4

33 21 18
                                    

Langsung aku end-in hari ini aja deh ya!

🐈🐈🐈

“Selama ini, aku selalu berlindung di balik harapan bahwa Reinal akan melepaskanmu. Aku sangat-sangat menginginkan Reinal. Kami berpacaran cukup lama sebelum dia bertemu dengan mu, seharusnya kau tahu, bukan hanya kau yang menderita di sini, karena aku juga sangat menderita” Bendungan di mata Caca bocor, suaranya terdengar menyayat.

“Ya, aku pikir kau memang pantas mendapatkannya” Ujar Rity dan memalingkan wajahnya, dadanya terasa nyeri, air matanya mulai turun. Mungkin Rity tidak pernah membayangkan bahwa kekasihnya yang telah menjalin kisah selama 4 tahun itu akan menghadirkan orang lain di perjalanan mereka.

“Mengapa kalian tidak bertanya saja pada jalang satu ini, di mana Reinal berada. Aku yakin pacar posesifnya ini tidak mungkin tidak mengetahui di mana Reinal berada” Ucap Caca sambil menatap tajam ke arah Rity.

“Atau coba tanyakan pada ibu tua bangka ini, bukankah selama ini dia yang selalu menyiksa Reinal dan menyuruh Reinal untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal? Seperti menyuruhnya memakan kotoran tikus contohnya” Sinis Caca pada Ratih, semua mata tertuju pada Ratih dengan tatapan yang sulit diartikan.

Caca mendongakkan kepalanya dengan tatapan sendu, lalu tertawa “Hahaha! Lihatlah kalian semua, kalian bahkan benar-benar tidak memiliki petunjuk di mana Reinal berada, dan kalian menuduhku seenaknya, setelah menghilang tiga bulan apa yang akan kalian harapkan darinya? ‘Hei everybody! I’m home!’ kembali dengan tampang ceria dan meminta untuk disambut?” Ujar caca dengan tawa yang cukup keras hingga membuat ruangan ini bergema, dengan raut wajah yang bahagia namun tersirat kesedihan yang mendalam di dalamnya. Orang yang melihatnya juga pasti akan tahu, bahwa perempuan itu sedang tertekan, mungkin dia juga sangat merindukan Reinal.

“Perempuan gila!” Ujar Ratih sambil meninggalkan ruangan begitu saja, gerakannya pun disusul oleh Hari dan Rity. Caca yang merasa sakit hati karena ditinggal begitu saja mulai memberontak.

“Kalian tidak akan pernah bisa menemukan Reinal lagi!” Teriak Caca dari kejauhan seolah berusaha memberitahu seluruh dunia, bahwa Reinal telah menghilang bagaikan asap.

Polisi masih berusaha melanjutkan pencarian dan mencari bukti-bukti terkait hilangnya Reinal, Caca terpaksa ditahan untuk sementara waktu karena gerak geriknya yang mencurigakan.

“Mama yakin, pasti wanita gila itu yang tengah menyembunyikan Reinal” Ujar Ratih yang tengah terbawa emosi.

Rity yang mendengarnya hanya terdiam sambil memandang wajah Ratih dengan raut ragu. Ya, Rity memikirkan ucapan Caca saat berada di kantor polisi tadi. Reinal memang pernah beberapa kali bercerita bahwa dia merasa tertekan di rumahnya, karena Ratih menyuruhnya melakukan hal-hal yang aneh dan di luar nalar, namun Reinal tidak pernah menceritakan tepatnya seperti apa.

“Ma, aku ingin mampir sebentar ke rumah, apakah boleh? Aku sangat lelah, dan rumah mama adalah yang paling dekat bila dibandingkan dengan rumahku” pinta Rity pada Ratih sambil memegang pundaknya yang terasa pegal.

Dan dijawab anggukan oleh Ratih, mereka pulang bersama, tidak lupa membeli makan untuk dimakan bersama-sama di rumah Ratih nanti.

Sesampainya di rumah, Rity berpamitan ingin istirahat sebentar di kamar Reinal. Saat memasuki kamar Reinal, ia segera menutup pintu dan membanting tubuhnya ke atas kasur milik kekasihnya itu. Sudah tiga bulan berlalu, namun wangi tubuh kekasihnya seakan tidak ingin lepas bahkan dari kasur, tentu saja Rity sangat merindukan wangi kekasihnya juga.

Rity memandangi langit-langit kamar Reinal dengan perasaan yang bercampur aduk, matanya sendu dan perlahan mulai menitikkan air mata, seakan ada sedikit perasaan menyesal pada dirinya.

Ia berdiri, mengelilingi kamar Reinal, mengamati setiap sudut ruangan itu, semuanya tampak sama, tidak ada sedikitpun yang berubah. Yang berubah hanya pemilik dari ruangan ini yang tidak tahu di mana keberadaannya.

Dia menatap lama kaca yang tertempel dengan lemari di depannya, memikirkan banyak hal yang terjadi belakangan ini. Rity membuka lemari kekasihnya meneliti tiap barang yang ada di dalamnya seolah olah dia mengerti pasti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh kekasihnya.

Dia membongkar baju-baju yang ada di sana, membuka tiap laci yang ada, dan dia menemukan buku yang masih bagus, Rity tidak merasa pernah melihat buku ini sebelumnya, Rity membukanya dan membacanya dengan teliti di tiap tiap halaman.

Rity tersenyum tipis, senyum yang sulit diartikan. Rity memutuskan untuk membawa buku itu pulang diam-diam, segera ia turun ke bawah, menuju meja makan dan makan malam bersama keluarga kekasihnya itu.

Seusai pulang dari rumah Reinal, Rity langsung menuju rumahnya. Ia membuka pintu dengan semangat dan ceria.

“Maaf telah membuatmu lama menunggu, namun aku masih ada urusan yang harus segera aku selesaikan, aku harap kau dapat mengerti” Ucap Rity pada seseorang yang telah menunggunya seharian di rumah.

Rity bergegas lari menuju kamarnya, dia membaca ulang catatan harian milik kekasihnya tersebut. Reinal, pria yang lebih tua 3 tahun dari Rity tersebut menyembunyikan banyak hal.

Selama ini, Ratih selalu menuntut Reinal untuk menjadi yang terbaik sejak Reinal masih kecil. Ratih akan sangat marah bila Reinal tidak mendapatkan juara 1 di sekolahnya, bila tidak maka Ratih akan menghajarnya habis-habisan dengan memukul kepala Reinal dengan rotan, atau menceburkan kepalanya pada bak mandi di rumahnya.

Di sana juga tertulis, bahwa Reinal pernah disuruh meminum air kencingnya sendiri karena ia kalah lomba renang beberapa waktu lalu. Anehnya Reinal menulis, bahwa ia sangat menyayangi Hari, karena hari cukup pendiam dan selalu menyemangati Reinal sepanjang waktu, namun tidak pernah sedikitpun membela Reinal ketika dimarahi habis-habisan oleh Ratih.

Rity tidak tahu apa yang harus ia lakukan, segera ia menuju meja yang terletak di dalam kamarnya dan menelepon pak kepala sipir untuk menyerahkan buku itu sebagai salah satu bahan bukti sekaligus petunjuk.

SIGNATURE 18+ [END - Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang