Gadis cantik itu tertidur lagi. Dia menutup wajahnya yang kotor dengan bantal putih yang lusuh, dan mulai memimpikan kekosongan.
Ibunya berlalu begitu saja- bahkan tak melirik gadis itu dengan mata layaknya seorang Ibu. Menganggap anak itu sebagai rongsokan yang di tinggalkan di tepi jalan perkotaan yang kumuh dan menjijikan. Gadis itu terlantar oleh kesendirian yang manis.
Nyanyian burung seakan ejekan yang membunuhnya. Dia tidak bisa terbang seperti burung yang bebas, dia tak bisa memperlihatkan keindahan seorang wanita yang anggun.
Sungguh malangnya gadis itu.
Kenapa dia tidak mati saja?
Ah, tenanglah. Aku hanya bercanda. Aku tidak setega itu untuk mengatakan hal sekejam itu.
Gadis cantik itu terlalu indah untuk sebuah kematian. Dia layak dipajang pada tempat terbaik dan terindah di kota ini. Dan semua orang seharusnya memahami keindahan gadis itu.
Yaa, apa itu yang kau pikirkan?
Tidak!
Dia tidak layak mendapatkannya.
Gadis itu benar-benar jelek dan menjijikkan. Hanya dengan melihatnya, perutku ingin segera mengeluarkan isinya dan membusuk. Kematian benar-benar cocok untuknya yang dibuang dan dilupakan.
Ha, apa?
Apa hakku menentukan kematiannya?
Jangan bercanda. Itu tidak lucu bahkan jika kau bermaksud seperti itu. Gadis itu layak untuk membusuk dan menjadi debu, aku sendiri tak tahan untuk membunuhnya dengan scythe milikku dan pergi dari sini.
Dia hanyalah manusia yang seharusnya tak perlu dilahirkan.
Dia adalah manusia yang akhirnya hanya akan dibuang, diinjak dan ditertawakan oleh orang lain. Manusia seperti itu seharusnya tak perlu hidup dan menginjakkan kaki di kota ini.
Itu benar-benar kehidupan yang sia-sia dan membuang-buang waktu.
Aku yakin kau setuju denganku.
Dan lihatlah!
Sepertinya Tuan Putri kita telah terbangun dari mimpinya, dengan mata yang memerah dan sembab.
Tubuhnya terlihat kurus dengan wajah yang penuh luka dan lebam. Tangannya yang memperlihatkan tulang, dililit oleh perban yang bernodakan darah segar dan kotor. Rambutnya yang panjang dan kusut, tampak tergurai kaku dan mengeluarkan aroma yang sangat tidak menyenangkan.
Giginya menggertak kedinginan dan kulit pucatnya yang tipis memasang ekspresi yang telah kehilangan harapan dan benar-benar putus asa.
Gadis itu hanyalah zombie yang kehilangan minat pada daging dan jeroan manusia yang menjijikkan.
Tatapan matanya hanya dipenuhi oleh kegelapan yang kalut dan dalam. Dia terlihat benar-benar sudah mati dan jiwanya telah lenyap sepenuhnya.
Sungguh pemandangan yang menyenangkan. Bukankah kau juga berpikir begitu?
Manusia suka melihat hal seperti ini, bukan? Aku selalu tertarik pada manusia yang selalu terlihat puas dan senang di saat menyaksikan rasa sakit dan penderitaan orang lain. Apa itu semacam perasaan, jika mereka merasa berada di atas orang lain? Atau semacam perasaan lega, kerena mereka tidak berada di posisi yang menyedihkan itu?
Mungkin dua-duanya.
Aku sendiri tak mau ambil pusing dengan jawabannya.
Itu tidak penting.
***
Ah! Astaga!
Aku terlalu lama melihatnya hingga aku melupakan pekerjaanku yang menjengkelkan ini. Sungguh ceroboh, kuharap tak ada yang sedang mengawasiku saat ini.