"Hei kau tau, konon katanya si penyihir tinggal disini", "astaga kau sudah mengucapkan itu berkali-kali saat kita melewati rumah ini, aku sudah mendengarnya ribuan kali" sahutku kepada temanku yang selalu mengatakan kalau di-rumah itu ada seorang penyihir yang tinggal disana. "Oh ayolah Elena kau harus percaya padaku" kata temanku seperti berusaha meyakinkanku kalau di rumah itu benar adanya si penyihir, "aku malah jadi tambah tidak yakin kalau kau terus mengatakan itu, atau jangan-jangan kau penyihirnya?!" kataku dengan sambil menatap sinis pada temanku Sakila.
"Tentu saja bukan!!, kau sembarangan saja kalau ngomong" sahut Sakila padaku yang masih menatapnya sinis, "baik-baik aku bercanda, tapi mengapa kau selalu mengatakan hal konyol seperti itu?, penyihir itu hanya mitos kau tau", "oh Elena kau terlalu berpikir dewasa, sesekali percayalah pada temanmu ini".
"Ah sudahlah, kita harus berpisah di sini karna rumah kita berbeda arah" kataku sembari menutup pembicaraan dengannya. "Baik kalau kau tidak percaya aku akan tetap meyakinkanmu sampai kau mau menemaniku masuk kesana!" Kata Sakila sambil berteriak karena aku sudah mulai menjauh darinya.
Sambil terus berjalan aku memikirkan apa yang sedari tadi Sakila ucapkan, "huh penyihir ya, dasar Sakila pikirannya terlalu kekanak-kanakan", "kalaupun benar adanya pasti orang-orang disini menyebutnya Dukun bukan penyihir".
Saat sampai di-rumah aku langsung pergi ke-kamarku untuk mengganti baju dan rebahan di kasur milikku. Dan anehnya aku masih terus memikirkan apa yang Sakila ucapkan padaku "kenapa aku jadi makin penasaran ya dengan rumah itu, apa benar ada penyihir di dalam rumah itu?, dan mengapa dia tidak memanggilnya Dukun?" Banyak sekali pertanyaan yang muncul pada pikiran-ku, sampai aku tidak sadar kalau ponsel milikku berbunyi. Akupun langsung bangun dan melihat siapa yang menelfonku.
Ternyata itu salah satu teman sekelasku yang bernama Namita, akupun menjawab panggilan darinya
Namita:halo Elena maaf menelfonmu secara mendadak
Elena:tak apa lagi pula aku senggang, dan juga apa yang ingin kau katakan?
Namita:anu begini sepertinya aku tidak bisa ikut kerja kelompok besok di-rumahmu
Elena:memangnya ada apa?
Namita:tiba-tiba ibuku bilang kami harus pergi ke rumah nenekku karena beliau sakit
Elena:oh jadi begitu..
Namita:tapi tenang saja aku sudah menyelesaikan bagian tugas milikku kau ambil saja ada di kotak surat depan rumahku
Elena:ya oke baiklah aku akan mengambilnya besok
Namita: oke, maaf ya merepotkanmu
Elena:tak apa kok santai saja, lagian aku tidak ada urusan sama sekali
Namita:ah baiklah kalau begitu sampai jumpa ya
Elena:baiklah hati-hati dijalan
End callSetelah itu panggilan telefon berakhir, "ah besok aku harus ke rumah Namita untuk mengambil tugas kelompok bagiannya. Sedikit merepotkan karena rumahnya agak jauh dari rumahku", "huh kalau begitu besok pakai motor saja deh dan sekalian ajak Sakila supaya tidak sendiri" kataku sambil bergumam pada diri sendiri.
"Kalau begitu aku telfon saja dulu bocah itu supaya tidak dadakan". Akupun mencari nomor milik Sakila setelah menemukan kontaknya akupun langsung menelfonnya.
Sakila:oh halo Elena, ada apa?, apakah kau mau menemaniku sekarang ke-rumah itu?
Elena:bukan itu bodoh aku menelfonmu untuk menemaniku besok ke-rumah Namita untuk mengambil bagian tugas kelompok miliknya
Sakila:ah kupikir kau mau menemaniku, baiklah kalau begitu jam berapa?, dan kita jalan kaki kah?
Elena:tidak nanti aku akan menjemputmu naik motor jam 10 pagi
Sakila:owh naik motor baiklah kalau begitu
Elena:ya okelah ingat ya jam 10 jangan telat loh
Sakila:iya-iya bawel aku akan tepat waktu kok
Elena:baiklah kalau begitu, dah~
End callSetelah menelfon Sakila aku melihat di jam pada hpku, ternyata sudah jam 6 dan sekarang juga sudah adzan maghrib, akupun pergi ke kamar mandi untuk wudhu dan setelah itu aku melaksanakan sholat maghrib.
Skip pada saat pagi hari kemudian
Aku bersiap pergi ke-rumah Sakila, saat dijalan aku teringat kalau rumah Namita itu melewati rumah besar itu juga. Sesaat aku berpikir, apakah ada jalan lain tanpa harus melewati rumah itu?, tapi setelah dipikir-pikir tidak ada jalan lain untuk pergi ke-rumah Namita jadi aku pasrah saja. Saat sampai di-rumah Sakila aku melihat dia sudah menungguku di depan rumahnya "oh kau lumayan cepat ternyata biasanya masih siap-siap didalam" kataku dengan nada mengejek pada Sakila karena biasanya dia masih bersiap saat ini. "Ya ampun jahatnya kau, sudahlah daripada bahas itu mending kita cepet ke rumah Namita".
Sakila naik ke motor-ku dan aku memboncengnya, saat dijalan kami melewati rumah tua besar itu, dan lagi-lagi Sakila mengatakan hal serupa saat melewati rumah itu "konon katanya si penyihir tinggal disini".
Aku hanya diam karena sudah terbiasa dengan kata-kata Sakila, walaupun sebenarnya aku penasaran apa yang ada dalam rumah itu sampai membuat Sakila selalu mengatakan itu.
Kami sampai di depan rumah Namita, akupun segera membuka kotak surat yang ada disitu dan mengambil tugas miliknya. "Tugasnya sudah kuambil ayo kita pulang" kataku pada Sakila, ia hanya mengangguk lalu kamipun pergi menuju rumah Sakila, tapi tiba-tiba diperjalanan tepatnya di-depan rumah tua itu motorku berhenti, "loh ada apa ini, kenapa motornya berhenti?!" Tanyaku pada diriku sendiri, "ada apa Elena?"tanya Sakila yang berada di bangku belakang. "Entahlah tiba-tiba motor milikku mati padahal aku sudah mengeceknya dan bannya juga tidak kempis ataupun bocor.
Ditengah perbincangan itu tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya membuatku dan Sakila kaget. "Apa kenapa mendadak hujan begini?!" Tanyaku yang kaget saat hujan deras tiba-tiba turun, "sepertinya kita harus berteduh dulu di-depan rumah tua itu" kata Sakila menyarankan untuk berteduh disana. Karena tak ada pilihan lain akupun menuruti perkatannya, "hei Elena coba kau telfon orang tuamu atau mungkin kakakmu untuk menjemput kita" usul Sakila, "ya kau ada benarnya juga" akupun mengambil ponselku yang berada pada tasku, tapi alangkah terkejutnya aku karena ditempat itu tidak ada sinyal sama sekali.
"Huh bagaimana ini, mengapa disini tak ada sinyal?!" Kataku bingung sekaligus panik, Sakila coba menenangkanku. Tetapi tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil namaku dan Sakila, suaranya samar tetapi membuatku dan Sakila tertarik untuk mencari suara itu. Dan ternyata suara itu berasal dari dalam rumah tua besar tersebut, aku berpikir sebentar, lalu berkata "aku ingin mencari tau kebenarannya". Dan kami berdua masuk, tiba-tiba....
TBC
Don't forget to Vote this story, and i hope you enjoy itPerkenalan tokoh pada chapter ini
Nama:Elena Misyakami
Umur:15 tahun
Kelas:9 SMP
Agama:Islam
Sifat:Sangat percaya diri, bersemangat, suka membantu, dan baik hati.Nama:Sakila Emilasya
Umur:15 tahun
Kelas:9 SMP
Agama:Kristen
Sifat:Sedikit kekanak-kanakan, percaya diri, suka hal berbau mistis.
Teman dekat ElenaNama:Namita Ramiya
Umur:15 tahun
Kelas:9 SMP
Agama:Islam
Sifat:Baik hati, suka menolong, dan suka belajar.
Teman sekelas Elena dan SakilaSekian Terima Kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
"Konon katanya si penyihir tinggal disini"
Horror"Konon katanya si penyihir tinggal disini" itu adalah kata yang sering diucapkan temanku saat kami melewati sebuah rumah besar yang tidak ada penghuninya. Aku bingung apakah benar adanya si penyihir itu?, dan mengapa temanku selalu mengatakan hal it...