4

11 1 0
                                    

"Berhentilah menangis! Lama-lama aku muak denganmu kalau kau seperti ini terus!!" Seorang wanita muda tapi banyak kerutan di wajahnya itu terlihat sedang marah dan frustasi.

Dia lelah karena anaknya sama sekali tidak berhenti menangis selama berjam-jam.

"Yang satu terus-terusan menangis, yang satunya lagi belum pulang sampai sekarang. Cih! Aku punya anak tapi sama sekali tidak berguna sama seperti ayahnya!"

Karena wanita itu berteriak-teriak dan marah-marah, membuat sang bayi semakin menangis.

Karena sang ibu sangat kesal, dia mengambil asbak dan dengan membabi-buta memukuli anaknya. Darah si bayi muncrat kemana-mana tapi tidak membuat sang ibu sadar akan apa yang sedang dia lakukan.

"DIAM DIAM DIAM DIAM DIAM DIAM DI--"

"Hei bayi itu udah nggak nangis lagi, mau sampai kapan kau menyuruhnya diam?"

Wanita itu berhenti dari aktivitasnya dan menengok ke sumber suara.

"Huh? Kau siapa? Kenapa kau bisa masuk ke rumahku?" Wanita itu bertanya dengan nada datar.

"Tante nggak perlu tahu. Tapi yang perlu tante tahu, aku kesini untuk bersenang-senang." Orang itu tersenyum manis dan masuk ke kamar lalu menutup pintunya.

"Bersenang-senang? Aku nggak mengenalmu bocah, pergilah. Aku sedang dalam suasana hati yang tidak baik." Setelah berujar demikian, wanita itu melihat anaknya dan menyadari dia baru saja membunuhnya.

Tapi tidak terlihat sama sekali raut sedih atau terkejut. Buktinya, dia langsung mengambil sebatang rokok di saku celananya dan membakarnya. Abu dari rokoknya dia buang ke asbak yang baru saja dibuat untuk membunuh anaknya.

Orang asing itu yang melihat pemandangan di depannya, tersenyum dengan sangat lebar. Lalu dia membuka kupluk jaket dan masker yang menutupi wajah dan kepalanya.

Wanita itu menoleh. "Wah, seorang gadis? Apa aku bisa membunuh gadis cantik sepertimu?" Awalnya dia tidak menyadari orang itu adalah seorang gadis. Karena pakaiannya sangat tertutup.

Memakai sarung tangan, masker, kacamata, topi, jaket dan kupluknya. Dan semuanya serba berwarna hitam. Tapi ketika anak itu membuka kupluknya, tidak ada yang akan menyangka kalau dibalik pakaian suram itu adalah seorang gadis kecil yang cantik.

Anak perempuan itu sedang berjalan menelusuri kamar itu sambil lihat-lihat. "Membunuhku? Apa motifmu membunuhku? Padahal kita nggak saling kenal." Anak itu mengambil stik golf di tempatnya dan mengayunkannya.

"Tentu saja karena kau adalah saksi mata atas apa yang baru saja terjadi." Wanita itu masih merokok dan pandangannya mengarah ke anaknya.

"Padahal aku berniat mengarang cerita kalau anakku nggak sengaja jatuh dari lantai ini. Jadi jika kasusnya seperti itu, hukumanku nggak terlalu berat." Wanita itu sedikit tersenyum ketika membayangkan semua rencana yang baru saja dia rancang. 'Aku benar-benar jenius!' Pikirnya.

"Hmm begitu ya. Rencanamu cukup bagus. Tapi ada satu hal yang membuat rencanamu jadi berantakan. Mau tahu apa itu?" Suara itu semakin mendekat.

'Berantakan? Ada yang seperti itu? Tunggu dulu. Kalau anak itu memberitahuku apa yang membuat rencananya berantakan, mungkin saja aku nggak perlu masuk ke penjara.' Setelah berpikir demikian, dia memutuskan untuk bertanya kepada anak misterius itu.

Ketika dia berbalik badan untuk bertanya, yang dia lihat adalah sebuah benda melayang dengan cepat tepat ke arahnya. Ya, ke arahnya.

*BUKK

"Yang membuat rencana bodohmu jadi berantakan adalah karena kehadiranku."






#####



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Am ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang