Ryomen Sukuna baru saja sampai, dan disambut wajah merengut si bungsu yang entah sejak kapan bersidekap di depan pagar. Seragam sekolah sudah melekat di badannya, menandakan bocah satu itu sudah siap berangkat ke sekolah.
"Kemana 'sih? Aku hampir telat lho ini!" Yuuji sepertinya sudah siap untuk beradu mulut kapan saja. "Lo lihat nggak, ini gue lagi kenapa?" Yang kakak balas menyolot. Sontak Yuuji memperhatikan penampilan kakaknya—juga sepeda bututnya— yang terlihat sangat menyedihkan.
Sebelah alisnya menekuk, "Berantem sama siapa, bang?" Celetuknya. "Soang." Sukuna membalas singkat. "Lo juga, ngapain nunggu di depan? Kayak gak punya rumah aja." Yang lebih tua awalnya berniat untuk bertanya secara baik-baik. Namun, anggaplah karena kebiasaannya, setiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu terdengar seperti orang mencari ribut.
"Nunggu pacarku." Yuuji menjawab singkat namun wajahnya terlewat tengil, membuat Sukuna gatal ingin menghadiahi bogem kepada adik tercintanya ini. Namun, bogem itu ia urungakan dan diganti dengan pertanyaan yang sukses memantik api perkelahian di pagi itu. "Pacar mana? Yang gadis atau yang lanang?"
"Aku nggak homo, ya!" Yuuji meninggikan suaranya, berikut tangannya yang mencengkram kerah jaket si sulung. Belum sempat Sukuna menambah panas adiknya itu dengan kata-katanya, mendadak suara melengking seorang perempuan menginterupsi mereka berdua.
"Pagi-pagi sudah berantem aja." Perempuan bersurai coklat-jingga menatap lekat dua pemuda yang tengah berseteru itu. Pemuda lain yang datang bersama perempuan itu ikut menimpali; "Di pinggir jalan lagi, kalian nggak punya rumah?"
Yuuji maupun Sukuna mendadak terdiam mendengar kalimat terakhir dari si rambut hitam itu. Wajah Sukuna menekuk kesal, sementara Yuuji kini memerah menahan tawanya. Sungguh ia bersumpah, wajah kesal Sukuna benar-benar jauh lebih lucu daripada seluruh pelawak Srimulat yang setiap hari dilihatnya di layar televisi.
"Kayak pernah dengar 'tuh." Yuuji mulai memancing, namun Sukuna terlihat malas meladeninya. Kresek berisi nasi uduk ia serahkan dengan kasar sambil mendorong adiknya itu menjauh. "Bacot!" Sukuna masih memasang wajah kesalnya.
"Sana berangkat, pacar lo 'kan udah datang dua-duanya." Yang lebih tua melenggang masuk ke dalam dan menutup pintu pagar secara kasar.
Yang adik langsung panik ketika mendengar kakaknya itu mengunci pintu pagar. "Bang! Buka dulu! Tas aku masih di dalam!" Yuuji menggedor pagar sekuat yang ia bisa.
"Lo taroh dimana tasnya?" Sukuna berbicara tanpa membuka pagar. "Di kamar, bang." Yang adik menyahut.
Sukuna lantas berbalik dan masuk ke dalam rumah, mengabaikan teriakan adiknya yang sudah seperti orang kesurupan itu. Yuuji yang merasa diabaikan oleh Sukuna kini merengut kesal. "Apa sih, gitu doang ngambekan." Yang berambut merah jambu mengeluh.
"Udahlah, Ji. Mending kita buruan, nanti ketinggalan angkot gimana?" Satu-satunya perempuan di sana akhirnya bersuara. Ia bahkan sudah mencengkram pergelangan tangan Yuuji dan bersiap menyeretnya andai kata Yuuji tidak menahannya.
"Tapi tasnya gimana, Ra?" Yuuji memelas. "Halah, kayak belajar aja kamu di kelas. Gak bawa tas juga gak ngaruh kali!" Perempuan bernama Nobara itu terlihat jengah.
"Terus PR Fisika gimana?" Lagi-lagi Yuuji menghentikan Nobara dalam upaya menyeret dirinya. Gadis itu menghela nafas panjang, dari raut wajahnya ia sepertinya sudah lelah menghadapi remaja bermarga Itadori ini.
Entah angin dari mana, yang berambut hitam mendadak mendorong tubuh Yuuji sehingga remaja itu mau tidak mau akhirnya bisa terseret oleh Nobara. "Nyontek ajalah udah, duit lo banyak kan? Beli aja nanti buku kosongan di kantin." Si rambut hitam akhirnya berbicara panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala; Wanodya [Ryomen Sukuna x Reader]
FanfictionJujutsu Kaisen Lokal!AU [ Sukuna Ryomen x Reader ] •°¤•¤•¤°• Mengambil latar dimana sikap kritis bisa membawa raga lenyap seumpama hilangnya gerimis. Ryomen namanya. Mahasiswa dengan harga diri dan ego tertumpu pada almamater kusam yang sudah hampir...