3

14 3 0
                                    

Beberapa hari ini Lita mengerjai Nana semakin menjadi-jadi. Sampai-sampai kedua temannya menegur Lita untuk jangan berlebihan.

Tapi seakan-akan Lita sedang dirasuki, dia tidak mendengar peringatan temannya. Bahkan Lita membentak atau menyakiti siapapun yang menghalangi niat jahatnya.

"Apa benar di bilik itu Nana? Aku nggak mau kalau aku salah sasaran seperti waktu itu." Lita bertanya dengan suara pelan kepada 2 temannya yang sedang bersusah payah membawa ember berisikan air kotor bekas pel-an.

"Iya itu benar. Tadi kata salah satu murid laki-laki dia melihat Nana memasuki bilik itu." Kedua temannya menaruh ember di dekat Lita. "Hahh.. capek sekali." Jawab salah satu temannya dengan berbisik dan langsung menyenderkan tubuhnya di wastafel.

Setelah mendapat informasi yang meyakinkan, Lita langsung menaiki kursi dan mengangkat ember tadi yang dibawa kedua temannya.

*Byuurr

Suara siraman terdengar sangat jelas di dalam kamar mandi laki-laki. Terlihat Lita dengan susah payah menyiram air itu lewat atas pintu bilik.

"Ahh siapa itu?!" Teriak suara dari dalam bilik yang Lita yakini itu suara Nana.

Setelah itu mereka langsung berlari keluar dari sana dan Lita tertawa dengan puas sampai-sampai air mata keluar dari tempatnya.

Tetapi berbeda dengan 2 temannya. Mereka sedang memperhatikan kamar mandi itu dengan pandangan yang rancu. Mereka bingung. Sebenarnya mereka tidak mau mengikuti perlakuan seperti ini karena sudah melewati batas wajar, tapi mereka diancam Lita.

"Kalian mau semua perbuatan tidak terpuji yang dulu-dulu kalian lakukan aku sebar ke penjuru sekolah dan sampai orangtua kalian mengetahui ini?" Respon Lita ketika mereka menolak idenya itu. Lita tersenyum licik yang membuat keduanya geram, tetapi tidak bisa melakukan apapun.

Setelah puas menertawakan hal yang menurutnya lucu, Lita mengajak kedua temannya untuk pergi dari sana. "Ayo, jangan sampai Nana tahu kalau perbuatan tadi adalah ulah kita."

Dua temannya mengangguk dan melirik sedikit ke arah kamar mandi. "Maafkan kami." Kedua temannya berbicara pelan ntah permintaan maaf itu untuk siapa. Karena kalau untuk Nana, itu tidak mungkin sampai terdengar ke telinga Nana kan?

Setelah kepergian ketiga anak perempuan itu, seseorang keluar dari bilik kamar mandi. Dia tersenyum.

"Sebenarnya aku mau mengikuti jalan ceritamu. Tapi aku ingat seragamku berkurang satu karena ulahmu, jadi aku harus menjaga baik-baik seragamku yang ini kan?"

Mereka benar, itu adalah Nana. Nana ada di bilik kamar mandi. Tapi sayangnya bukan bilik yang baru saja Lita siram air pel-an itu. Nana keluar dari bilik di sebelahnya, dan penampilan Nana sama sekali tidak basah seperti yang Lita bayangkan.

"Ada apa dengan anak itu? Aku merasa belakangan ini dia makin parah mengerjaiku. Padahal aku sama sekali nggak mencari masalah dengannya." Nana mencuci tangannya di wastafel sambil bertanya-tanya sendiri.

Tanpa disadari ada seseorang yang memperhatikan semua kejadian itu disuatu tempat.

Orang itu bukan hanya saksi mata dikejadian ini saja, tapi semua kejadian tidak baik yang menimpa Nana dia ada di sana.

Tapi sepertinya dia tidak ada niatan untuk membantu. Atau,

dia membantunya dengan cara yang tidak biasa?



#####


Jam sudah menunjukkan waktu siang. Dan para penghuni sekolah sudah pulang ke rumah masing-masing kecuali yang mempunyai jadwal ekskul, termasuk Lita.

Who Am ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang