Berdansa tanpa iringan musik dan irama. Menari sendiri tanpa aturan. Memejamkan mata untuk menjiwai. Menghirup udara dengan debu bertebaran.
Ukhuk..
Dengan cepat ia menghentikan gerakan tubuhnya. Batuknya kian tak mereda. Dia menepi, duduk di tepi teras rumahnya sambil menutup mulut dengan sebelah tanganya.
Batuk kering tanpa dahak sakit sampai tenggorakan membuat dirinya semakin tak nyaman.
Uhuk..uhukk..
Menatap setiap sudut halaman rumahnya. Monokrom kini lebih mewarnai kehidupanya. Tubuhnya mulai terasa kaku dan sakit. Batuknya tak kunjung berhenti.
Uhuk..uhukk..ukhuk...
Terasa sebuah cairan sedikit kental keluar dari dalam mulut dan menempel di telapak tangan. Perlahan ia memberanikan diri untuk membuka tanganya.
DARAH.
--
Deg!
Refleks auries terbangun dari tidurnya dengan matanya yang terbuka sangat lebar. Tubuhnya yang bergetar,jantungnya yang semakin terasa cepat berdebar,hembusan napasnya yang kian memberat, dan keringat dingin yang mengucuri tubuhnya.
Dengan cepat tanganya meraba sebuah nakas di samping tempat tidurnya untuk mengambil segelas air yang sengaja di simpan setiap malam.
Meminum air dengan tergesa-gesa. Setiap tegukan berloma-lomba untuk memasuki tenggorokannya.
Mencari sebuah benda yang dapat dihirup untuk membantu menetralkan sedikit pikirannya.
Semenjak kejadian itu menimpa dirinya, ia lebih sering memimpikan hal-hal yang buruk.
Kini matahari mulai menampakkan dirinya. Mulai menerangi setiap sudut bumi dari atas. Pantulan dari cahayanya menembus melalui jendela dari luar kamarnya.
Terdengar suara gesekan kenok pintu. Menandakan seseorang akan masuk kedalam kamarnya.
Benar saja, perempuan paruh baya yang sudah beberapa tahun setia bekerja di rumahnya. Bukan hanya sekedar seorang pembantu. Auries, sudah menganggapnya layaknya orang tua kedua.
Tanganya yang lihai membuka gorden kamar. Membuat cahaya matahari menyinari kamarnya secara sempurna.
Membuka jendela yang menjulang tinggi keatas. Menciptakan hembusan angin segar menyelinap masuk bersamaan dengan sinar matahari yang indah.Bi ratna keluar dari kamar setelah membuka gorden dan jendela. Selang lima menit, beliau masuk lagi kedalam kamar dengan menenteng sebuah nampan yang diatasnya terdapat makanan dan yang lainya.
Dia pikir nyonya mudanya ini masih tidur. Tapi, itu salah. Auries sudah bangun sebelum matahari terbit.
"Neng aur, bangun. Neng, ayo bangun" ucap bi Ratna sambil menepuk-nepuk tubuh Auries dari luar selimutnya.
Auries muncul di balik selimut.
"Makan dulu ya, ini sama obatnya jangan lupa di mainum juga." Titahnya sambil menyimpan makanan untuk majikanya di atas nakas.
Ia mengangguk lemah, meng iyakan.
"Mama mana bi?" Tanya Auries saat bi Ratna sudah siap dengan piring ditanganya.
"Ibu, ada tugas di luar kota neng" jawabnya. Beliau sudah menyiduk sesendok nasi untuk di berikan kepada tuannya ini.
"Tidak apa-apa bi. Biar Auries makan sendiri saja" tolak Auries dengan sopan.
"Jangan neng, ini perintah dari ibu" ucap bi Ratna sambil menggelengkan kepalanya.
"Gak apa-apa bi. Auries pengin makan sendiri" tolaknya lagi.
Bi Ratna tidak bisa berkutik. Mau melarang lagi akan menimbulkan percekcokan. Karena Auries orangnya tidak suka di paksa.
"Yasudah kalau begitu, jangan lupa obatnya di minum juga ya neng. Bibi mau ke dapur lagi" ucapnya sambil memberikan sepiring nasi kepada Auries. Setelah itu, beliau keluar dari kamar.
Dia memakan beberapa suap nasi dan menyisakan masih banyak nasi di atas piringnya. Begitu, bahkan saat makan pun pikiran negatifnya terus muncul. Seperti seorang yang tidak di izinkan untuk hidup tenang dan bahagia.
Meletakan kembali piringnya di atas nakas. Mengambil segelas air dan beberapa jenis obat. Di telapak tanganya, Auries sudah memegang tiga butir jenis obat yang berbeda dengan masing-masing dosis yang berbeda pula.
Obat yang di berikan kepadanya di haruskan diminum selama satu bulan. Jika obatnya bereaksi baik, maka selanjutnya akan diberikan obat yang sama juga. Tapi, jikalau obatnya tidak berfungsi dan Auries masih saja merasakan hal yang sama, maka akan di tambahkan lagi dosis obatnya.
Sebenarnya jika tidak dianjurkan oleh dokter, ia tidak ingin meminum obatnya. Terlebih lagi, dengan nama-nama obatnya yang begitu aneh dan menyeramkan.
Aku kasih tau sedikit nama obatnya,' (Seroquel XR quetiapine) '
Selain dengan obat, ia juga di haruskan untuk ikut terapi atau meditasi mandiri.
Beberapa notifikasi masuk ke dalam handphone nya.
Setelah meminum obat rasanya seperti terbius. Ngantuk mulai berdatangan, fikiran negatif mulai terhancurkan. Dia merasa lebih lega dan tenang. Namun, ia tidak menggubris pesan yang masuk ke dalahm handphone nya. Ia lebih memilih bangun dari kasur dan berjalan menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara segar yang menerpa tubuhnya.Becontinued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and Light
Teen FictionBagaimana aku bisa menyalakan lilinku. Sedangkan seluruh tubuhku tidak berdaya. Deg. Aku terbangun secara tiba-tiba. Keringat kian mengucuri tubuhku. Napas ku tersenggal. Rambut ku berantakan. DIA BERMIMPI BURUK. Benda-benda yang menempati isi ru...