YD VII

12.1K 1.5K 71
                                    

Atas permintaan clara kemarin, disinilah jake berada, duduk di teras rumah ber-cat putih dengan seorang lelaki yang sedang memijat pelipisnya.

"Jadi.. Maksudnya lo ngehamili anak orang gitu? Clara? Yang diceritain minhee itu kan?--arrghh gue gak percaya!"heboh sendiri, jay mengusap rambutnya frustasi.

"Makanya ikut gue"penuh harap jake menatap temannya agar bersedia membantu, sekaligus membuktikan bahwa dirinya tidak mengada-ngada.

"Gila jake. Sumpah lo gila sampe bisa bablas"ujar jay tak habis pikir.
"Tambah gila lagi karena tu cewek ngidamnya pipi gue, mana gue gak kenal sama dia, yakin pengen nyium gue? Salah orang kali"

Tidak, jake yakin orang yang dimaksud clara adalah jay, karena waktu jake menunjukkan foto keempat temannya, telunjuk gadis itu terarah pada foto jay.

Belum sempat jake menjawab, jay kembali bersuara.
"Kenapa harus gue?"lelaki berahang tegas itu menunjuk dirinya membuat lawan bicara menggeleng.

"Anak gue maunya lo"begitulah jawaban jake. Jujur sebenarnya dia tidak rela, selama ini clara hanya meminta pelukan darinya, tidak sejauh ini, ditambah lagi gadis itu menginginkan temannya bukan dirinya.

Setelah menimang cukup lama, akhirnya jay bersedia menemui clara, memberikan pipinya untuk memenuhi keinginan gadis itu.

"Clara?"jake memanggil clara yang sedang berkutat di dapur, mendengar namanya dipanggil gadis itu membalikkan tubuhnya, tanpa merasa malu clara mendekati jake dengan sumringah, ntah mengapa rasanya ia senang melihat wajah targetnya berdiri di samping lelaki itu.

Sedangkan jay sudah gugup bukan main. Bukan karena clara akan mencium pipinya, tidak sama sekali. Bahkan bagi dirinya itu merupakan hal sepele karena perbuatan lebih dari itu sudah biasa ia lakukan. Tetapi kali ini berbeda, ntah bagaimana mengungkapkannya yang pasti dia merasa gugup dan canggung.

"Duduk dulu"ujar clara membuat 2 lelaki itu mengikuti instruksinya.

"Jake udah bilang?"tanya clara yang diangguki kikuk oleh jay.
"Boleh?"tanyanya lagi membuat lawan bicara kembali mengangguk.

"Jake.."panggil clara menatap lelaki yang sedari tadi memperhatikan dirinya dan jay.

"Sekali aja"

Clara menggeleng "Kanan kiri"ujarnya kukuh membuat jake menghela nafas lalu memaksakan senyum. Jangan tanya sebahagia apa wajah clara sekarang, setelah mendapat lampu hijau dia kembali beralih pada lelaki disampingnya.

Dua kali suara kecupan itu memenuhi ruangan yang sunyi. Jake sudah panas dingin mendengar suara itu, jujur ia tak suka. Sedangkan jay sudah mematung ditempat. Yang membuat jake tambah frustasi, perkataan clara selanjutnya

"Bibir lo bagus"ntah iblis mana yang merasuki gadis itu sampai-sampai dirinya berani mengeluarkan kalimat yang tidak sopan didengar oleh telinga. Sepertinya clara juga tidak sadar jika mulutnya mengucapkan kalimat itu.

Jay tersenyum jahil ketika jake menatapnya tajam.
"Kenapa? Lo mau nyoba?"tanya lelaki itu membuat clara menatap kearah jake.

"Ra.. Jangan ya?"yang ditatap memelas, rasanya menyesal ia membawa jay kehadapan clara yang sedang dalam hormon ibu hamil.

"Gapapa kali.. Kasian anak-"

"Makasii"

Belum sempat jay menyelesaikan kalimatnya, clara sudah lebih dulu menyambar bibir lelaki itu lalu berlari dari sana. Sang empu? Jangan tanya, tubuhnya membeku dengan tangan kanan menyentuh bibirnya.

"Bangsat"umpat jake dengan wajah garang.

"S-sumpah jake gue awalnya main-main, gak nyangka dia seagresif itu"jay panik, gerak-gerik jake seperti sudah siap ingin memukulnya.

"Udah tau dia lagi hormon hamil, kenapa lo pancing?"lelaki berbibir tebal itu menggeram.

"Y-ya mana gue tau, gue kan gak pernah hamil"setelah mengatakan kalimat itu, wajah jay dihantam bantal sofa 2 kali membuat lelaki itu meringis pasrah.

"Setan lo. Gue curiga ini hormon bapak hamil"sebelum sang empu tambah marah, jay lebih dulu berlari keluar dari sana diiringi tawa menggelegar.

"Padahal bibir gue lebih bagus dari dia"


















Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang