II

240 273 32
                                    

Seperti biasa pagi ini Jiwoo ada kelas di perkuliahannya, setelah selesai pulang dari kampus ia mengayuh sepedanya ke penthouse Mujin untuk bekerja.

Alih-alih membersihkan rumah, ia malah rebahan disofa empuk dan menonton film koleksi Mujin, ia bahkan membawa cemilan sendiri dan makan disana, ia juga berendam di bathup. Setelah itu ia barulah membersihkan rumahnya.

Ada memo di meja kerja Mujin, ia sudah mencatat list barang-barang yang jika sudah habis harus dibeli lagi, Mujin juga sudah menaruh uang diatas mejanya untuk Jiwoo berbelanja. Ia juga menaruh tip untuk Jiwoo yaitu €50

"Apakah dia sudah gila? Bagaimana mungkin dia bisa memberikan €50.000 hanya untuk berbelanja" ucap Jiwoo melihat uang yang sangat banyak itu.

Jiwoo sampai di supermarket dan membeli barang-barang tersebut.

"Kenapa madu ini mahal sekali? Apakah ada serbuk emas didalamnya? Aku tidak mengerti kenapa dia harus membeli barang mahal padahal ada yang sama dan lebih murah" Jiwoo mengoceh sendiri karena majikannya yang sangat pemilih dan detail.

Tertulis juga di memo bahwa barang yang dibeli harus sesuai dengan yang ia mau namun Jiwoo malah membeli kopi hitam reguler dan 1 set cangkir baru mengganti kopi yang biasa diminum Mujin.

Troli yang didorong Jiwoo sudah hampir penuh dengan barang yang harganya mahal, bagi Jiwoo mungkin bisa untuk membayar kost nya 1 tahun kedepan. Jiwoo menganga melihat belanjaannya yang mencapai hampir €45.000.

Jiwoo sampai dirumah dan menyusun semua barang-barangnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, yang berarti Jiwoo harus segera pulang sebelum majikannya datang.

Ia lalu bersiap-siap hendak pulang, tak lupa ia menuliskan memo untuk majikannya.

Mujin sampai dipenthousenya, ia melihat barang-barang yang sudah tertata rapi dirak dapurnya dan beberapa sesuai dengan list barang yang ia butuhkan.

Ia membuka kulkas dan mengambil sebotol jus jeruk dan meminumnya, ia menutup pintu kulkas dan ada memo di kulkas itu.

"Aku tidak membuang jus jeruk yang sudah kadaluwarsa, aku tidak berani membuangnya, aku takut kau marah padaku, aku harap kau tidak meminumnya"

Mujin yang membaca itu langsung memuntahkan jus jeruk itu dan berdecak kesal mengigit bibir bawahnya. Ia juga melihat ada kopi yang bukan merek yang ia mau, ia membuang setoples kopi yang masih baru itu dan juga membuang 1 set cangkir yang dibeli Jiwoo.

Ia juga mendapati memo dimeja kerjanya.

"Aku melihat ada sedikit ruang cahaya matahari yang bagus untuk menaruh ikan-ikan kecil itu di aquarium dan aku membelinya. Aku juga menaruh vas bunga di meja agar tidak terasa kosong. Cuaca mulai dingin aku harap kau memakai pakaian yang lebih tebal"

Mujin melihat aquarium berisi ikan-ikan kecil di sudut ruangan meja kerjanya dan vas bunga di meja ruang tamu. Ia menghela nafas kasar lalu melempar memo itu ke laci meja kerjanya, memo yang setiap hari ditulis Jiwoo mulai memenuhi laci itu, Mujin juga tidak membuangnya.

Ia lalu berjalan ke sofa dan mencari remote tv yang hampir setiap hari tidak berada ditempatnya.
Jiwoo yang mulai lengah dan ceroboh sembarangan menaruhnya.

Hari-hari berjalan seperti biasanya.
Jiwoo mulai terbiasa bermalas-malasan dulu dipenthouse Mujin karena majikannya tidak pernah ada dirumah. Jiwoo memfoto sebuah dirinya sendiri yang sedang duduk disofa empuk, kamera polaroid itu mengeluarkan hasil fotonya membuat Jiwoo tersenyum puas.

Ceklek..

Pintu terbuka. Jiwoo yang terkejut karena tiba-tiba ada orang masuk, ia cepat-cepat merubah posisinya dari memfoto dirinya menjadi pura-pura membersihkan meja dengan kain disebelahnya, Taeju memasuki penthouse dan mendapati Jiwoo yang sedang mengelap meja. Jiwoo mendorong kamera polaroidnya di bawah meja karena takut ketahuan ia sedang berfoto.

Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang