S A T U : ♪┌D u n i a N o v e l ?┘

22 5 2
                                    

"Udah ya bu? masa ibu tega sih anaknya yang cantik ini disuruh ngegosok!?" protes perempuan bermata coklat terang dengan bulu matanya yang lentik dan poni tipis yang menutupi keningnya

"gak! gosok lagi, lagian itu baju-baju kamu doang Arabella Natasha! liat diluaran sana, ada yang ibunya nyuruh beresin rumah yang gedenya astagfirullah bikin ngiri. abis gitu gak boleh makan! ibu masih baik loh ini" cerocos sang ibu yang sedang menonton tv dan memakan cemilan

"itu ibu tiri ya bu! mana mung—"

"adaa" potong ibu

"siapa?"

"tuh, di tv"

perempuan bernama Arabella Natasha yang biasa dipanggil Natasha itu menatap tv yang sedang di tonton oleh ibunya, pantes.. pintu berkah, dengan judul yang freak tentunya.

"itu tv kanjeng ibunda!!" seru Natasha dan berdecak sebal

"buruan gak gosoknya? mau ibu sita hape kamu!?" ancam ibu

"iya iyaa, ini ngegosok!" seru Natasha dengan asal-asalan menggosok bajunya itu, lagian menurutnya tidak perlu di gosok pun sudah rapih!

ini gara-gara kakaknya yang membocorkan rahasia dirinya yang tidak sengaja memecahkan  termos, jadinya ia mendapat hukuman menggosok baju-bajunya. baju yang biasa digosok oleh kakaknya kini digosok olehnya.

bibirnya mengerucut sebal, sedangkan sang kakak hanya tertawa pelan di tempatnya membuat ia muak dan sebal

harusnya ia sedang menonton film yang baru-baru ini Natasha suka, yaitu film produksi Marvel, apalagi film Iron Man yang membuatnya tidak sabar menonton! ia baru menonton 2 film, Captain America dan Captain Marvel.

"yes!! udah beres!! udah ah mau tidur" seru Natasha dan hendak menaiki tangga menuju kamarnya

"gitu doang udah capek, awas aja  kalo kamu pecahin termos lagi! ini sebenernya gak seberapa, harusnya uang jajan kamu di potong juga" ucap ibu

"ah ibu ma kan udah gosok, kok gitu?" protes Natasha

"ibu kan cuman ngomong jujur aja" ucap ibu

"ya tapi nggak gitu ah, mainannya anceman" ucap Natasha

"iyaa iyaa, beresin dong itu bekas gosokan nya. mau ditambah lagi hukumannya?" ancam ibu

"tuh kan! ngancem lagi, padahal mau ngerebahin punggung doang sebentar"ucap Natasha pelan

"kamu ngerebahin punggung sebentar, tapi nanti balik lagi nya pas besok" celetuk kakaknya, Natasha berdecak sebal, tanpa sadar ketika ia hendak berbalik untuk menuruni tangga lagi, kakinya menginjak sebuah bebek karet yang entah kenapa bisa ada disana

"akh!" pekiknya dan tubuhnya langsung terguling menuju lantai bawah karna hilangnya keseimbangan

"SHAA!!" pekik ibu dan kakaknya terkejut

"SIAPA YANG NARO BEBEK DISIT—"

Dugh
ucapannya terhenti kala kepalanya menghantam lebih dulu lantai, mengeluarkan darah yang banyak bahkan membuatnya pusing

"Sha, Sha bangun! jangan bikin ibu panik!" seru sang ibu

Natasha menatap ibu nya dengan mata yang berkaca-kaca, apa ia akan mati? mungkin ini karma karna tidak ikhlas menjalankan hukumannya.

"maafin aku, ibu" ucap Natasha

ia tak tega melihat ibunya yang sudah menangis, dan kakaknya yang berlari untuk menelpon ambulan, ia terus mendengar ibu yang berkata 'bertahan' namun matanya memberat, ia ingin tidur karna kepalanya pusing, apalagi bau anyir dari darahnya yang membuatnya mual.

"Sha! Sha! bangun!! Natasha!"

