Happy Reading!
***
Zea Arandra Alfiya. Hari ini, hari terburuk di kehidupan Zea. Dunianya kembali berhenti, jalannya kembali gelap tak menemukan terang sedikitpun. Kenapa tuhan? Kenapa tuhan menuliskan takdir sepahit ini? Sekuat apa bahu Zea sampai tuhan menakdirkan nya seperti ini?
Setelah kepergian ibu, nenek dan sekarang Zea harus kehilangan kakeknya? Ingin sekali Zea menertawakan nasibnya sendiri. Kenapa takdir seperti memainkan dirinya?
Tubuhnya rapuh memeluk erat raga tak bernyawa sambil terisak hebat. Tak ingin melepas pelukannya untuk terakhir kali. Semua orang membiarkan Zea dalam posisi itu.
"Siapa y-yang b-bakal jagain Fia sekarang? Siapa yang...hiks....lindungin Fia lagi? Harusnya kakek ajak Fia juga...hiks...Fia sendiri sekarang...hiks" lirihnya begitu lemah.
Tangannya terulur mengusap wajah yang tertidur begitu lelapnya. Matanya tertutup rapat seakan begitu tenang.
Di ambang pintu, seseorang mematung melihat siapa yang terbaring tenang di peluk seorang gadis yang menangis tersedu-sedu. Air matanya turun membasahi pipi. Kakinya tak sanggup melangkah mendekati jenazah ayahnya itu.
Regil Arnanda Ibrahim. Putra bungsu dari pasangan tuan Arandra Dan nyonya Sania.
"Yang ikhlas, yang kuat, ini udah takdir. Sekarang tugas kamu jagain Zea." Ujar seseorang menepuk bahu Regil menguatkan lelaki itu.
Tanpa mendengarkan perkataan orang itu, Regil berjalan mendekati Zea yang masih setia memeluk tubuh kaku itu. Perlahan tangannya mengusap punggung Zea dan ikut menangis.
Zea mengangkat kepalanya melihat siapa yang mengusap punggungnya. Kala mata menangkap Regil, Zea beralih memeluk lelaki itu dengan kuat. Tangisnya semakin pecah. Tangannya mengeratkan pelukan pada tubuh Regil.
"Kakek n-ninggalin kita....hiks....g-gue mau i-ikut kakek ei....hiks...."
Regil membalas pelukan tubuh kecil itu. Tak sanggup berkata-kata. Keponakan kecilnya kini benar-benar hidup sendiri.
***
Setelah jenazah kakeknya benar-benar terkubur di bawah tanah. Kini Zea beralih memeluk nisan bertuliskan nama kakeknya itu.
"Siapa yang ngelakuin ini?!" Regil membuka suaranya.
Zea tak menjawab. Dirinya masih sibuk mengusap nisan orang tersayangnya. Hanya terisa Zea dan Regil di kuburan. Zea enggan pergi. Dirinya masih ingin memeluk kakeknya, meski sekarang hanya bisa memeluk nisan nya saja.
Disamping Zea, Regil mengacak Rambutnya frustasi. Setelah tau ayahnya mati di bunuh Regil susah mengendalikan dirinya.
"Argh!! Ze lo bener-bener gak tau siapa yang ngelakuin semua ini ke ayah?!" Tegas Regil menarik bahu Zea dengan kasar agar menatapnya.
Bukannya menjawab, Zea malah menunduk takut. Tubuhnya kembali bergetar, isakan tangisnya kembali terdengar setelah reda beberapa saat.
Zea takut. Zea belum siap membuka suara sedikitpun. Bayangan itu masih menghantui dirinya. Zea menyalahkan dirinya sendiri sedari kemarin. Kenapa dirinya hanya mematung kala kejadian itu terjadi di depan matanya sendiri.
Akibatnya, Zea kehilangan cinta pertamanya. Zea kehilangan separuh hidupnya.
"Jawab Ze!!!" Sarkas Regil.
"G-gue....hiks...g-gue..." ucap Zea terbata-bata.
"Gue apa?! Lo liat? Lo tau siapa orang itu?!" Ujar Regil terus menekan Zea agar bersuara.
"G-gue...takut...hiks...jangan bentak gue...hiks...gue takut ei"
Zea memeluk tubuh Regil dengan erat, tubuhnya bergetar hebat. Ketakutannya terus menghantui. Regil menghembuskan nafasnya mencoba tenang. Zea tidak akan bicara secepat ini.
Regil membawa Zea meninggalkan kuburan. Di dalam mobil Zea sudah kembali tenang. Dia menatap ke arah jendela dengan tatapan yang kosong. Air matanya terus mengalir membasahi pipi tembem miliknya.
Tak ada percakapan sedikitpun selama di perjalanan. Regil yang sibuk menyetir mobil dan bertengkar dengan isi kepalanya. Dan Zea yang sibuk menangis atas kepergian cinta pertamanya.
Setelah memarkirkan mobil dengan sempurna di halaman depan rumah. Regil turun berjalan memutari mobil membuka pintu untuk Zea. Dia mengangkat tubuh kecil dan lemah itu dalam gendongannya.
Regil duduk di tepi ranjang setelah menidurkan Zea. Matanya menatap Zea yang benar-benar memprihatinkan. Regil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Zea. Teman bermainnya waktu kecil, teman bertengkarnya waktu kecil ini hidup nya benar-benar hancur.
Mulai sekarang Regil harus menjaga Zea. Keponakan kecilnya yang hanya berbeda 3 tahun dengan Regil.
Sedari bayi hidup Zea sudah memprihatinkan. Di tinggalkan ayahnya di usia 3 bulan karena perceraian. Berlanjut meninggalnya ibu Zea di usia 6 tahun. Zea harus hidup dalam asuhan nenek dan kakeknya. Dan 4 tahun yang lalu, ibunya Regil atau neneknya Zea juga meninggalkan mereka. Satu harapan hidup Zea, yaitu kakeknya. Zea hidup dalam kasih sayang kakeknya yang luar biasa. Tapi tak lama, waktu Zea bersama kakeknya hanya 17 tahun. Kakek Zea meninggal dengan cara terbunuh.
Hanya tersisa satu keluarga Zea, yaitu Regil. Mungkin Regil akan menjadi satu-satunya orang yang Zea andalkan sekarang.
"Jangan pernah ngerasa sendiri Ze, gue bakal jagain lo sesuai amanah ayah. Jangan khawatir." Ucap Regil mengecup kening Zea.
"Satu lagi. Gue harus cari tau siapa dalang di balik semua ini." Lanjutnya tersenyum miris.
Regil merebahkan dirinya di samping Zea, tubuhnya terasa sangat berat setalah melalui hari yang berat ini. Perlahan matanya terpejam dan hembusan nafas yang tenang.
Biarkan saja, biarkan Regil dalam posisi ini sehari saja. Regil memeluk tubuh Zea dari samping. Jangan heran kenapa Regil tak canggung tidur di samping Zea, karena memang Regil sering tidur satu ranjang bersama Zea dari kecil. Selain Regil itu pamannya Zea, Regil juga saudara sepersusuan Zea.
Bandung, 20 maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Smile
Novela Juvenil"Gak ada cinta-cintaan, semuanya hanya omong kosong! Pergi jauh dari gue, atau kalau engga lo bakal kena akibatnya!" -Zea Arandra Alfiya- "Biarin gue perjuangin lo kak. Sekalipun itu bahaya buat nyawa gue!" -Davin Angkaskara-