Five

740 81 9
                                    

Takemichi baik atau tidak, semua itu tergantung dari sisi mana orang melihat pribadinya. Dan menurut Manjirou sendiri Takemichi adalah sosok iblis yang bersembunyi dibalik wajah malaikatnya, namun ada kala nya pula Manjirou dibuat tertegun dengan tingkah Takemichi karena perilakunya yang tidak pernah terduga sama sekali.

Dan jika harus dipastikan, tentu Manjirou akan mengatakan jika kelembutan lelaki itu sesungguhnya lebih mendominasi dari pada kekasarannya yang ia perlihatkan. Takemichi itu awalnya hanyalah sebuah pedang tumpul yang kemudian diasah kembali oleh kakeknya, dijadikan alat kebanggaan keluarga yang setiap hari digunakan untuk membunuh orang hingga semakin hari terlihat begitu tajam.

Manjirou pun awalnya membenci lelaki yang kini berada dalam pangkuannya, tapi saat ia memergoki Takemichi kecil yang menangis begitu keras di belakang rumahnya seraya menyebutkan nama sang ayah dan ibu, sejak itulah Manjirou tahu jika sebenarnya Takemichi hanya ingin terlihat kejam dan kuat agar bisa diakui dan ditakuti.

Tapi meski tahu akan hal tersebut, Manjirou tidak akan pernah memundurkan langkahnya yang sudah satu persatu ia pijaki untuk sampai ditahap ini, menjadi anjing penurut bukanlah sesuatu yang ia inginkan dari dulu kecuali satu hal yaitu membunuhnya.

Tapi---

"Jadi, sampai mana tahap rencanamu untuk membunuhku, Mikey?" Ujar Takemichi sembari mengusap rahang tegas Manjirou yang tampak mengeras.

Manjirou sontak melirik pada Takemichi yang tengah menyeringai. Mau sekuat apa pun Manjirou menyembunyikannya, Takemichi akan selalu tahu apa yang sedang ia rencanakan, terlebih dia akan selalu dengan terang-terangan bertanya seperti tidak akan terjadi apa pun padanya.

"Anda tahu?"

Pertanyaan skeptis itu pun dibalas kekehan ringan, "Tentu." Senyum Takemichi pun merekah, "Kau kan anjingku, tentu aku harus tahu apa pun yang dilakukan peliharaanku, benarkan?"

Takemichi mengusap dada Manjirou, "Aku ini selalu memerhatikan semua peliharaanku, aku majikan yang sangat baik kan, Mikey?"

Manjirou mendengus geli, tingkah Takemichi itu benar-benar tidak pernah bisa ia duga. "Ya, kau sangat baik, Mitcy."

"Ingin melakukan sex untuk yang terakhir kalinya, sayang?" Tanya Takemichi sembari membuka kancing kemeja yang Manjirou kenakan.

"Ck! Dasar jalang!!" Umpat Manjirou yang kemudian menarik tengkuk Takemichi kasar dan mencium bibirnya.

....
....

Takemichi sejak dulu tahu jika Manjirou pasti akan berkhianat, karena pada dasarnya hubungan darah tidak akan pernah bisa diputuskan dengan apa pun. Kakek Manjirou, si dalang dibalik pengkhianatan besar yang terjadi beberapa tahun lalu untungnya sudah mati terpenggal oleh kakek Hanagaki, demi kekuasaan dia tega membunuh anak dan menantunya sendiri namun dengan hebatnya dia memutar balikan fakta hingga seakan-akan orang lain lah yang menjadi dalangnya. Dia juga menjadikan cucunya sendiri, Manjirou, sebagai penerusnya untuk menggulingkan kekuasaan Hanagaki, dibantu oleh keluarga Akashi yang sejak dulu menjadi anjingnya.

Jadi tidak heran jika sekarang, Manjirou akan melakukan hal yang sama. Berpura-pura tidak tahu apa pun, berpura-pura menjadi anak yang terlihat malang lantaran orang tuanya meninggal, berpura-pura menjadi anjing penurut meski nyatanya dia adalah anjing liar. Takemichi rasanya ingin tertawa setiap kali melihat wajah Manjirou yang tampak tak berdosa ketika menuruti perintahnya. Lucu sekali bajingan itu.

Benar-benar munafik.

Pantas jika Seishu sangat membencinya, karena Takemichi pun rasanya demikian meski dalam hatinya ada secuil rasa yang tidak dapat ia jelaskan.

Gelora dalam dada kian terasa saat mendapati pemandangan yang sama ke sekian kalinya, Manjirou dengan segala ekspresi seksinya saat melakukan sex adalah sesuatu yang sejujurnya Takemichi suka, namun tentu ia tidak bisa memiliki rasa karena bagaimana pun Manjirou setelah ini akan menjadi orang yang kemungkinan besar membunuhnya.

A L P H ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang