[JUNGKOOK POV]
Hwang SinB, anak itu selalu menanyakan hal-hal yang random. Sejak awal berpacaran, kurasa ia sudah memulainya.
Hari ke-50 berpacaran, kami tengah menjalani piket membersihkan halaman sekolah kala SinB mulai kebiasaan itu.
"Jungkook-aa" Panggil SinB
"Apa?"
"Bagaimana jika seandainya aku lolos kuliah dan kau tidak?"
"Aku pasti lolos!" Aku meyakinkannya sambil melanjutkan kegiatan menyapu ku.
"Kau pasti tidak akan lolos kalau begini terus"
"Kau mendoakanku tidak lulus?" Balasku
"Aku hanya sendang berandai-andai, kira-kira seperti apa nasib hubungan kita kalau aku lolos dan kau mengulang." SinB tidak menyerah dengan perandaiannya
"Pertama, aku pasti lolos tidak mungkin gagal. Kalaupun harus mengulang aku akan bimbel di dekat kampusmu, lalu belajar di sampingmu sambil membawakan bekal." Jawabku membuat senyuman SinB terukir manis.
"Kau sesuka itu padaku?" Ia terdengar menggodaku membuatku salah tingkah jadi aku memilih tak menggubrisnya.
"Ya! Kenapa kau tidak menjawab?" Nada suaranya mulai meninggi
"Ya! Kenapa kau tidak membantuku menyapu?"
Tapi tetap saja SinB bertanya tak kenal waktu. Pernah kuingat ia bertanya di pagi hari via telepon saat kami sama-sama ada kuliah. Tentu saja akan selalu berujung ia menggodaku dengan kalimat "apakah kau sesuka itu padaku?" Serta tentu aku hanya bisa dian karena malu dan merasa memang aku tak perlu menjawabnya.
Aku bingung kenapa dia terus menanyakan hal semacam itu.
[SINB POV]
Aku selalu memikirkan segala kemungkinan, makanya aku selalu bertanya tentang segala kemungkinan itu pada Jeon Jungkook. Sekaligus berharap ia mengucapkan kalimat yang ingin aku dengar darinya.
Kira-kira tahun ke-4 kami berpacaran, kami tengah membaca buku di taman kampus. Posisinya aku berbaring diatas rumput sembari bertumpu di kaki Jungkook yang duduk meleseh. Aku kembali ingin berandai-andai mengujinya.
"Jung-aa, sendainya~"
"Sendainya apa lagi kali ini?" Aku tahu sekali ia akan kesal jika aku melakukan kebiasaan ini jadi aku bangkit dari baringan untuk menatap matanya menunjukkan bahwa aku serius bertanya.
"Seandainya aku ikut pertukaran pelajar di luar negeri, bagaimana?"
"Jangan bilang kau mendaftar untuk itu?" Dia bodoh atau apa sih? Padahal sudah kubilang sendainya.
"Kan cuma seandainya..."
"Itu akan buruk, teman sekelasku putus dengan pacarnya karena ikut pertukaran pelajar."
"Kalau aku diterima di tempat kerja yang jauh, bagaimana?"
"Aku tinggal ikut kau cari pekerjaan disana. Bahkan aku tidak perlu mencari pekerjaan dan ikut saja denganmu." Gotcha! Ia selalu memberiku jawaban yang mengesankan yang membuatku yakin ia amat menyukaiku.
"Kenapa kau selalu ingin berada didekatku? Kau tidak bosan? Kau menyukaiku sebesar itu yah?"
Namun meskipun kupancing, ia tidak pernah mengucapkan kalimat yang paling penting itu.
Kesal tidak dijawab, aku berdiri sambil melemparkan buku ke kepalanya.
Ujung-ujungnya adalah pertengkaran ketika aku bertanya tentang hal itu, sampai akhirnya aku bertanya untuk kali terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REMAKE] Our Beloved Summer
RomanceMusim panas pada tahun terakhir Jungkook dan SinB di SMA tak akan pernah terlupakan sejak mereka harus membintangi film dokumenter sekolah berduaan. *Dibuat ulang berdasarkan Drama dan Webtoon Korea dengan Judul yang sama* #Sinkook version