Jodoh

1K 74 26
                                    


       💕ANA UHIBBUKA FILLAH 💕
   _Aku Mencintaimu Karena Allah_

Part 1
.
      Aku berlari secepatnya, berharap tidak terlambat untuk acara hari ini. Bisa dihapus kalau terlambat. Tidak dapat sertifikat juga. Ah... Harus bergegas.

Bruk!

"Aw..." lirihku pelan sembari menunduk.

"Afwan ukhti (maafkan dek!)," ucapnya dengan nada sopan.

"Iya nggak papa akhi," seruku sambil meninggalkannya cepat.

Aku harus segera masuk ke aula, sebentar lagi acara seminarnya dimulai. Ini seminar yang aku tunggu-tunggu. Seminar tentang kepenulisan pastinya. Aku gemar menulis jika ada seminar tentang kepenulisan pasti aku ikuti. Di pondok ini bakat setiap santri pasti di asah, mau apapun itu selama tidak bertentangan dengan syari'at. Ingat sekali kata kata kyai.

"Andin ... sini cepetan!" teriak Katrina sahabat ku dari ujung depan. Dia duduk paling depan ternyata. Menyisakan tempat duduk untukku. Baguslah. Akupun menghampiri.

"Darimana aja sih, dari tadi di tungguin?" tanya Katrina. Aku memutar bola mata, sengaja tidak ingin menjawab dan meledeknya.

"Ih, bukannya dijawab malah kayak gitu," cercanya kesal.

"Aku habis nabung Kat," bisikku di telinganya.

"Nabung?nabung apaan?" tanyanya penasaran.

"Ini, perut aku," jawabku sambil menunjuk ke arah perut. Katrina menganga dan mencubit lenganku.

"Ih sakit Katrina," teriakku pelan. Dia hanya cengar-cengir.

.

Tak lama acara di mulai. Seminar kali ini di isi moderator dari Jakarta, katanya sih alumni pesantren Al_Amiin juga. Dia seorang dosen sekaligus penulis. Karya karya nya sempat best seller tahun lalu. Katrina sangat mengaguminya. Dia mengoleksi setiap karya tulis orang tersebut. Penasaran sih, katanya dia salah satu lulusan pondok juga.

"Semoga jodoh deh nanti, mau minta tanda tangannya Ndin." Katrina senyam senyum sambil memeluk buku karya Fikri. Fikri nama penulis yang mengisi acara hari ini.

Menit kemudian setelah acara dimulai. Bersyukur banyak ilmu yang di dapat. Katrina benar, tips tips yang diberikan Fikri sangat banyak dan sepertinya harus aku lakukan ketika aku menulis. Wajahnya tampan, berwibawa juga sangat ramah. Tapi sayang pulpenku sepertinya terjatuh tadi. Jadi aku tidak sempat menulisnya di buku catatanku. Seperti seekor lalat, jika mendengar sesuatu yang bermanfaat tetapi tidak di tuliskan hanya didengar saja. Aku jadi malu sendiri. Kyai selalu berkata begitu. Seorang pelajar, tidak membawa buku dan pen sama saja dia seperti seekor lalat. Heh ... Dasar ceroboh...

"Permisi ukhti," suara seseorang mengejutkanku. Begitu juga Katrina, ia ikut terkejut saat melihat siapa yang menyapaku. Aku menoleh.

"I---iya akhi?" sahutku terbata bata.

"Ini pulpen antum 'kan?" tanyanya seraya memperlihatkan pulpen berwarna biru.

"Iya, ini pulpen ana. Syukron," jawabku sembari mengambil pulpen itu cepat dari tangannya. Katrina mengerutkan keningnya juga memanyunkan bibirnya padaku.

"Lain kali hati hati ya jalannya, jangan terburu buru. Al'ajalatu Minassyaithoon, tergesa-gesa itu perbuatan syetan." Aku menelan saliva kala pria itu mengeluarkan pribahasa nya, dan pergi meninggalkan aku yang berada di samping Katrina. Aku memukul jidat. Semua teman teman memperhatikan dengan saling berbisik.

"Heh,kok bisa Akhi Fikri nyamperin kamu Ndin?"

"Ceritanya panjang," bisikku.

"Ceritain aja sekarang," pinta Katrina.

💕ANA UHIBBUKA FILLAH 💕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang