prolog

7 1 0
                                    

BÛĐÁŸÂKÁŃ VÒŤÈ ÂŃĎ KÓMÊŃ ŚÉŤÉĽÁH MÊMBÃĆÃ









































"Bisa diem nggak sih!" Kesal seorang gadis kepada wanita paruh baya yang sedari tadi menasehatinya.

"Gue bisa nentuin hidup gw sendiri, jadi lu nggak usah ikut campur" Lanjutnya dengan menekan kalimat di akhir, seakan menegaskan bahwa apapun yang terjadi dia tidak akan pernah mengubah rencananya.

"Tapi ini demi kebaikan kamu sayang" Lirih wanita tersebut sambil menatap anaknya sendu, dulu anaknya tidak seperti ini, dulu anaknya orang yang begitu lembut, namun mengapa anaknya menjadi seperti ini.

"KEBAIKAN APA HAH, DARI DULU IBU SELALU BILANG BEGITU, HIDUP KITA BERUBAH NGGAK, NGGAK KAN! " Teriak gadis tersebut dengan muka yang memerah padam, menandakan betapa emosinya dia.

Dia tidak peduli, dengan siapa yang dia teriaki, yang dia inginkan hidupnya berubah, apakah dia salah, nggak kan!.

"Emang lu bisa menuhin semua kebutuhan gue hah, nggak kan" Cemoh gadis tersebut, yang di balas gelengan kepala pelan dari sang ibu.

"Jadi nggak usah ngatur hidup gue bangsat" Ucapnya rendah, dengan tangan yang menggenggam pisau sambil menatap sang ibu, dengan tatapan membunuh yang amat kentara.

"Nak, ingat nak, wanita yang ingin kamu bunuh ini ibu kamu, istigfar nak" Peringat sang ibu sambil berjalan mundur, saat melihat sang anak berjalan mendekatinya.

Senyum smirk terpampang jelas di wajah sang anak, lalu terganti dengan senyum yang amat polos dan lugu, yang berhasil mengecoh wanita tersebut.

"Maaf maaaa, aku salah" Lirih gadis tersebut, sambil bersimpuh di depan sang ibu.

"Nggak papa kok nak, ibu ngerti" Ucap sang ibu sambil membantu anaknya berdiri, dan segera di peluk dengan erat.

"Ohhh, udah ngerti yaa" Lirih sang anak dengan sangat kecil hingga wanita tersebut tidak mendengarnya.

"Maka sekarang... " Ucapnya sambil mengangkat pisau yang terlihat mengkilap di matanya, sang ibu tidak melihat hal tersebut, karena posisinya tepat di samping sang anak (kan mereka lagi pelukan, terus kayak anaknya ngangkat pisaunya gitu, ngerti kan).

"Lu menghilang dari dunia ini" Ucapnya dengan wajah datar dan langsung menusuk wanita tersebut tanpa belas kasih.

"Aahhhhhh" Teriakan kesakitan sang ibu, tak dia pedulikan, dia masih terus menusuk dengan tangan yang satunya memeluk erat tubuh ibunya agar tidak meluruh kelantai.

"Bukannya orang-orang selalu mengatakan bahwa, kasih sayang ibu sepanjang masa, jadi berkorbanlah untuk masa depan diriku" Smirk gadis tersebut, lalu melepas pelukan pada sang ibu, menyebabkan ibunya lagsung luruh menghantam lantai.

"Bruk...."

"Dari tadi kek" Ucapnya dengan senyum polos tanpa rasa bersalah.

"Sekarang giliran keluarga lu, simon'black tunggu kehancuran kalian" Tekan gadis tersebut, dan dalam sekali kedipan mata dia berganti peran menjadi gadis paling tersakiti di dunia.

"TOLONG... ADA PEMBUNUH" Teriaknya sambil tersenyum kecil, saat melihat warga datang dengan tergesa-gesa, dia langsung menangis tersedu-sedu.

"Mana nak, pembunuhnya" Tanya salah satu warga di situ.

"Dia lari ke sana pak" Sambil menunjuk arah belakang rumahnya.

"Yang lain cepat cari pembunuh tersebut" Perintah warga tadi.

"Pak, tolong ibu saya, dia hiks... D-dia... " Sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya, gadis tersebut langsung pingsan, yang untungnya langsung di tangkap oleh warga yang sejak tadi mengobrol dengannya.

"Untung gw di tangkep, kalau nggak, behh sakit pasti" Batin gadis tersebut.
































#JÁŃGÃŃ ĹÚPà ÚŃŤÚK FÒĹĹÓW ÀKÛŃ ŚÂŸÀ#


Bahasa baku dan non baku.

_ARVIA_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang