Halo...
Kali ini interaksi Raka sama Yori nya udah mulai agak banyak. So, ikutin terus ceritanya ya...
Selamat membaca :)
-----------------------------------------------------------------
"Ini pertemuan kita yang kedua hari ini."
Perkataan Raka tadi pagi terus terngiang-ngiang di benak Yori. Bagaimana bisa pertemuan tadi pagi jadi yang kedua? Yang pertamanya kapan coba? Lamunan Yori terbuyarkan saat tiba-tiba sebuah gumpalan kertas mendarat di mejanya. Yori serta merta menatap ke arah datangnya benda itu. Rupanya dari Lando. Cowok itu menganggukkan kepala, mengisyaratkan untuk membuka kertas itu. Jarak mereka berdua terpisah oleh satu barisan bangku. Pasti Lando meminta tolong pada temannya untuk menyampaikan kertas itu. Penasaran, Yori membukanya. Sederet tulisan Lando yang cukup rapi untuk seorang cowok tertera di sana.
Lagi mikirin apa, sih? Khusyuk amat ngelamunnya.
Yori tak ada niatan untuk membalasnya. Lebih tepatnya karena tidak enak hati untuk meminta tolong orang lain agar menyampaikan surat balasannya pada cowok itu. Ia menatap ke arah Lando yang tampak menunggu jawaban. Lalu menggeleng pelan. Seolah mengucapkan kalimat, "Nggak mikirin apa-apa" tanpa suara. Di seberang sana Lando tampak menghela napas. Tak hilang akal, Lando mengacungkan ponselnya. Mengajak Yori mengobrol lewat chat. Tapi Yori segera menggeleng. Dia tidak mau kepergok guru sedang memainkan ponsel di tengah pelajaran begini.
Lando merobek selembar kertas dari bukunya, lalu menuliskan sesuatu di sana. Tak lama kemudian, kertas itu telah sampai di meja Yori. Gadis itu membacanya lamat-lamat.
Nanti pas istirahat makan bareng ya
Yori menatap ke cowok itu dan tersenyum tipis. Bisa dibilang hanya Lando yang peduli padanya di sekolah ini. Mungkin karena mereka punya banyak kesamaan dan Lando adalah teman pertama Yori di sekolah ini sejak hari pertama masuk ke sekolah. Beruntungnya lagi, mereka selalu satu kelas. Sehingga Yori tidak terlalu khawatir saat harus berinteraksi dengan siswa lainnya. Kebanyakan orang di sini sudah termakan dengan gosip yang beredar. Sangat sulit mengendalikan keadaan. Apalagi memperbaikinya. Kalau ada Lando, Yori bisa sedikit tenang. Hanya saja, Lando adalah salah satu murid populer di sekolah. Agak sulit bergaul dengannya tanpa ditatap dengan tatapan tak suka dari berbagai penjuru. Sehingga kadang-kadang Yori juga menghindarinya.
Tepat setelah bel istirahat berbunyi, Lando segera menghampiri Yori dan mengajaknya untuk ke kantin sebelum ada yang mengajaknya duluan. Karena tak enak hati jika menolak, Yori memenuhi ajakannya. Keduanya langsung menuju kantin dan menempati sebuah bangku paling ujung yang persis menghadap ke lapangan basket. Di sana, tampak beberapa murid kelas sebelas dan murid kelas dua belas sedang bermain basket sambil masih mengenakan baju olahraga. Yori mengenal beberapa dari mereka. Salah satunya adalah orang yang ditemuinya di taman baca tempo hari.
"Gue beliin dulu makanannya ya. Lo mau makan apa?" tanya Lando. Yori menatap spanduk menu yang di depan stand. Memilih makanan sambil menyesuaikan harga dengan isi dompet. Sebenarnya Yori jarang jajan di kantin karena dia sering membawa bekal makan dari rumah untuk menghemat uang jajannya.
"Siomay aja deh. Minumnya nggak usah, kan udah ada ini," kata Yori seraya mengangkat tumbler minumnya.
"Oke. Gue ke sana dulu ya." Yori mengangguk.
Seperti biasanya, kantin selalu ramai tiap jam istirahat. Beruntung tadi mereka segera ke sini, kalau tidak, mereka tidak akan mendapatkan tempat duduk. Saat sedang memperhatikan sekitar, seorang gadis yang tampak kerepotan membawa makanan menghampiri meja tempat Yori duduk. Karena kewalahan, ia langsung meletakan makanannya di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Réve
Teen FictionAwalnya, Raka sama sekali tidak peduli pada Yori. Gadis aneh yang jadi bahan perbincangan seantero sekolah. Bagi Raka, tidak ada yang lebih penting dari tujuannya pindah ke SMA Astara. Namun, entah mengapa keduanya justru sering bertemu secara kebet...