....

"Hah!"

perempuan dengan mata hijau terang itu mengerjap-ngerjapkan matanya, ia terkejut merasa nafasnya sesak dan kepalanya pusing

"kamu udah sadar, sayang?"

ia terkejut mendengar suara lemah lembut dengan nada khawatir didalamnya, ia melirik kesamping

"siapa?" tanya nya dengan raut wajah bingung, kemana ibu, kakak dan ayahnya? serta adik-adik nya yang pasti penyebab ia jatuh dari tangga karna bebek karet yang disimpan adik-adiknya itu.

"k-kamu lupain bunda?" tanya nya

Natasha, perempuan itu mengernyit heran mendengar kata 'bunda' yang di lontarkan dari perempuan berwajah cantik nan ayu itu membuatnya sempat insecure.

"serius tante, saya gak tau tante siapa. tante salah kamar ya?" tanya Natasha

"hah? ini bunda sayang, bunda panggil dokter dulu!" serunya panik dan berjalan keluar

"mau ngomong kalo disini kan ada tombol power buat manggil dokter, tapi itu orang udah keluar duluan" ucap Natasha seraya memutar badannya untuk menatap tombol power

"aish pusing banget, tapi kok gak sakit ya tangan atau kaki? padahal inget banget tangan sama kaki sakit banget" monolognya dan menggerak-gerakkan tangan kirinya yang terdapat infusan

Brak!
"nona, biar saya periksa dulu" seru lelaki memakai jas putih khas dokter dan memeriksa detak jantung nya lalu matanya

"nona, anda ingat nama nona siapa?" tanya nya

"inget, nama saya Natasha kan? ngomong apa si dokter" ucap Natasha

dokter itu melirik perempuan tadi yang berdiri cemas disana, namun kini sudah ada lelaki berpakaian formal khas kantoran yang berdiri disebelahnya.

"kamu inget papa gak?" tanya lelaki itu

"buset ganteng banget, tadi ibu-ibu itu yang cantik. sekarang bapak-bapak ini ganteng" batin Natasha

"hah? enggak, emang om siapa?" tanya Natasha bingung dan baru sadar kalau lelaki itu memanggil dirinya sendiri dengan panggilan 'papa'

"dokter?" tanya lelaki itu, nada suaranya berubah menjadi dingin, tidak lembut seperti ketika bertanya padanya

"kemungkinan besar, nona Arranaya hilang ingatan ketika tubuhnya terhempas dan membentur aspal jalanan cukup kencang" jawab dokter itu

"tunggu! nama saya Natasha, ini kenapa jadi Arranaya? dan tadi, hilang ingatan? saya gak hilang ingatan! saya inget siapa saya dan keluarga saya!" ucap Natasha heran

perempuan tadi memegang tangan Natasha dan mengusap-usap nya

"nama kamu kan Arranaya Nathasa Dirgantara, sayang. gapapa kalau kamu lupa, kita mulai dari awal. ini bunda kamu sayang, dan itu papa kamu" ucap nya

Natasha tercengang, ia merasa tidak asing dengan nama 'Arranaya Nathasa Dirgantara' itu, ia menerka-nerka apa benar ia masuk kedunia novel? tapi masa sih? itu kan cuman ada di novel-novel yang ia gemar baca.

"t-tunggu, nama tante... Anggun Winata? terus om, Ragas Pamungkas Dirgantara?" tanya Natasha

"kamu inget nama papa sama bunda?" tanya lelaki itu

Natasha terdiam, ia memijat pelipisnya pelan karna terasa pusing

"nona, jangan terlalu mengingat. itu berbahaya, berpotensi stress" ucap dokter itu

"sayang, gak usah inget terlalu dalam. yang penting, papa sama bunda ada sekarang nemenin kamu" ucap Ragas dan mengusap kepala Natasha

Natasha terdiam ia ingin menangis, tapi.. mau bagaimana lagi?

ƪ(˘⌣˘)ʃ
Gak tau dehh
tiba" pen bikin cerita kek gini pas waktu draft" gue ilangan😔

Novel or Real World? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang