"Satu-satunya cara melepaskan rindu Adalah bermimpi menatap paras yang
Kau rindukan
Dan....
Terbangun dengan ketidakpercayaan
Dan mulai tersadar bahwa kau
Bermimpi terlalu dalam."•••
"Azka.."
Kata-kata terakhir.
Hingga seorang anak laki-laki berhasil keluar dari alam mimpi yang sedari tadi berjam-jam lalu menguasainya.
"Udah subuh yaa?" Racau anak laki-laki yang akan menginjak tujuh belas tahun itu sembari mengucek-ngucek matanya yang masih terlihat buram.
Suara adzan terdengar, subuh telah tiba, waktu untuk bermimpi telah habis. Anak lelaki itu beranjak dari kasur bersiap-siap untuk menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim.
.
Pukul 06:00
Di meja makan, dengan gaya klasik itu. Sudah ada dua orang anak dan seorang ayah yang tengah berbincang satu sama lain."Bang bang, lo tau nggak si?"
Marga _seseorang yang di panggil abang tadi_ melirik seseorang yang berada depannya sebentar. "Tau apaan?" Tanyanya.
"Ini tuh hot banget, bang. Cuman gue yang tau"
Marga semakin tertarik dibuatnya, ia condongkan tubuhnya lebih dekat dan melipat tangan nya di atas meja.
Jeda beberapa detik. Sampai ia kembali melanjutkan ceritanya "Kemarin gue liat si Siti jalan sama si Romeo. Pasti mereka udah jadian" Jelasnya dengan serius
Marga menghela napas kasar. Tubuhnya ia tarik kembali kebelakang dan mulai melanjutkan pekerjaannya tadi, mengoles selai keroti.
"Kirain apaan, harusnya gue nggak usah berharap lebih sama lo kalau udah ada kata-kata eh lo tau nggak si. Ujung-ujungnya gibahkan"
Anak itu berdecak kesal. Posisinya ia rubah sedikit. "Ini beneran, bang!"
Marga mengangkat tangannya dan mendaratkan gagang pisau selai ke kepala Arka _anak yang bertanya tadi. "Gak penting"
Anak itu meringis. Mengusap-usap kepalanya yang tak terlalu sakit itu. Bibirnya mengerucut, padahal ini berita penting, pikirnya. Tapi mengapa Abangnya nampak tak tertarik sedikit pun.
Sang Ayah hanya tersenyum tipis melihat pembicaraan tak penting kedua putranya itu. Dalam diam ia tersenyum, menatap kedua putranya secara bergantian. Menangis, mengejek, bercanda, atau bahkan berkelahi pun sudah mereka berdua lakukan, dan Sang Ayah senang mereka tumbuh menjadi saudara yang saling menyayangi satu sama lain. Senyumnya tak pernah pudar, ia bahagia ketika melihat hal-hal kecil yang dilakukan anak-anaknya.
Hingga ia lupa, ia masih mempunyai satu putra.
Untuk seorang ayah itu wajib dimaklumi. Terlebih saat rasa bahagia telah menguasai hatinya. Ia mampu melupakan apa saja, termasuk salah satu anaknya.Azka berjalan menuruni tangga, yang sudah siap dengan seragam SMA dengan di baluti hoodie hitam, melangkahkan kaki ke arah meja makan.
Anak itu berjalan ke sudut Meja makan yang paling ujung dan mengambil satu roti berselai coklat."Pagii Azka. Masih pagi nih, mukanya jangan di jelek-jelekin" Sapa Arka pada Azka yg sudah mulai mengunyah roti.
"Pagi, Masih pagi nih, mulutnya jangan asal bacot bisa?" Balas Azka di tengah kesibukannya mengunyah roti.
"Azka mulut kamu!! Ayah nggak pernah ngajarin kamu ngomong kayak gitu sama yang lebih tua!!" Ayah berucap dengan nada tak suka
"Maaf "
KAMU SEDANG MEMBACA
ᗩᘔKᗩᖇᗩ || Nct Dream
Roman pour AdolescentsHidup perihal perjalanan, bukan hanya bernapas diatas bumi yang perlahan menua Hidup bukan hanya Tentang nyawa tapi juga bahagia. Jika ditanya apakah sekarang kau bahagia? Mungkin Azkara akan mengatakan tidak, atau iya. Entahlah, karna ia merasakan...