Boneka alarm menari-nari membangunkan Yoon Jiwoo yang tidur telungkup ditutupi selimut di kasurnya. Ia mematikan alarm tersebut dan menyadari ia sudah terlambat bekerja part time.
Jiwoo mengeringkan rambutnya sembari menggambar alisnya, rambutnya yang mulai kering terbang sana sini akibat angin hairdryer.
Jiwoo mengambil beberapa koin dari toples kaca dan mengambil sebuah roti yang semalam ia beli dan mengigitnya sambil keluar dari kamar kost nya dan berjalan dengan pelan-pelan, ia sudah menunggak uang kost beberapa bulan, ibu kost yang galak itu setiap hari mengedor pintunya meminta uang.
Jiwoo sampai di halaman kost dan mendorong sepedanya keluar dari rumah kost itu tanpa ketahuan.
Ia mengayuh sepedanya melewati Menara Eiffel, yang penuh dengan orang-orang prancis dengan berkulit putih pucat, bermata bulat besar, badan tinggi besar dan pakaian yang fashionable yang duduk-duduk bersantai, berjalan sana sini,sangat ramai.
Sudah setahun lebih Jiwoo tinggal di Prancis untuk menuntut ilmu, ia berkuliah di salah satu universitas disana dengan jurusan perfilman. Ia menggeluti jurusan itu mengikuti jejak ayahnya yang seorang sutradara film. Ayahnya sudah lama wafat saat ia masih bersekolah.
Jiwoo tiba disebuah restoran yang baru seminggu ini menjadi tempat ia bekerja. Ia kesulitan mencari pekerjaan karena masih kurang fasih berbahasa prancis yang sulit, ia bahkan selalu membawa kamus kecil bahasa Prancis-Korea kemana-mana.
Manager restoran melihat Jiwoo datang, ia menghalangi Jiwoo yang hendak masuk ke dalam untuk bekerja.
"vous êtes viré ! ( kau dipecat! )" ucap Manager restoran itu berulang-ulang dengan bahasa prancis dan menggerakkan tangannya mengusir Jiwoo.
Jiwoo mencoba mengeja mulut pria paruh baya bertubuh gempal itu sambil mengambil kamus dari ransel kecilnya dan mencari-cari arti yang dikatakan managernya itu.
"Ahh.. aku dipecat.. sialan!" Umpatnya kepada manager itu dengan bahasa korea dan menatapnya sinis. Ia mendorong sepedanya ke air mancur dekat restoran tersebut.
Setiap hari ia selalu melempar koin dan mengucap doa berharap terkabulkan, konon katanya melempar koin ke air mancur dan berdoa maka permohonanmu akan dikabulkan. Ia melempar koin itu.
"Aku ingin bertemu pria yang tampan dan sangat kaya" ucapnya menutup mata.
***
Disebuah mansion luas dan mewah beberapa pria sedang bermain kartu di samping kolam berenang. Lebih tepatnya di rumah pria terkaya di prancis.
Seorang pria paruh baya berkulit hitam berkacamata pemilik mansion, seorang pria prancis yang pendek, berambut gondrong teman dari pria kaya pemilik mansion dan seorang pria tampan berdarah korea.Pria itu adalah Choi Mujin. Ia menyeringai melihat kartu nya yang bagus. Ia mendorong satu koper berisi uang euro itu ketengah meja itu.
Pria kaya pemilik mansion itu terkejut dengan taruhan Mujin. Ia lalu membuka kartunya yang zonk, pria pendek berambut gondrong itu membuka kartunya yang juga zonk juga.
Mujin tersenyum miring dan membuka kartunya yang bagus, ia menang. Ia berdiri dan hendak menarik semua uang taruhan beserta kopernya.
Pria pendek berambut gondrong itu menahan tangan Mujin, ia sepertinya tidak rela ia kalah.
Mujin melihat tingkahnya yang licik. Sangat kesal dan marah. Ia menarik kuat koper beserta uang itu dan melemparnya ke kolam berenang.
"l'argent est pour toi (uang itu untukmu)" Wajahnya kesal namun datar menahan emosi hingga pria paruh baya itu melongo, bingung karena Mujin dengan gampangnya membuang sekoper uang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Paris
RomansaChoi Mujin seorang pengusaha sukses yang tidak pernah jatuh cinta, baginya cinta bukanlah hal penting, bekerja keras dan memajukan perusahaannyalah tujuan utama hidupnya, Namun semua berbeda saat ia tidak sengaja bertemu dengan Yoon Jiwoo dan mengal...