II

38 7 0
                                    

Bilang aku egois tapi aku menghilang atau lebih tepatnya menghilangkan diri. Semenjak kejadian memalukan di pesta Wonwoo, aku tidak berani muncul lagi di hadapan orang banyak. Aku membatasi diri, bahkan dari dua sahabatku yaitu Seungcheol dan Nayoung.

Mereka menghubungiku dan bertanya apakah aku baik-baik saja, terutama Nayoung. Ia berulang kali menelepon dan meminta maaf karena menjadi penyebab aku muntah dan sakit perut semalaman. Permintaan maaf itu aku terima hanya melalui balasan singkat di DM, bahkan ketika kami berpapasan di kampus pun aku sebisa mungkin menghindar. Bukan karena aku malu, tapi karena aku tidak mau mempermalukan Nayoung. Ia populer dan memiliki reputasi yang baik, bisa kacau jika Nayoung terlihat bergaul denganku. Kabar aku muntah di pesta Wonwoo sudah menyebar kemana-mana, beberapa orang menyebut diriku perlu di blacklist dari pesta-pesta yang akan datang agar tidak menimbulkan kekacauan lagi. Hal itu membuatku sedih, tapi aku sadar bahwa kenyataan memanglah menyedihkan.

Hari ini aku pergi ke kafe untuk menghibur diri, namun ternyata suasana hatiku tidak berubah baik bahkan setelah menyantap secangkir cinnamon latte dan dua buah donat rasa apel saus karamel. Tak ingin merenung terlalu lama, aku memutuskan untuk pulang saja. Berdiam diri seperti ini hanya akan membuat aku merasa semakin terpuruk.

Dengan cepat, aku berlari ke halte bus karena langit telah dinaungi awan kelabu. Kenapa sih semesta harus menyesuaikan cuaca dengan suasana hatiku? Sepertinya aku memang selalu diterpa kesialan. Sambil mendudukkan diri di kursi halte, kurasakan ponselku bergetar di saku celana. Ternyata Nayoung yang menelepon.

"Halo?"

"Hai, Luna. Bagaimana kabarmu?"

"Baik." Aku berbohong, "Ada apa, Nayoung?"

"Jeonghan mengadakan pesta di rumahnya malam ini, kau mau ikut?" Nada suara Nayoung terdengar ragu-ragu namun ia tetap melanjutkan, "Aku tahu kejadian kemarin pasti berat bagimu dan aku minta maaf karenanya, tapi aku tidak ingin melihatmu terus bersedih dan menghindar dari orang lain. Aku berjanji akan menjagamu malam ini dan aku berjanji hanya akan memberimu air mineral atau jus jeruk!"

Nayoung sudah berkali-kali meminta maaf dan aku dengan tulus memaafkannya, tapi mendengarnya terus diliputi rasa bersalah karena kejadian itu turut membuatku tak enak hati. Yang berlalu biarlah berlalu, bukankah begitu?

"Ya, aku akan datang."

"Sungguh?! Yes! Aku akan menjemputmu malam ini."

"Tidak perlu, biar aku yang menghampirimu nanti."

Panggilan telepon itu usai dengan sorak gembira Nayoung sebagai penutupnya. Aku tersenyum kecil, mengatur napas agar tenang sekaligus menjernihkan pikiran. Malam ini akan berjalan dengan lancar serta baik-baik saja.

"Luna?"

Aku mendongak dan mendapati Seungcheol berdiri di hadapanku, "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku melihatmu dari seberang jalan dan memutuskan untuk... lupakan saja. Kau mau pulang? Biar aku antar."

Seungcheol sudah sering menawarkan hal itu padaku, namun entah kenapa nada bicaranya terdengar posesif kali ini.

"Tidak apa-apa, aku akan menunggu bus saja." Kuputuskan untuk menolak dengan halus.

"Ini semua ada hubungannya dengan pesta yang Jeonghan adakan malam ini kan?"

Bagaimana ia bisa tahu? Pertanyaan itu melintas hitungan detik di dalam kepala sebelum aku menyadari bahwa Seungcheol adalah manusia populer yang pasti diundang ke pesta nanti malam.

"Kau berencana untuk datang lagi?"

"Ya."

Seungcheol tertawa sinis, "Tidakkah kejadian kemarin membuatmu kapok, Luna? Kau akan datang untuk bertemu dengan Dokyeom kan?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan Dokyeom. Lantas, kau ingin aku mengurung diri di rumah dan merutuki perbuatan memalukan itu? Kau ingin membuatku terus larut dalam kesedihan?"

Ia mengusap wajahnya kasar, "Lupakan." Dan Seungcheol berbalik untuk meninggalkanku, membiarkan tubuhnya bersentuhan langsung dengan air hujan.

Amarah meluap dalam diriku. Seungcheol menghakimiku, bersikap kurang ajar, dan pergi begitu saja. Seumur hidup menjadi sahabatnya, ia tidak pernah memperlakukanku seperti ini.

"Apa maksudmu dengan lupakan?" Kutarik tubuhnya hingga berbalik menatap diriku yang kini ikut basah oleh air hujan, "Kau tidak bisa seenaknya pergi setelah berbicara seperti itu, Seungcheol!"

"Lalu kau ingin aku bicara apa?! Bahwa aku menentang keras hubunganmu dengan Dokyeom yang bahkan belum dimulai sama sekali?!"

Pertengkaran antar sahabat di tengah hujan, yap, selain demam dan pilek aku turut mendapatkan sakit hati sebagai bonusnya.

"Setidaknya jangan katakan hal apapun, itu sudah cukup! Aku tahu kau tidak menyukai Dokyeom dan--"

"Ya, aku memang tidak suka padanya! Apakah ia datang dan menghampirimu ketika kau muntah kemarin? Ia bahkan hanya menatapmu di teras sampai aku membawamu ke dalam mobil. Pria seperti itu yang masih ingin kau kejar setengah mati?!" Seungcheol berteriak tak kalah keras, suaranya menembus air hujan yang jatuh semakin deras.

"Lalu apa urusannya denganmu? Aku tidak pernah meminta bantuan darimu, aku bahkan tidak mengharapkan kau untuk datang."

"Aku membencimu." Geram Seungcheol dengan napas terengah-engah.

"Aku juga." Balasku tak mau kalah, "Aku sangat membencimu, sangat benci--"

Dan ucapanku terputus karena Seungcheol telah lebih dulu mendaratkan bibirnya pada bibirku. Sistem saraf dan isi kepalaku mendadak lumpuh ketika Seungcheol menarik pinggangku semakin dekat agar menempel pada tubuhnya.

Ini tidak benar, ini sungguh tidak benar.

Namun kupejamkan mata dan membalas ciumannya dengan rasa besi air hujan yang jatuh membasahi kami. Aku menyadari bahwa jemariku telah meremat ujung kaos milik Seungcheol, ciuman ini mendebarkan sekaligus menakutkan. Tak pernah kubayangkan bahwa sahabatkulah yang akan mengambil ciuman pertama dalam hidupku.

Seungcheol menjauhkan wajahnya, menatapku dalam diam dan bibir terbuka untuk mengambil napas. Ingin kudorong tubuhnya dan berlari, tapi yang kudapati adalah bibir kami yang bertemu lagi. Sensasi asing yang tak pernah ku rasakan sebelumnya dan dapat dibilang adiktif.

Choi Seungcheol, kau berbahaya.

*****

To be continued...

MUSK & CLOVE // Choi Seungcheol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang