Rainbow World

4 0 0
                                    

Story 2

[ Rainbow world ]

Tuk tuk tuk tuk

Kau mengetuk cermin itu lagi, menghirupnya dan segera menarikmu ke dunia yang dihiasi pelangi indah dan begitu menyenangkan. Kau tersenyum lebar dan terlihat begitu bahagia, kau terbang di atas dunia pelangi yang menakjubkan dengan sayap putih yang indah. Menari-nari, tertawa puas dan melepas segala beban berat pekerjaan yang selama ini membuatmu menderita.

Ukiran senyuman lebar terukir di setiap sudut di dunia indah itu. Kau seakan-akan ditarik ke masa kecilmu yang menyenangkan dan manis. Dunia itu terasa manis, sangat manis hingga kau terhisap jauh dan jauh ke dalamnya. Kau tahu itu salah, tapi kau memilih untuk menutup mata dan kupingmu, selagi kau bisa merasakan betapa manisnya dunia impianmu, kau tidak akan peduli pada apapun. Kau tidak ingin diganggu dan ingin terus tenggelam sampai kau tidak bisa ditemukan lagi oleh kegelapan hati yang selalu mencabik-cabik jiwamu.

Inilah kebahagiaanmu.

Tapi malangnya, kebahagiaan hanya datang sementara waktu.

Kau terbangun dengan lingkaran hitam di matamu yang mengerikan, lihatlah betapa berantakannya wujudmu itu, apa kau masih pantas disebut sebagai manusia dengan penampilan seperti itu? Tidak! Kau benar-benar terlihat mengerikan dan menyedihkan.

Kau berdiri dengan gerakan seperti orang mabuk yang telah menghabiskan 10 botol vodka di bar tua yang lapuk, tanpa seorangpun yang menemani. Menyedihkan bukan? Tapi kau seakan terbiasa dengan kesendirian itu, jadi kau memakluminya dan segera merapikan diri.

Sekujur tubuhmu mengeluarkan bau busuk, dan penampilanmu bahkan lebih buruk dari goblin yang jelek. Dan kemudian, kau melihat cermin yang tergeletak di tempat tidurmu, wajahmu benar-benar memperlihatkan kekecewaan yang begitu dalam, saat melihat benda itu  sudah lenyap begitu saja.

"Sudah habis."

Nadamu melemah dan pandanganmu menjadi gelap, rasa sakit di kepalamu datang dan membisikkan kalimat yang sama berulang-ulang kali, setiap kata menyerang jiwamu secara brutal dan tanpa rasa ampun. Dan kegelapan hatimu kembali menerormu dan menusuk-nusuk sekujur tubuhmu.

'Lagi! Aku mau lagi!' 

'Lagi!'

'Lagi!'

Kepalamu seakan-akan ingin meledak, kau menggaruk-garuk wajahmu hingga darah mengalir dengan rasa sakit yang tak terasa. Kau ingin dunia indah itu lagi, kau ingin tenggelam sekali lagi, kau ingin bahagia lagi, kau ingin lagi, lagi dan lagi. Tapi kau tidak punya apapun, kau kosong dan penuh noda, tubuhmu begitu berat seperti mayat busuk yang tertinggal di pembuangan sampah.

Matamu seakan ingin terlepas dari cangkangnya, hatimu terasa tercabik-cabik dan seluruh tubuhmu tercerai-berai di kegelapan yang menyakitkan. Kau meronta-ronta dan mengambil cermin itu dengan gerakan liar, kau mengetuk-ngetuk cermin itu dengan agresifnya.

Tok tok tok!

Kau menghirupnya dengan sekuat tenaga, kau berteriak dan menangis seperti anak kecil yang menginginkan permen manisnya kembali. Tapi sayang sekali, tak ada yang tersisa, cermin itu segera pecah karena kau terlalu memaksakan kekuatanmu.

"Tidak! Tidak tidak! Kenapa tidak ada yang tersisa?!"

Kau menangis sejadi-jadinya, melempar cermin itu ke dinding dan mengakhirinya dengan suara keras kaca yang pecah dan berserakan di lantai. Kau tersungkur dengan wajah yang penuh kesedihan, hati yang membusuk itu tak akan sanggup menopang rasa sakit yang selama ini kau coba tahan, itu terlalu berat untuk kau topang. Memukul lantai dengan kemarahan, kau membenci dirimu sendiri yang begitu tidak berguna dan tak bisa melakukan apapun.

"Apa aku tidak bisa bahagia lagi?"

Tidak! 

Kau mengambil pisau di dapur yang penuh tumpukan sampah dan serangga yang menjijikkan. Pisau itu terlihat sudah berkarat karena diabaikan selama beberapa tahun. Apakah ini akhirnya? Kau melihat pisau itu, apa ini benar-benar akhir dari dirimu, kau merasa ragu dan melepas pisau itu dari genggamanmu.

Apa kau ingin kembali ke dunia indah itu?

"Iya."

Lalu kenapa kau merasa ragu?

"Ak-aku …."

Kau tidak perlu mati, kau tahu itu.

"I-itu."

Kenapa kau harus peduli dengan orang lain?

"Ta-tapi, itu …."

Pikirkan dirimu sendiri, kau ingin duniamu, maka kau bisa melakukan apapun. Tutup matamu dan tenggelamlah di dalamnya.

Mudah untuk melakukannya, dan kau menyadari jika kau tidak ingin mati. Kau mengambil pisau itu, berlari dengan penuh semangat dan membuang segala pemikiran yang menahanmu. Kau membuka pintu dengan cepat, menariknya dan mengakhiri keraguanmu.

Lalu apa? Iya, itulah akhirnya.

Kau mengambil cermin yang baru saja kau beli. Wajahmu menggambarkan ekspresi anak kecil yang mendapatkan permennya kembali.

Tuk tuk tuk 

Kau mengetuk cermin itu, menghirupnya dan segera membawamu ke dunia impian itu lagi, dunia yang selama ini kau inginkan. Kau sekali lagi menari-nari, dan terbang di atasnya, semakin lama kau melayang di dunia itu, semakin jauh kau terhisap ke dalamnya. Jatuh dan jatuh, sayap putih yang menghitam, dan dunia pelangi yang seakan meleleh sama sekali tak mengganggumu. Kau terus tertawa lepas, tersenyum gembira dan melupakan semuanya.

Lubang hitam yang terbentuk, menarikmu kedalamnya, kau tak melakukan apapun dan hanya tersenyum seperti anak kecil yang polos. Menarikmu semakin dalam, tubuhmu meleleh dan tulangmu seperti kertas yang terbakar, tapi kau tetap tidak peduli dan terus tertawa. Terjatuh semakin dalam, tatapanmu tertutup rasa manis yang menusuk jiwamu dan memakannya habis.

Tapi kau tetap tidak peduli dan terus tersenyum gembira.

Benar, tutuplah matamu, dan hilangkan baban itu. Inilah kebahagiaanmu yang sebenarnya, tak ada lagi yang akan menyakitimu.

Apa kau bahagia sekarang?

Wajahmu yang menghitam, memperlihatkan senyuman lebar yang seakan terjahit kuat di wajah yang telah rusak seutuhnya.

Kau mengangguk yakin. "Iya, aku … bahagia."

•‿•

•‿•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Need MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang