Hallo assalamualaikum semuanyaaa??
Apa kabar nih, gimana gimana?
Sesuai permintaan, aku publish ceritanya Aksa dulu
Mau liat Aksa tobat nih? tinggalin jejak dulu di setiap partnya!!
Mohon bersabar mungkin cerita ini up-nya tidak terjadwal ya (Kayaknya)
Oh ya kok bisa sampe baca cerita ini, gimana?
.
.
.
HAPPY READING
🌻🌻||•PROLOG•||
Seorang gadis kecil menggeleng cepat kala sebuah tangan yang lebih besar darinya itu merebut paksa boneka kelinci yang berada di pelukannya. Tenaga bocah berusia 5 tahun itu cukup kuat menandingi anak laki-laki berusia 9 tahun yang berdiri di hadapannya. Atau mungkin, anak laki-laki itu yang tidak terlalu keras menarik boneka tersebut agar dirinya tidak terluka.
"Balikin dek, itu bukan punya kamu!"
Lagi lagi gadis kecil itu menggeleng, mengeratkan kembali boneka kelinci berukuran kecil dalam pelukannya. Matanya mulai memanas dengan pipi yang mengembung lucu. "Engga ini udah jadi punya aku, kak!"
Anak laki-laki itu mengalah, beralih jongkok di depan gadis kecil dengan bando putih di kepalanya. "Nanti kakak minta Papah beliin buat kamu, ini kembaliin dulu." Anak lelaki itu menunjuk seorang anak perempuan yang duduk lesehan di tanah dengan telunjuknya. "Liat, gak kasian sama dia udah nangis gitu. Balikin, ya?" rayunya lagi.
Gadis kecil itu melirik ke arah teman bermainnya yang sudah nangis kejer, mata imutnya beralih pada anak laki-laki di depannya. Perlahan, ia mengulurkan boneka itu ke orang yang berjongkok di hadapannya. Setelah di terima baik oleh sang empu, gadis kecil itu segera berlari menjauh dari sana.
Anak lelaki itu berjalan menghampiri anak perempuan yang sedang menangis tadi, lalu segera mengembalikan boneka yang sempat di rebut oleh gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya. "Maaf ya, ini boneka kamu. Jangan nangis lagi,"
"Makasih kak Aksa,"
Anak laki-laki yang dipanggil Aksa itu mengangguk dengan seulas senyum tipis. Setelahnya, ia segera berlari mengejar adik kecilnya.
"DEK TUNGGU!"
Aksa menambah kecepatan berlari saat melihat gadis itu menghentikan langkahnya. Mungkin karena dia capek. Terbukti dengan cara ia membungkukkan badan dan kedua tangan yang bertumpu pada lutut.
"Gak mau ngomong sama kakak!"
Aksa tertawa pelan mendengar nada ketus dari gadis itu. Mengacak gemas surai lembut itu dan membawa tubuhnya untuk berjongkok di depan gadis yang saat ini tengah merajuk padanya. "Cape kan? sini kakak gendong."
Awalnya gadis kecil itu menolak mentah-mentah, namun saat kalimat yang baru saja keluar dari mulut Aksa membuat ia langsung nyemplak ke punggung laki-laki itu. "Beneran di beliin yang besar?" tanya gadis kecil itu memastikan.
Aksa yang mulai berjalan dengan tubuh mungil di belakangnya pun mengangguk. "Iya nanti kakak beliin boneka kelinci yang besar,"
Merasa tidak ada sahutan, Aksa kembali mengeluarkan suara. "Jangan ngambek terus, dek. Hari ini kan terakhir kita main bareng."
Wajah imut dengan pipi chubby itu bertambah masam. "Kakak ikut, ya? aku nggak mau sendiri di sana,"
Aksa menggeleng kecil. "Nggak bisa, kakak kan harus sekolah,"
Gadis kecil itu mencebikkan bibirnya, Aksa yang dapat melihat dari ekor matanya lantas terkekeh pelan. "Nanti kakak ikut Papa buat nganter kamu, sekalian ikut acara tasyakuran buat rumah baru kamu sama Ayah Bunda kamu di Bandung nanti," ujarnya memberi ketenangan.
Meskipun sedih karena harus berpisah dengan Aksa, gadis kecil itu tetap memaksakan senyumnya. "Nanti kita jarang ketemu dong, kak?"
Aksa kembali mengangguk, menurunkan tubuh mungil itu tepat di bangku besi berwarna putih yang berada di pelataran rumahnya. "Kakak janji, nanti kalo kakak udah besar kakak bakal cari kamu dan bawa kamu ke sini lagi. Bersama kakak," jawabnya setelah ikut duduk di kursi yang kosong.
Gadis kecil itu ikut tersenyum melihat anak laki-laki di depannya yang juga menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan indah. Kepalanya mengangguk beberapa kali, sebelum akhirnya memeluk tubuh yang lebih besar darinya.
"Kak Aidan," panggil gadis itu mengambil nama depan Aksa. Aidan Aksa Aldebaran. Aidan adalah panggilan khusus darinya untuk laki-laki itu.
"Hm?" sahut Aksa membalas pelukan itu seraya mengelus surai sebahu adiknya.
Aksa menganggap dia adalah adiknya. Meskipun kedua orang tua mereka berbeda, lebih tepatnya ayah Aksa bersahabat lama dengan ayah gadis kecil yang berada di dekapannya saat ini, terlebih kedua orang tua gadis itu pernah merawat Aksa saat sang ayah tengah sibuk mengurus pekerjaannya di luar negeri. Membuat hubungan keduanya juga ikut terjalin erat seperti saudara kandung. Tetapi sekarang mereka harus berpisah, karena gadis itu harus ikut orangtuanya yang akan ditugaskan bekerja di Bandung.
"Kita bakal bisa main bareng lagi kan?" tanya gadis kecil itu mengeluarkan air matanya, kembali bersedih. Aksa adalah pelindungnya, Aksa adalah tempat ia mengadu jika dirinya di marahi oleh kedua orangtuanya. Aksa adalah orang yang selalu menegur saat dirinya berbuat salah. Baginya, Aksa adalah segalanya.
Aksa mengangguk tanpa adanya keraguan. "Iya dong, kalo besar nanti nggak bakal ada lagi yang bisa misahin kita, oke?"
Gadis itu tersenyum lega, entah benar atau tidak ucapan yang di dengarnya beberapa tahun ke depan. Semoga saja benar.
"Sayang kakak!"
"Sayang kamu juga!'
.
.
.
.------------------
¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥
OWW Masyaallah akhirnya bisa up cerita baru
Cailah gimana kabarnya pren?
Mau lanjut or no ini cerita??
Komen atuh sokk!!
See u Next part okeyy
Salam dari Jateng ❤️
16 Mei 2023Publish kembali
19 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally Meet You Again!
Teen FictionENGGAK BISA BIKIN DESK CUYY JADI LANGSUNG CUSS BACAA AJA!!! ★★★ "Pada akhirnya takdirku tetap kamu, terimakasih telah menerima laki-laki pengukir luka ini kembali." ~Aidan Aksa Aldebaran "Pada kenyataannya kita hanyalah perencana, bukan penentu." ~...