hal itu sontak Anta menghentikan gerakan tangannya memasukkan makanan ke mulut, dan mengembalikannya ke tempat semula "Jangan bilang, lo syutingnya di...."

"Yap, betul banget." Sang adik tersenyum bangga memotong ucapan sang kakak.

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang