YD XVI

9.7K 1.3K 117
                                    

"Mbak Jen, aku pergi dulu yaa"Clara mengikat tali sepatunya seraya berpamitan dengan Jennie.

Wanita itu mengangguk "Sore langsung pulang, jangan kemana-mana lagi"peringatnya dibalas anggukan serta senyuman oleh Clara.

Aneshi Clara, kini hidup gadis itu sudah berjalan seperti dulu. Sangat dulu sebelum dirinya bertemu dengan lelaki itu. Yang membedakan hanya... sekarang ada yang selalu menghantui pikirannya.

Clara tidak lagi bersekolah atau melanjutkan pendidikannya, ia lebih memilih bekerja agar dirinya bisa tetap hidup. Sebenarnya Jennie——wanita itu melarangnya bekerja dan menyuruhnya untuk kembali bersekolah, namun Clara menolak, menurutnya tidak ada gunanya lagi ia bersekolah, toh hidupnya juga sudah hancur.

Untuk keputusan yang diambilnya waktu itu, Clara tidak benar-benar mantap, sebenarnya dia ragu dan sekarang menyesal.

"Aduh"

Sibuk dengan pikirannya, Clara tak sadar kakinya tersandung mengakibatkan tubuhnya jatuh tersungkur.

"Eh jangan tiduran disitu mba.."seseorang membantunya, menarik kedua lengannya agar kembali berdiri.

"Mba gapapa?"tanya orang itu diangguki oleh Clara.

"Makasi ya mas.."ucap gadis itu sopan ingin pergi dari sana namun pergerakannya ditahan.

"Tunggu. Mba.. yang waktu itu kan?"tanya orang itu membuat Clara mengernyit.

"Mas kenal saya?"tanyanya diangguki antusias oleh si empu.

"Saya yang waktu itu ngejer tuyul-maksud saya ngejer anak kecil——inget gak?"Clara tampak berpikir, tapi kejadian itu sama sekali tidak berputar di otaknya.

"Ahh itu udah lama sih, sekitar 4 bulan lalu kalau gak salah"perkataan itu membuat netra Clara membulat menatap orang di hadapannya seakan bertanya 'empat bulan lalu? tapi mas masih ingat saya?!'.

"Masnya punya kelebihan?"tanya Clara hati-hati.

"Ha?"

"Enggak, itu kejadian udah lama kok masih inget"

"Ahh itu karena-"perkataan itu tergantung membuat Clara menaikkan kedua alisnya menunggu kelanjutan, sedangkan yang ditunggu tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya.

"K-karena pertama kali liat mba, saya punya interest"

.

.

.

Jake memasuki apartemennya dengan langkah gontai. Tadi siang, karena perdebatannya dengan Vanessa, alhasil Renata marah besar padanya dan menyuruhnya meminta maaf pada gadis itu. Lagi-lagi, Jake merasa harga dirinya sudah tidak ada jika berurusan dengan Vanessa, gadis licik itu selalu menang pada akhirnya.

Baru ingin memejamkan matanya, tapi sesuatu melintas di pikiran Jake "Joana!"pekiknya langsung berlari keluar pintu.

Ting tong

Ditekannya bel yang berada di sebelah pintu unit Oca, tak berselang lama keluarlah seorang pria jangkung dari dalam sana.

"Cari siapa?"tanya pria itu.

"Emm mba Oca-nya ada?"

"Kamu yang namanya Jake?"pria itu balik bertanya.

"I-iya"

"Oalah ini toh ayahnya si cantik——sebentar ya, saya panggilin dulu si Oca——atau kamu mau ikut masuk? Ayo"ajakan itu membuat Jake menggeleng, ia tak enak.

"Saya di sini aja mas"ucap Jake sopan.

"Kalau gitu sebentar yaa"

Sekitar 5 menit Jake menunggu, pria itu kembali datang bersama Oca.

"Mas Jake mau ambil Joana?"

"Iya mba"

"Joana-nya baru aja bobo, bentar saya ambil dulu"Oca kembali masuk ke dalam meninggalkan Jake dengan suaminya.

"Kamu gak mau tau nama saya?"

"Ha? O-oh——mas namanya siapa?"tanya Jake kikuk, tiba-tiba dirinya merasa canggung.

Pria itu tertawa "Panggil aja Javrio"ucapnya.

"Ahh mas Javrio.."Jake mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Jake, saya tau jadi kamu berat, tapi jangan pernah ngeluh karena kamu dikasi harta seindah Joana"tiba-tiba Javrio menyeletuk membuat Jake menatap ke arah pria itu.

"Saya sama istri saya udah 1 tahun menikah dan pengen punya anak, tapi Tuhan belum ngasi. Saya anggap itu yang terbaik dari Tuhan, karena mungkin kalau saya punya anak sekarang, saya gak punya waktu untuk dia karena selalu sibuk"

"Apapun yang kamu alami sekarang, inget kalau itu semua udah diatur sama yang di atas, dan semua yang udah diatur sama Tuhan, itu yang terbaik——selalu yang terbaik"akhir kalimat Javrio bersamaan dengan Oca yang datang menggendong Joana.

"Joana baik budi, gak rewel"bisik Oca mengalihkan gendongannya pada Jake.

Lelaki itu tersenyum "Makasi ya mba udah jagain Joana"kini dirinya beralih pada Javrio "Makasi mas Jav udah ngizinin Joana di sini"sambungnya sedikit membungkuk.

"Santai aja mas Jake, setiap hari Joana di sini pun saya gak masalah"ucap Oca diangguki setuju suaminya.

"Saya seneng ada Joana, tadi pulang kerja gak ngerasa capek sama sekali karena ada si cantik"pria jangkung itu terkekeh memperlihatkan kedua lesung pipinya.

Jake sedikit bernafas lega, beruntunglah dia memiliki tetangga yang sangat baik.

"Makasi sekali lagi mas, mba.. Kalau gitu saya pamit yaa"Jake membungkuk lalu berbalik, tapi sebelum itu

"Besok kalau mas Jake mau sekolah, titipin aja Joana-nya ke saya ya? Jangan sungkan"










































"Besok kalau mas Jake mau sekolah, titipin aja Joana-nya ke saya ya? Jangan sungkan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javrio



Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang