Ujian

386 80 24
                                    

💞ANA UHIBBUKA FILLAH 💞
_Aku Mencintaimu Karena Allah_
Part 6
.

    Bangun tengah malam menjadi rutinitas yang kami lakukan. Sebisa mungkin kami coba untuk Istiqomah menjalankannya, apalagi usia kandunganku sudah masuk trimester ketiga. Tinggal dua bulan lagi menunggu waktu kelahiran. Aku dan Mas sungguh bahagia, bertubi-tubi kenikmatan Allah berikan pada rumah tangga kami.

Hanya syukur yang selalu dipanjatkan. Hingga saat ini, aku masih diberikan kesempatan melihat tubuh kecil dalam rahimku tengah bergerak aktif. Dokter memperlihatkan dengan USG 4 dimensinya. Aku terus saja menatap gambar hasilnya berulang-ulang. Tidak menyangka ini anugerah luar biasa. Mas Al sedang memperdengarkan bacaan Alquran ke perutku, dia terus melantunkan dengan nada indahnya. Tidak terasa air mataku mulai mengembun haru.

"Semoga nanti, kamu dan mama waktu lahirannya lancar ya sayang. Kamu lahir sehat, diberikan umur panjang juga bisa menjadi anak Sholeh."

"Solehah juga mas, kan ada dua dedenya," seruku sembari meremas ujung kepala Mas Al. Dia tersenyum.

"Oh iya, kan dedenya ada dua ya, si kaka dan si adek. Ma Syaa Allah." Ia meralat ucapannya.

Tidak disangka, aku tengah mengandung bayi kembar. Abi dan ummi Rosa begitu antusias dalam menyambut kelahiran mereka. Setelah acara empat bulan kemarin, kami juga melakukan doa bersama di usia kandungan tujuh bulanan. Semua mendoakan, santri santri di pondok Mas Al dulu pun mendoakan. Aku begitu terharu. Sayangnya, semua seolah tercoreng oleh sesuatu yang tidak pernah kami duga sebelumnya. Aku begitu sedih, terpukul dan syok dengan semua yang terjadi. Ini seperti mimpi. Saat ini, aku masih terdiam diatas brankas rumah sakit. Aku seolah hampa tanpa adanya tumpuan. Meski Mas Al berkali kali menyadarkan agar aku mengikhlaskan semuanya.
.
.
.

"Tidak usah menyusul ya, nanti saya jemput kamu kok. Hari ini kita pasti cek ke dokter, saya janji tidak akan terlambat," ucapnya kala itu. Sebelum kejadian mengerikan itu terjadi.

"Aku janji Mas Al, nggak akan susul kamu. Aku tunggu di sini," janjiku padanya.

Mas Al berangkat ke sebuah kafe dimana dirinya akan promosi buku terbitan terbaru hari ini. Dia tidak ke kampus dan sudah izin. Meski sebenarnya hari ini ada jadwal pemeriksaan kandungan. Kami mundurkan jadwalnya menjadi nanti sore setelah acara launching buku mas Al selesai. Entah kenapa hari ini aku gelisah, tidak enak hati juga punggungku sakit sekali. Aku ingin cepat periksa ke dokter. Aku sudah tidak tahan, siangnya kucoba menelpon Mas Al. Siibuk tidak di angkat.

Aku berinisiatif menelpon taksi online untuk mengantarkanku ke tempat Mas Al sedang launching buku. Tempatnya tidak begitu jauh, sekitar tiga puluh menitan dari rumah. Aku nekad untuk ke sana, karena aku tidak tahu harus berbuat apa. Selain Mas Al, kucoba menghubungi ummi Rosa, beliau pun sibuk tidak mengangkat panggilanku. Ya Allah apa ini. Aku memiliki firasat tidak baik hari ini. Setelah taksi datang aku masuk dan duduk perlahan.

Supir menanyakan tujuanku dan aku memintanya untuk berhati-hati. Sepanjang perjalanan, punggungku semakin sakit tidak seperti biasanya. Aku berkeringat ternyata. Aku terus memanjatkan doa. Sepertinya pak supir melihat wajahku dari balik kaca spion di depan. Dia melihat wajahku yang pucat, hingga ia pun penasaran dengan keadaanku dan bertanya.

"Nona tidak apa apa?"

"Tidak apa apa pak, tolong cepat sedikit ya," pintaku. Dia mengangguk dan melajukan kecepatan. Tidak selang lama, akupun sampai di lobi halaman gedung. Aku langsung menuju tempat Mas Al.

"St .... "

Punggungku terasa semakin sakit. Aku menaiki lift tangga. Aku coba menahan rasa sakitnya. Tak lama terlihat banner poster Mas Al dan buku terbitan terbarunya. Aku menyunggingkan senyum. Di sini ramai sekali. Ternyata banyak penggemarnya. Aku sengaja mendekat ke sana dan duduk paling belakang untuk melihat acaranya.
Suamiku terlihat tampan dan menjawab segala pertanyaan baik dari wartawan juga penggemar bukunya. Ada satu hal yang sangat disayangkan. Aku larut dalam kecemburuan, ketika di depan mas Al duduk berdampingan dengan seorang wanita yang tidak asing bagiku. Teman dosen kampusnya. Kenapa dia di sana pikirku. Mungkin dia juga teman sesama penulis seperti Mas Al. Yang paling membuatku sakit, kenapa mesti ada pertanyaan yang menyinggung kedekatan mereka berdua.

💕ANA UHIBBUKA FILLAH 💕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang