🔴13🔴

25 20 20
                                    

-ˋˏ✄┈13┈

***



Dua hari setelah konsultasi pada bu Nisa, kini Ikam giat pergi ke ruang OSIS yang mana berada di lantai dua gedung kelas XI. Pemuda itu sibuk dua harian ini mengurus persiapannya mengumpulkan data masalah sekolah yang belum terpenuhi selama periode OSIS angkatan sebelumnya. Tujuannya untuk membentuk visi-misi yang kuat.

Kini Ikam sedang membaca beberapa artikel yang diberikan salah satu anggota eskul mading. Tentang beberapa kasus yang menjadi berita hot─yang marak terjadi di lingkungan sekolah biasanya. Seperti halnya masih banyak murid yang sering merokok di sekolah walau ada larangannya, tapi tidak jera juga dengan hukuman yang tidak ada apa-apanya. Hukumannya lebih banyak ke peringatan dan pemanggilan orang tua, hal itu mungkin sudah biasa bagi murid yang ugal-ugalan, jadi mereka akan terus berpikir jika hukumannya hanya pemanggilan orang tua. Sehingga mereka tak acuh dengan hal tersebut.

Sekarang, yang ada di pikiran Ikam adalah melakukan pembersihan. Menurutnya, jika hukumannya adalah membuat pelaku mengeluarkan banyak tenaga mungkin akan lebih cepat jera? Entahlah, tapi yang Ikam lihat akhir-akhir ini juga kebanyakan kelas dibersihkan oleh petugas kebersihan sekolah ketimbang siswa. Jadi sangat sinkron 'kan jika Ikam menerapkan sistem seperti ini?

"Kam, belum selesai?" Ikam bergumam menanggapi, masih terlihat asik membaca artikel di atas meja.

"Udah sepi, lo gak pulang?"

Ikam menoleh, benar saja ruangan sudah sepi. Dikarenakan bel pulang sudah berbunyi sedari tadi.

"Ah iya gue pulang. Btw ini boleh gue bawa pulang gak, Naf?" tanya Ikam pada gadis berambut bob itu.

"Iya boleh, tapi sehari aja ya. Gue juga pengen baca soalnya hehe," cengir gadis bernama Nafisa itu.

"Ya udah yok!" ajaknya pada Ikam untuk keluar, karena hari ini giliran Nafisa yang mengunci pintu sekretariat OSIS.

"Naf, pulang sama siapa?" tanya Ikam melangkah di sisi gadis itu.

"Gak tau, gue kayaknya nunggu angkot deh," jawab Nafisa sambil mengedikkan bahu.

"Pulang ama gue aja kalo gitu, gimana?" tawar Ikam membuat gadis itu mengangguk sambil tersenyum. "Eh tapi temenin makan dulu ya, ke kantin bentar hehe ..." lanjutnya yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Nafisa.

Keduanya akhirnya pergi ke kantin tengah, kantin yang masih berada di area kelas XI. Keduanya berjalan beriringan, sambil mengobrol dan sesekali melempar guyonan garing.

***



Sesampainya di kantin, Ikam dan Nafisa memilih duduk di warung mie ayam. Ikam memesan dua porsi, sekalian mentraktir Nafisa sebagai ucapan terima kasih karena gadis itu sudah bersedia menjadi pasangannya dalam pemilihan ketua OSIS tahun ini.

Pesanan datang, pedagang mie ayam itu basa basi sedikit, yang di akhiri dengan kalimat 'selamat menikmati'. Kemudian berlalu pergi, membiarkan Ikam dan Nafisa menyantap mie ayamnya.


"Kam, ternyata pedes banget ya," ungkap gadis itu sambil tertawa renyah.

Ikam terkekeh pelan, mendapati wajah gadis itu yang memerah karena kepedesan. "Makanya gue tadi kan udah bilang kalo ditambahin sambel bakal tambah pedes."

"Yee siapa tau kan gak sepedes ini. Duh ini mah kelewat dari level gue," sahut Nafisa sambil ber-huha kepedesan.

"Mau beli es? Gue pesenin boba." Tanpa menunggu jawaban gadis itu, Ikam lebih dul berdiri dan berjalan ke tempat penjual es boba yang tak jauh dari warung mie ayam.

Adella, Love You! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang