🔴23🔴

22 12 22
                                    

-ˋˏ✄┈23┈

***


Sesampainya di kelas, Ikam disambut oleh teman-temannya yang sudah berkumpul di sana. Tidak hanya IPA 2, Jay dan Joshua juga hadir di sana.

Terlihat semuanya sudah duduk lesehan menanti Ikam yang datang. Dengan es stik yang menolak untuk mencair di dalam box pendingin mini, dan beberapa roti isi yang ditaruh dalam kardus bekas air mineral.

"Kam, sini duduk!" ajak Jay yang paling dekat dengan pintu.

"Iya sini-sini!"

Ikam tersenyum seraya duduk di dekat Jay yang bersila. "Ini ada apa ya?" tanyanya membuat semuanya kasak-kusuk saling melempar pandang.

"Em Ikam ..." Mila yang biasanya blak-blakan berucap lirih.

Ikam mengernyit, menunggu Mila mengeluarkan kalimatnya.

"Lo jangan pernah bosen jadi ketua kelas kita ya!" seru Mila lantang, dengan mata mulai berkaca-kaca. Gadis gigi kelinci itu menggigit bibir dalamnya, mencoba menelan saliva untuk melanjutkan kalimatnya.

"Jangan bosen sama kita, terutama ... terutama gue Ikam. Gue paling toa di kelas, suka banget mancing kerusuhan yang pasti bikin lo pusing tujuh keliling," lanjutnya dengan raut sendu menatap Ikam.

Semuanya diam, tak terkecuali Ikam. Mendengarkan dengan seksama kalimat yang terlontar dari Mila, si gadis yang Ikam kenal sebagai pengagum Bollywood itu.

Ikam melempar tatapan teduh, membalas tatapan Mila yang masih berkaca-kaca.

"Kam, gue juga. Mungkin selama ini kita terlalu banyak saling ketus-ketusin, tapi percaya deh itu gue buat supaya kita gak canggung. Karena gue tipe orang yang gak bisa diem," ujar Rio mengambil atensi semuanya kini.

Beberapa mengangguk mendengar pemuda itu, kenyataannya memang begitu. Interaksi antara Ikam dan Rio terlihat seperti bukan berkawan, melainkan lawan. Setiap kali bertemu atau mengobrol, keduanya tidak pernah dengan bahasa yang halus. Banyak kesarkasan di dalamnya, yang jika orang yang tak mengenal keduanya maka akan mengira dua orang itu berseteru.

"Gue deh kayaknya, paling ganteng. Gue terlalu banyak bacot di antara yang cowok, Derrel gue akui bacotan tapi kayaknya gue lebih bacot. Setiap guru ada gue paling sering ditegur, gue paling sering gangguin Maya, gue sering pukul-pukul meja tanpa tau itu merdu apa gak, dan masih banyak lagi yang gue sangka bikin elo risih, Kam. Bikin lo pengen pindah kelas, tapi selama ini gue baru sadar. Lo hebat! Nerima segala kegabutan gue yang haqiqi ini tanpa niat merotes, bahkan saat gue ajak lo joget-joget waktu Mila nyanyi lo diem aja. Malah ikutan joget kayak yang lain. Gue salut sih, elo ketua kelas terbaik yang pernah gue temui!" ungkap Wawan panjang membuat yang lain tertegun.

Derrel dan Maya yang sempat kena sebut hanya mengangguk, membenarkan perkataan Wawan. Lagi-lagi Ikam hanya tersenyum simpul, namun di dalam sana, hatinya terharu mendengar ini. Ia tak pernah dianggap seberharga ini dalam hidupnya. Bahkan kedua orang tuanya tak peduli dengan dirinya, entah kapan mereka menjawab surat Ikam. Tak ada tanda-tanda surat balasan datang ke rumah budenya.

"Ikam ... di antara semuanya, gue mungkin temen yang paling nyebelin. Walau gue bukan bagian IPA 2, tapi kayaknya gue perlu juga ungkapin ini. Gue selalu aja ngajak lo debat walau unfaedah sekalipun, anehnya lo tetep aja ladenin gue di saat Jay udah baca istigfar nyabarin diri──"

"Tobat Jo, mulut lo kalo gak disaring mah buat Ikam kepancing," potong Jay membuat suasana yang sedih itu mendadak luntur.

"Gue belum selesai ngomong, nyet! Ngapa lo potong?!" sentak Joshua kesal. Mood sedihnya juga sirna bersamaan dengan kasak-kusuk IPA 2 yang membicarakan Joshua di depan mata.

"Gue di depan kalian loh! Masa gue digosipin gini?" protes Joshua sadar beberapa mata memandang ke arahnya.

"Mohon maaf nih ye, gue mau mewakili. Gue awalnya nyangka lo kalem loh, Jo. Gue salah sangka loh! Tampang lo kalem soalnya, mirip pangeran dari kayangan. Tapi setelah ini ... mon maap, pacar gue lebih ganteng!" sahut April menggeleng-geleng dengan sok keren.

"Iya sih valid no debat! Gue waktu pertama liat dia masuk kelas waktu itu, dia tipe murid yang agak irit ngomong sama gak suka ribut. Tapi kenyataannya berbanding terbalik ama yang terlihat," timpal Luna diangguki Rani di sampingnya.

Joshua yang mendengar itu seketika ingin terjun bebas. Wajahnya tertekuk masam, mengundang seisi kelas itu tertawa keras. 'Emang ya anak kelas Ikam, bukan cuma gosip ternyata. Bener-bener menguji kesabaran!'

"Udah-udah, liat tuh mukanya! Kayak diputusin pacar!" lerai Ikam membuat Joshua melengos. 'Ketua sama anggota sama aja ya, sama-sama setan!' umpat Joshua dalam hati, tak ingin cari masalah dengan mengeluarkan kalimatnya secara langsung.

Sementara Jay di samping pemuda itu tertawa terbahak, sembari bertos ria dengan Ikam dan Derrel yang juga tertawa.

"Boleh gue nyampein sesuatu?" Semua terdiam saat Adella bersuara. Bahkan suara tawa yang meledak tadi seolah tak pernah ada. Semua menunggu gadis itu melanjutkan.

"Ikam, tetap jadi kebanggaan kita ya. Jangan putus asa walau lo gak maju jadi ketua OSIS, lo harus tetap semangat dan pastinya bersyukur, karena lo masih punya tanggungan di kelas ini. Dan seperti kata Mila dan Wawan tadi, gue harap lo gak pernah bosan." Adella mengakhiri kalimatnya dengan senyum tipisnya.

"Dan yang paling penting, kita selalu ada buat lo!" serobot Tita saat Ikam membuka mulut. Membuat pemuda itu tertegun lagi, kembali hatinya kini merasa terharu.

Ikam tak semunafik itu untuk tidak menunjukkan bahwa ia respek pada kalimat-kalimat mereka. Ikam tersenyum, kemudian menundukkan kepalanya. Entah kenapa ada rasa kecewa yang mendadak menyerbu saat Adella mengatakan OSIS.

"Jangan bilang gitu. Gue gak akan pernah bosen sama kalian, gue nemuin rumah gue saat bersama kalian. Jadi, jangan pernah anggap gue bosen sama kalian, walau gue sempat pusing karena bingung ngatur kalian gimana, tapi keributan yang kalian buat gue kadang terhibur." Tanpa diduga, isakan pelan terdengar dari pemuda itu. Membuat teman-temannya itu segera berhambur memeluknya.

"Jangan nangis, Ikam ..." Suara Tita bergetar, dengan Mila di sampingnya yang sudah menangis lebih dulu.

"Woilah gue ikut mewek ini!" seru Joshua diangguki Wawan.

"Gak apa-apa deh, ayo mewek bersama!" ajak Derrel dengan nada enteng. Sementara Endra di sampingnya menatap pemuda itu datar, tapi melengos juga kembali memeluk kumpulan teman-temannya. Merasakan hal yang sama seperti Ikam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














A/b:

Terima kasih untuk para ketua kelas yang selalu sabar mengurus anggota kelasnya😼

Kalian hebat!😻👍

Adella, Love You! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang